Sabtu, 31 Desember 2016

TAHUN BARU TIBA, LIVERPOOL MENANG


Sebetulnya, kalau tidak mengingat pekerjaan, malas keluar rumah untuk merayakan pergantian tahun. Bukan malas keluar rumahnya, tapi malas menembus kemacetan lalu lintas, malas berdesak-desakan, dan bete mengirup asap bekas petasan terbakar. Juga bosen mendengar suara petasan bertubi-tubi nan  memekakkan telinga.

Mungkin faktor U, atau mungkin juga faktor dari dulu tidak suka perayaan yang gegap gempita. Nyatanya, sampai sekarang pun enggak suka hiruk-pikuk. Tepatnya susah menikmati kehiruk-pikukan, kecuali pertunjukan musik hehe. Kalau mas-mas dari Metallica manggung, atau Jamrud, atau Kla, atau Slank, atau SO7, ya itu perkecualiannya.

Tadi malam, bersama belahan jiwa, berkeliling melihat situasi. Menikmati suara petasan dan terompet yang memekakkan telinga di salah satu sudut kota Balikpapan. Seperti biasa, ramai, riuh, musik campur sari, dangdut, pedagang tumplek-blek, jejeran motor yang parkir sebisanya, dan tentu saja, sampah tersebar di mana-mana.

Anak-anak muda keluar naik motor, berkendara zig-zag, ketawa-ketawa, berboncengan, dan tanpa mengenakan helm. Orang yang setengah tua, pun, demikian. Anak-anak kecil berbaur bersama orang-orang dewasa yang mengepulkan asap rokok dan asap rokok elektrik tiada henti.

Ada juga petasan yang harus dinyalakan di tengah jalan raya. Iya, di tengah jalan, bro. Kendaraan-kendaraan terpaksa berhenti hanya untuk dipaksa menonton pesta kembang api yang berpendar dan menggelegar di atas aspal. Bagi mereka yang menyalakan petasan, itu menarik. Bagi saya, sama sekali tidak.


Jadi merayakan tahun barunya gimana dong? 

Setelah 2,5 jam berkeliling kota dan nongkrong menanti detik-detik pergantian tahun, ya, cukuplah. Saatnya duduk tenang di rumah, membuat segelas coklat panas, menyalakan televisi. Liverpool vs Manchester City sudah menanti. Skor 1-0 untuk Liverpol. You'll never walk alone..

Jumat, 30 Desember 2016

AMPAR-AMPAR PISANG, INI LHO ARTINYA


Sejak kecil, sambalbawang selalu suka menyanyikan lagu-lagu daerah. Dari lagu-lagu daerah asal Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulwesi, Maluku, sampai Papua. Dari lagu Manuk Dadali, Lir Ilir, Ampar Ampar Pisang, Angin Mamiri, Ayam Den Lapeh, Huhate, sampai Yamko Rambe Yamko. Hapal semuanya.

Namun kok ya dulu sambalbawang tidak pernah tahu apa artinya lirik lagu-lagu daerah itu. Pernah sih, suatu kali bertanya ke pak guru, juga nggak tahu artinya. Pokoknya disuruh nyanyi, ya nyanyi saja, sambil dikira-kira sendiri artinya. Untunglah lagu-lagu daerah itu memang asyik punya, dan enak dinyanyikan. 

Salah satu lagu daerah yang artinya masih rada-rada ketangkap, barangkali hanya Ampar-Ampar Pisang. Meski tahunya ya 1-2 baris kalimatnya doang. Hahahaa. Untung pula, sejak ada mbah Google, sedikit banyak arti lirik lagu daerah tersebut, cukup terjelaskan. Namun memang tidak 100 persen memuaskan, karena tetap terasa agak membingungkan. Maklum saya kan wong Jogja, ahaha.

Maka bertanyalah saya pada seorang teman yang asli orang daerah bersangkutan. Todong aja langsung bang Gimbal, cowok asal Banjarmasin, Kalsel, yang tinggal di Balikpapan, Kaltim, untuk menjelaskan artinya. Dan, si bang Gimbal alias bung Novi Abdi, jurnalis yang hobinya naik gunung dan off road, ini pun menerangkan dengan suka hati. Cip.

Lirik lagu Ampar Ampar Pisang yang banyak sambaltemukan di internet, dan kayaknya ini pula lirik lagunya yang dulu diajarkan saat sambalbawang sekolah, begini : 

“Ampar ampar pisang, pisangku belum masak. Masak bigi dihurung bari-bari. Masak bigi dihurung bari-bari. Manggalepak manggalepok, patah kayu bengkok. Bengkok dimakan api, apinya cang curupan. Bengkok dimakan api, apinya cang curupan. Nang mana batis kutung dikitipi dawang. Nang mana batis kutung, dikitipi dawang,”

Dan, begini penjelasan bang Gimbal: Ampar ampar pisang, berarti pisang yang dihamparkan. Lalu lirik selanjutnya, "masak bigi" itu kurang tepat, karena mestinya "masak sabigi". Dan, "masak sabigi dihurung bari-bari" ini, artinya masak/matang satu (pisang) dirubung banyak lalat buah. Lanjut, "manggalepok-manggalepok" artinya bunyi "ketepak-ketepok" atau bersuara "krak". Trus, "bengkok dimakan api", nah ini bisa ketebak artinya: bengkok karena terbakar api.

Selanjutnya “Apinya cang curupan”, menurut abangku satu ini, adalah kesalahan pendegaran yang diabadikan tulisan. Tidak ada kata “cang curupan” dalam bahasa Banjar. Bang Gimbal yakin kalau frasa aslinya adalah “apinya kakurupan”, yang artinya apinya kekecilan. Sedangkan “kurup” ini hanya dipakai untuk api dan benda yang bersinar seperti lampu, api unggun, dan nyala lilin.

Lanjut ke lirik selanjutnya. “Nang mana batis kutung, dikitipi dawang” pun dikoreksi oleh bang Gimbal. Sebab yang betul adalah “nang mana batis kutung, dikitip bidawang”. Nah, ini berarti siapa yang kakinya buntung, digigit bidawang. Dijelaskan lagi oleh bang Gimbal, bidawang itu adalah bulus, labi-labi. 

Sebagai penutup, bang Gimbal bilang, lagu Ampar Ampar Pisang ini hanya pantun riang. Hanya mengambil rima dari setiap kata yang artinya bahkan berlawanan. Kecuali soal pisang masak-juga buah apa pun-yang kalau terbuka (terkupas), kan pasti dirubung oleh lalat. Dan lalatnya pun tak hanya lalat buah. Lalu, untuk membuat patah kayu bengkok, justru apinya harus besar (bukan malah kecil). 

“Dan tidak ada orang yang kakinya sampai buntung karena digigit bidawang. Bidawang itu kecil, paling sebesar laptop. Yang kami takutkan dulu saat kecil, sedang berenang sembari telanjang di sungai itu dikitip (digigit) buntal,” kata bang Gimbal lagi. Si ikan buntal ini, dikhawatirkan menggigit di "kawasan" situ, tuh. Iyaa, di bagian itu.. Bahaya, kan, bleh. Nih menyoal masa depan... Wkwkwk..

Jadi, sodara-sodara sebangsa dan setanah air, lirik yang benar dari lagu Ampar-Ampar Pisang itu, begini: 

“Ampar-ampar pisang, pisangku belum masak. Masak sabigi dihurung bari-bari. Masak sabigi dihurung bari-bari. Manggalepok manggalepok, patah kayu bengkok. Bengkok dimakan api, apinya kakurupan. Bengkok dimakan api, apinya kakurupan. Nang mana batis kutung dikitip bidawang. Nang mana batis kutung, dikitip bidawang,”.. 

Minggu, 25 Desember 2016

MET NATAL, DEK ANITA KRISTOBEL SIHOTANG


Aku memandang Anita Kristobel Sihotang (2). Bercengkrama dengan teman-teman seumuran. Merengek tatkala melihat salah satu temannya memegang balon, minta dibelikan ibundanya. Selama ibadah Natal jemaat Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Samarinda Seberang di Gereja Oikumene, Minggu (25/12) pagi tadi, kamu dikerubungi banyak "kakak".



Kamu hilir-mudir di halaman gereja. Ah sepertinya agak lupa kalau 13 November lalu, ada insiden besar yang membuat satu Indonesia heboh tak karuan. Tubuhnya saat itu keras terpelanting, setelah seorang tak berbelas kasih melemparkan bom molotov ke kerumunan anak-anak.

Kamu salah satunya yang ada di kerumunan itu. Intan Olivia Banjarnahor (2,5), teman bermainmu, akhirnya mengembuskan nafas sehari kemudian, diiringi tangis satu Indonesia.  Dua temanmu, Alvaro dan Trinity masih di rumah sakit sampai sekarang.

Sepasang matamu tiba-tiba menatap padaku, ketika aku mengarahkan kamera. Tiga-empat detik kamu menatapku, sebelum perhatiannya kembali tercurah ke teman-temannya. Sepintas kemudian, kamu tertawa riang bersama mereka. Ah, beberapa detik kamu menghancurkan hatiku, dek. Dan aku tidak tahu apa yang ada dalam benakmu..

Mungkin engkau mau bertanya beberapa hal. Apa yang terjadi dengan orang dewasa saat ini. Apa yang terjadi di tengah masyarakat sekarang. Apa yang salah denganmu ketika lelaki tak berbelas kasih itu melemparkan bom molotov itu... Ah, dek, andai kau tahu, betapa aku menahan sekuat tenaga air mata ini jatuh berderai.

Sama seperti ketika aku menjenguk Alvaro dan Trinity. Dan melihat foto Intan.... Mungkin mereka pun akan bertanya hal serupa padaku, dan pada semua orang dewasa yang dijumpai. Apa yang terjadi? Apa yang salah? Maaf aku tak bisa menjawab pertanyaan itu. Mulutku terkunci..

Tapi izinkan aku mengucapkan Selamat Natal untukmu... Ucapan yang sama juga suda kusampaikan ke tiga sohib kecilmu itu. Eh dek, kuberi tahu satu hal lagi ya.. Satu Indonesia kenal kamu lho..dan juga sayang kamu. Banyak yang sayang kamu, kok, dek Anita. Jangan khawatir ya. Kasih Tuhan Yesus besertamu.

Baca juga ARTIKEL LAIN :

"MAMA" by PAULINA, PROYEK LAGU PERTAMA
JADI "GURU" DADAKAN DI PERBATASAN
MAMMA MIA ! HERE WE GO AGAIN, ABBA AGAIN
PELUKAN (CERPEN)

LUAR BIASA, BEGITU BANYAK FILM DOKUMENTER PERANG DUNIA II 

 

Selasa, 13 Desember 2016

10 TAHUN BERSAMAMU, KAM....

Setelah 10 tahun, saat itu datang juga. Tidak pernah mengeluh, apalagi ngambek, kamera ini tiba-tiba bermasalah dalam waktu sehari. Sepertinya semua ditumpuk jadi satu. Error 99, error 01, erros battery, dan entah eror apa lagi. Silih berganti tulisan"error" itu muncul.

Benar-benar saat yang tidak tepat untuk bermasalah. Sodara bojo sudah membawa tiga model, dua cewek imut dan satu cowok keren, naik ke pojok beteng di kota gudeg ini. Sambalbawang masih berkutat di rumah, seraya menjungkir-balikkkan kamera ini. Sekeranjang doa dilagukan, setumpuk mantra dirapal, tetap tidak membawa perubahan.

Mungkin kau terlalu lelah, kam (kamera-maksudnya)...Terpapar abu vulkanik Merapi dan debu puing-puing bangunan akibat gempa. Tersiram entah berapa liter air selama 11 tahun ini, jika menghitung sekian kali tetes-tetes air memandikanmu. Entah berapa kali pula kam hampir "berenang" di lautan maupun sungai. Dan entah berapa ratus jam, jika ditotal, kam kepanasan tersengat terik mentari.

Dan entah berapa kali, kam terjerembab ke lantai, tersenggol tembok, hingga "terbang" seiring jaket yang lupa terlempar. Mungkin sekian kali ke perbatasan, pedalaman, kantoran, laut, sungai, dan ikut keluyuran dalam "aktivitas malam", kam jadi capek.

Belahan jiwamu, lensa bawaan, sudah duluan pensiun, enam bulan lalu. Dia juga lelah, namun duluan menyerah. Kalian berdua sekarang sudah "tak bersuara".. Terlempar memori ketika sambalbawang memboyongmu di akhir 2006. "Kamera ini berat banget," batinku saat itu.

Seberat bobotnya, seberat itulah pekerjaanmu, kam. Sepuluh tahun, sepertinya lebih dari cukup untuk ukuran ketahanan kamera yang digeber hampir tiap hari ini. Maafkan, (dompet) ku tidak berani "membangkitkanmu" lagi, kam.. Tapi kamu boleh bersantai tanpa gangguan di rak-rak dalam rumah, tinggal pilih sesukamu, mau mejeng di mana...

BACA ARTIKEL LAINNYA :
MENGAPA HARUS NGEBLOG
THE AQUARIAN ?

Rabu, 07 Desember 2016

NASIBMU SUZUKI


Sebulan lalu, sambalbawang membawa Suzi Nex kesayangan untuk berobat. Aktivitas rutin. Melakoni servis ringan sembari ganti oli, seturut petunjuk manual book. Cek kiri-kanan, atas-bawah, depan-belakang. Meskipun sebenarnya ya enggak terlalu turun performa. Tapi servis terakhir, enam bulan lalu. Saatnya menengok diler.

Meluncurlah Suzi Nex ke salah satu diler Suzuki yan ada di Kota Minyak ini. Diler tempat kuda besi berjenis matik ini dipinang tiga tahun silam. Ee, tapi.. lhaaaa, badaaaalah, dilernya motor mana, kok berganti busana menjadi diler mobil. Nggak salah ni? Apa gerangan? Tengok sana tengok sini, mencari jawaban..



"Kalau servis motor, sekarang sudah pindah," kata salah satu karyawan diler ini, yang segera nongol menghampiri. Ah, salah satu kecemasan para pemerhati otomotif yang mengemuka 4-5 tahun lalu, akhirnya menimpa Balikpapan. Satu demi satu diler Suzuki tutup, lantaran tidak sanggup bersaing. Jualan terbatas, menjualnya pun terengah.

Sesampainya di diler tempat servis, ketemu salah satu kawan. Sembari menunggu motor selesai diutak-atik, kami mengobrol. Sembari memandang ruang pamer diler yang hanya berisikan tiga jenis Suzi, yakni Satria, Address, dan Burgman.

Ketiganya wakil tunggal keluarga Suzi aliran ayago, matik, dan matik gede. Cuma itu, tidak lebih tidak kurang. Terus mana itu Hayate, Nex, Axelo, dan Lets, Oiya hampir lupa, mereka sudah diselesaikan masa edarnya, sebelum sempat mencicipi kejayaan.

What's wrong, Suzuki. Kamu dulu enggak begini. Dua dekade lalu, meski kamu nggak bisa menggoyang si dia yang berinisial H, kamu masih nomor dua di bawah pabrikan sebelah berinisial Y. Tapi semakin ke sini kok semakin begini.

Ketika matik mulai menggeliat, saling selip terjadi dan kamu hanya jadi penonton. Memasukkan Spin, sudah terlambat untuk masuk lintasan. Masih kurang, bikin Nex dan Lets, tapi seperti tak ada greget dalam promosi. Dilibas habis sama sebelah.

Di segmen bebek, Suz hanya bisa memandang dua seteru berseteru semakin seru. Pabrikan sebelah nelurin varian lebih cepet dari kecepatan cahaya, Suz masih tenang-tenang saja. Tahun ini Sonic keluar dengan gagah, Suz yang hanya mengandalkan Satria, jelas terancam.

"Siapa yang mau pakai Burgman?" kata salah satu kawan. Sambalbawang mengamini. Suz, kamu perlu gerak cepat. Tapi kok terkesan nggak mau, atau malu-malu, padahal penggemarmu (termasuk sambalbawang) menunggu kuda besimu.

Banyak yang bilang, Suzi jadi gini karena para petingginya tidak mengadopsi keinginan publik Tanah Air akan roda dua. Sambalbawang nggak paham tentang ini, Tapi rasa-rasanya ada benarnya juga. Orang sini beli motor kan liat tampang duluan.

Ini seperti menentukan mana gadis yang akan ditarget. Tampang yang asik, tjakep, tentu jadi nomor satu diburu. Suz memang punya kualitas, baik mesin maupun nonmesin, dan itu sudah terbukti berpuluh tahun. Tapi kualitas saja tidak cukup.

Orang sini butuh motor yang punya tampang agar bisa dipamerin. Entah dipamerin sama teman-teman, atau kepuasan ala sambalbawang yang cukup senang mantengin motor di waktu sore hari sembari minum teh dan menyantap mendoan.

Sudah, lah, Suz, Telusuri motor-motor kompetitor, jaring masukan dan kritik dari para penggemar setiamu. Saya boleh, lah, kamu jadikan narasumber. Dengan senang hati. Sebab, nggak kuat hati ini liat Suz jadi kayak gini..


baca juga : 

SUZUKI NEX IRIT LINCAH MANTAP KALEM
APA KABAR SUZUKI ?
MOTOR APA YANG PALING NYAMAN ?
SUPRA GTR 150 SI BEBEK RASA SPORT
7 MOTOR BEBEK TERBAIK SEPANJANG MASA
TENTANG HONDA (1) DARI PISPOT SAMPAI PITUNG
FORD LASER SONIC - BALADA FORDI (1)

Selasa, 06 Desember 2016

SARADAN

       “Saradan!” kata ibu dengan intonasi separuh marah terbalut jengkel ketika sambalbawang mulai mangap-mangap mulutnya. Dan, ternyata perlu "rem" pakem di mulut ini agar tidak lagi membuka mulut. Setidaknya sampai ibu berlalu.
         Kejadian 30-an tahun silam itu masih teringang di benak. Memang wajar kalau ibu lantas berang karena menangkap basah aksi mangap-mangap sambalbawang ini hampir tiap hari. Enggak pagi, enggak siang, enggak malam. Cuma pas tidur, kebiasaan itu hilang. Saradan memang bikin malu meski sepertinya orangtua yang paling malu.
        Sebenarnya, saradan itu apa sih? Dalam bahasa Jawa, saradan diartikan sebagai kebiasaan menggerak-gerakkan bagian tubuh secara berulang-ulang demi kepuasan hati. Ini dilakukan dalam kondisi sadar, tahu bahwa tidak cukup baik untuk diteruskan, tapi tak bisa menahan. Sepertinya saradan bakal sirna seiring beranjaknya usia. Ternyata, sayangnya, tak selalu begitu.
        Hal yang menarik dari saradan ini adalah bentuknya tidak sama tiap orang.  Ponakan punya saradan mengibaskan tangan secara tiba-tiba seperti gerakan tangan penari. Dan untuk yang mangap-mangap ini saya tidak sendiri, karena ada ponakan yang ngikutin. Hihi.
        Ada yang menggetar-getarkan leher sembari merem-melek, seperti orang ayan mendadak kumat. Ada yang nendang-nendang meja. Ada yang mendongakkan dagu naik-turun, dan ada yang mengernyitkan mata seperti kelilipan tapi skalanya akut. Ada yang saradannya mencabuti rambut kepala, dan ada yang menggoyangkan kaki. Ada pula yang punya saradan menggigit-gigit kuku, mengingatkan pada seorang cewek manis di masa lalu. Eh...
        Ada yang saradannya menggertakkan gigi maupun menggoyangkan rahang. Ada yang hanya merentangkan jari-jemari seperti mau senam. Dan ada juga yang punya saradan menjedukkan (menabrakkan) jidat ke tembok, meski hanya sebatas benturan manja.. Ahahaha. Masih banyak seabrek saradan lain, tapi nggak mungkin kita paparkan satu demi satu.
       Saradan kadang berlanjut di usia remaja, bahkan dewasa. Meski kadang berganti, namun hakekatanya tetap sama, saradan. Semua sepakat itu tidak baik, setidaknya jika mengacu ada sebagian saradan yang seperti menyiksa badan, maupun alasan tidak etis. Kadang saradan ini tetep muncul meski sudah beneran direm pol.
       Entah kenapa pula, saradan bisa hilang seiring waktu.  Ajaib, kan. Sebenarnya pula, sambalbawang ingin menulis tentang saradan ini sejak beberapa bulan lalu, tetapi baru niat sekarang. Alasannya? Kemarin pas di jalan, ada seorang pengendara motor di depan yang menyita perhatian. Dia sering menoleh ke kiri secara mendadak.
        Karena penasaran, sambalbawang sengaja ikuti orang itu sampai 6-7 km. Agak kurang kerjaan, sih, tapi kok ya pengen mbuntutin. Untunglah, dia serute sama sambalbawang. “Busyet, mau matahin leher sendiri, tuh orang,” begitu suara dalam batin. Sampai tak sadar, ternyata mbatinnya itu pun sambil mulut saya mangap-mangap.


  

Sabtu, 05 November 2016

MODISTE ONLINE MBAK SAMANTHA BALIKPAPAN

Hampir dua tahun, "Samantha Project" memberi dan menawarkan "warna" di belantika per-modiste-an Kota Balikpapan, Kaltim. Sekeranjang ide yang awalnya diwujudkan memakai mesin jahit "kayuh" yang lalu diganti dengan mesin jahit listrik.

Mesin jahit kayuh memang ribet tatkala diajak berlari cepat. Dengan mesin jahit listrik, satu persoalan teknis terurai. Dua mesin jahit, satu mesin obras, sebagai aset utama Samantha Project selain sekoper jarum dan benang, saat ini ibarat sepasang "kaki" anak usia balita. Lagi semangat-semangatnya berlari.


Memang masih jauh Samantha "balita" di Balikpapan ini, untuk menyusul atau setidaknya menyamai lari sang "ibunda" yang juga bernama "Samantha", tetap tinggal di Yogyakarta. Sang ibunda sudah mengawali lari maratonnya sejak 1968.

Tetapi ketika kaki telanjur (dan disengaja) berada di jalur lomba, tentulah sudah ditakdirkan untuk berlari. Setidaknya melakukan jalan cepat, karena berjalan biasa sudah terlalu mainstream (aha...akhirnya memakai istilah ini juga)..

Atas dasar itu juga, Samantha Project yang belum lama diproklamirkan sebagai lini usaha modiste-clothing line, nekat mencoba satu lagi menu lomba lari yang "menantang", yaitu modiste online. What, what? Iya, beneran, modiste online.

Bekal nekat saja, kah? Tentu tidak. Samantha juga berbekal kegairahan yang tinggi, skill, kepercayaan diri yang tak ada habisnya, setumpuk doa, dan tentu saja bercangkir-cangkir kopi "serius" dan bergelas-gelas teh "serius banget" sebagai amunisi.


Kami yakin, modiste online Samantha adalah tawaran menarik bagi mereka yang berdomisili di luar Kota Balikpapan. Cukup berbekal meteran baju (metlen) yang ditoko seharga Rp 10.000-Rp 20.000 per biji, dan pulsa yang cukup, Anda bisa order jahit baju.

Bisa order dres sampai kebaya, dari gaun hingga kimono outer, dari kemeja sampai gamis, juga dari daster sampai busana kerja. Sayang banget kan jika kain-kain koleksi Anda hanya tersimpan rapi di lemari? Mendingan dibikin busana yang unik dan satu-satunya di muka bumi ini. 

Eh, lalu gimana teknis modiste online ini? Simpel. Tinggal telepon (atau ber-WA-dulu dengan) mbak Samantha a.k.a Atha selaku owner Samantha, agar dipandu mengukur badan Anda. Dan tinggal nantikan busana idaman, sampai di tangan dengan hasil memuaskan.

Berbeda itu asyik, bukan? Mengapa harus berbeda dan mesti asyik, ya karena itulah jiwa Samantha Project. Yup, yup, kami memang berbeda dan bersemangat untuk mengajak Anda ikut tampil bersemangat dan juga berbeda.Tentunya....

Salam Samantha..

Samantha by Atha "Mbak Samantha"
** telp/WA 082149417505  ;   instagram:  @samanthaproject
website :  modiste samantha
workshop: Kompleks Mediterania Blok S2/7 Balikpapan Baru, Balikpapan



baca juga  :   Sempat jadi jurnalis kini atha pilih dunia fashion
                     Kimono mini hingga tenun Kalimantan nan etnik
                     Welcoming days with samantha projet
                     Cari tukang jahit di Balikpapan? Ke Modiste Samantha saja
                     "MAMA" by PAULINA, PROYEK LAGU PERTAMA
                     Teh Nasgitel pet
                     BASA WALIKAN

Minggu, 30 Oktober 2016

HONDA REVO 110 CC, ENGGAK POWERFUL, TETAPI NYAMAN DAN KEREN

Dari sekian varian yang dilahirkan Honda di Indonesia, Revo adalah bebek terakhir yang  mengusung kubikasi 100 cc. Pertama muncul tahun 2008, Revo sebenarnya sudah “kalah” dengan bebek pabrikan sebelah yang duluan menganut mesin 110 cc.

Revo tertolong karena desain yang keren. Bisa dibilang, Revo pionir dalam hal desain yang menganut “runcing” dan lekukan bodi yang tajam. Bahkan, sepertinya Revo adalah bebek 100 CC dengan desain terbaik.

Bodi depan yang “tegas”, headlamp depan yang “menukik”, lampu belakang yang runcing, tampilan samping yang mungil-sporty, dan penampakan buritan secara keseluruhan yang proporsional, menjadi nilai plus Revo. Begini tampang Revo:




Knalpot ala racing dengan bunyi dentumannya yang khas tetapi tidak memekakkan telingan, ditambah sudut kemiringan yang pas, menjadi milik Revo. Bebek-bebek lain, mah, sepertinya “lewat” dalam segi desain knalpot. Juga soal pelek racing, Revo adalah terobosan awal bebek Honda yang sukses.

Bagian panel yang berisi spedometer, odometer, indikator bahan bakar, hingga lampu sein, terbungkus dalam wadah yang pas. Tidak kebesaran. Desain mesin, bahkan pijakan kaki, dan bentuk jok, Revo yang hanya diproduksi tahun 2007-2010 ini, good looking.

Sambalbawang memelihara Revo keluaran 2008, sampai sekarang. Dirawat secara benar dan hanya diperkenankan meminum pertalite dan sesekali pertamax. Sebelumnya, Revo sambalbawang minum oplosan bensin dan pertamax.

Sedikit banyak paham, bagaimana karakter motor satu ini yang akan dikupas satu demi satu. Oke mari kita mulai dari tampilan. Secara umum, bagus. Jika desain motor terbagus dinilai 10, bolehlah Revo ini saya beri angka 8,5.

Untuk mesin, Revo terbilang standar. Kubikasi 100 cc kelewat kecil. Bore x stroke (diamter silinder dan jarak piston bergerak maju mundur) adalah 50 mm x 49,5 mm yang berarti torsi dan power merata di setiap putaran. Sudah terbaca bahwa akselerasinya lambat.

Torsi adalah gaya rotasi (tenaga) untuk memutar roda yang didapat dari ledakan di dapur pacu mesin. Torsi hanya berperan di putaran bawah, saat roda menggelinding dari posisi diam. Ketika motor mulai melesat, barulah kita ngomong power (tenaga). Gampangnya gini, torsi berperan di akselerasi awal, sementara power berkaitan dengan kekuatan mesin meraih kecepatan puncak (top speed).

Kembali ke Revo,  akselerasi lambat ini memang jadi kelemahan. Karakter mesinnya yang lambat panas, juga menyebabkan Revo ini nggak galak saat mesin masih dingin. Jangan berharap Revo bisa dipancal ngebut jika mesinnya hanya dipanasin semenit.

Tapi kalau sudah panas mesinnya, Revo cukup garang saat dibawa lari di atas 60 km per jam. Kalau ngomong top speed, sambalbawang pernah membukukan hingga 90 km per jam di trek lurus yang rada turun dikit. Namun sesungguhnya, mencapai top speed 80 km per jam pun, sudah cukup susah.

Namun, memang itulah Revo. Dicipta bukan untuk ngebut, tapi untuk digeber santai. Agar yang lain denger suara knalpotnya yang cukup merdu. Agar yang lain lihat bodi Revo yang ramping, seramping pramugari.  Juga agar orang lihat setangnya yang runcing rada-rada berasa racing, hehe.

Bodi yang ramping-kurus-membuat Revo saat ngebut, agak mudah “tertiup” saat berpapasan dengan kendaraan gede. Ini mungkin juga pengaruh suspensi yang rada kelewat empuk. Tapi empuknya suspensi ini yang bikin jalanan tidak rata, masih cukup nyaman dilibas.

Ground clearance Revo sebenarnya cukup tinggi, tapi karena suspensi yang terlalu empuk tadi, maka polisi tidur yang dilintasi mendadak, tetap bisa jadi sedikit “bencana”. Mesin bagian bawah pasti ngesun aspal.

Urusan handling, Revo 2007-2009 termasuk lumayan. Perpindahan gigi, sambalbawang rasa cukup, tidak istimewa. Oper ke gigi 1, mungkin agak nyendal, tapi selebihnya oke-oke saja. Lanjut ke kualitas pengereman, cukup baik, meski dengan catatan rem belakang yang sudah tipis kanvasnya, akan memberi efek nggak enak.

Dari sisi ergonomis, Revo lumayan. Tidak terlalu pegal jika menempuh jarak jauh. Posisi boncenger juga “manusiawi” meski rada melorot.  Secara garis besar, Revo adalah tipikal motor bebek untuk rute yang bisa dekat bisa jauh.

Menimbang konsumsi BBM, Revo termasuk boros meski masih borosan Supra Fit 100 cc keluaran 2005-2008. Sambalbawang nggak pernah ngitung sih, tapi jelas, satu liter (pertalite) hanya sanggup membawa kendaraan sejauh 30-35 km. Semoga itungan ini cukup sahih. Kalau salah, ya maaf. Hehe.

Kalau menyoal kelemahan, kekuatan mesin memang jadi nilai minus. Supra Fit pun masih lebih gahar tenaganya ketimbang Revo generasi awal ini. Material plastik Revo, sepertinya juga lebih mudah “berisik” jika tidak tersekrup sempurna.

Namun dari semua itu, yang mengganggu adalah tebeng Revo yang menganggu saat harus mengganti busi. Dengan pengait di bawah mesin, yang menyatu dengan tebeng, urusan ganti busi bisa rumut dan menjengkelkan.

Kaitan bawah ini mesti dicopot agar tebeng bisa cukup diangkat, supaya tangan leluasa meletakkan dan memutar kunci busi. Saking repotnya, sambalbawang akhirnya memutuskan untuk melepas kaitan bawah ini. Gantinya, diiket pakai tali rafia.

Satu hal yang unik, tapi tidak penting adalah, Revo ini termasuk sangat sangat jarang mejeng di showroom motor bekas. Setidaknya itu tergambar di Balikpapan. Belum ada penjelasan ilmiah tentang ini. Tapi sebagai pemilik Revo, sambalbawang merasa agak berat melepas kuda besi satu ini.

Terlepas dari sejarahnya, sebagai motor pertama yang dibeli secara kredit oleh saudara bojo, Revo ini juga tak pernah berulah. Paling hanya ganti busi jika mesin susah dinyalakan. Tapi kalau ada yang nawar harga tinggi, mungkin Revo ini akan sambalbawang lego. Hahahahaha.
BACA JUGA :  TENTANG HONDA (3) INILAH STAR'S FAMILY

Minggu, 23 Oktober 2016

"SUAP" NANGKA DARI MAMA

Nangka selalu menjadi buah favorit sambalbawang. Namun agak jarang melirik, mengingat di pasar sini berjubel aneka buah yang enak-seperti nanas, pisang, hingga duren. Dalam setahun, bisa dihitung jari membeli nangka.

Siang itu, rasanya tidak bisa menolak pesona si nangka. Seorang nenek yang bersimpuh di depan pintu Pasar Klandasan, Balikpapan, dengan beberapa kantong plastik berisi nangka. Ada yang berwarna kuning, ada yang agak oranye.

"Coba dulu," begitu tawaran si nenek ini. Telanjur mampir melihat lapaknya, satu nangka pun sambalbawang ambil dan dicicip. Ah. Manis. Oke bungkus, tapi satu saja. Si nenek menerima dengan riang uang Rp 15.000.

Hanya sehari nangkanya habis. Pada potongan terakhir, mendadak teringat kisah masa lalu. Saat masih duduk di bangku TK. Masa di mana nangka menjadi alat suap bagi sambalbawang agar nurut nemenin mamah ke pasar.

Karena kakak bersekolah di SD, dan mamah bertugas antarjemput memakai kaki, maka posisi sambalbawang serba "terjepit". Nggak mungkin lah mamah menjemput sambalbawang, lalu balik ke rumah, dan kembali ke sekolah kakak.

Imbasnya, mamah menjemput sambalbawang dulu, dan menghabiskan sekian puluh menit menemani mamah ke pasar atau urusan macam-macam. Dan mamah tahu persis bagaimana anaknya ini ditaklukkan. Dengan apa? Nangka.

Untuk membujuk sambalbawang agar berangkat ke sekolah (TK) memang harus dengan teh kotak dan Chiki. Maka untuk membuat sambalbawang tidak rewel setelah sekolah, nangka yang paling efektif. Entah mengapa, memang demikian.

Jadilah suap nangka ini terjadi hampir tiap hari. Sambalbawang ingat punya dua penjual nangka favorit di Pasar Ngasem, Yogyakarta. Yang satu di dalam pasar, satunya lagi mangkal di tangga pasar. Satu bungkus nangka, kalau tidak salah Rp 200.

Kalau sudah ketemal-ketemil makan nangka, berjalan seberapa jauh pun, tak masalah. Namanya saja masih kecil, sambalbawang tidak pernah tahu betapa harga nangka segitu, sebenarnya sudah cukup berat bagi kondisi keuangan keluarga kami.

Selepas motor satu-satunya dijual demi biaya sekolah kakak-kakak, maka mamah yang jadi "ojek" kaki bagi anak-anak. Dalam sehari mamah berjalan cukup jauh, mungkin bisa 5 km. Mengantar saya dan kakak ke sekolah yang berbeda, menunggu, dan menjemput.  

Sejak TK sampai SD kelas sekian, lah, aktivitas itu. Maksudnya jajan nangka ini.  Tapi sepertinya, bagi mamah, membelikan sebungkus nangka untuk sambalbawang adalah pilihan terbaik. Daripada anak bungsunya ini rewel sepanjang hari dan bikin onar di rumah.

Dan, sebetulnya, cukup murah tuh, suap nangka ini. Meski kadang di sore hari ada es dung-dung lewat, ya diembat. Hehe. Tapi terlepas dari fakta murahnya nangka ini, ternyata ada hal positif. Apa itu? Sambalbawang tidak canggung masuk pasar untuk belanja.

Hari ini sambalbawang menelepon mamah, dua kali. "Ada apa ya," kata mamah. "Oh nggak, mah. nggak ada apa-apa. Hanya kangen," sahut sambalbawang. "Mah, Adi minta uang," kata sambalbawang. Dijawab dengan ketawa di seberang.

"Adi minta doa restu saja ya, mah"
"Pasti. Mama setiap hari berdoa untukmu.."



BACA JUGA ARTIKEL LAINNYA :
THE AQUARIAN ?






Jumat, 21 Oktober 2016

TEH vs KOPI

Tidak bisa. Sungguh. Minuman teh, bagi sambalbawang, tidak bisa ditandingkan dengan kopi. Penggemar kopi tidak berhak menyebut teh adalah minuman kelas dua. Penikmat teh juga tidak berhak menuding kopi bukan minuman enak. Teh dan kopi, keduanya sama kasta.

Teh adalah minuman terenak di muka bumi. Dedaunan dan batang-batang teh melebur dalam air yang akhirnya menjadikannya berwarna coklat bening. Ditambah harum melati, terciptalah teh enak nan eksotis. Ada rasa mantap, kental, dan sepet di sana. Soal gula adalah selera personal. Meski teh nasgitel adalah yang tersahih bagi sebagian orang.

Kopi juga minuman terenak di muka bumi. Biji kopi yang sudah dihaluskan, kala dituang air panas, akan menguarkan aroma dan rasa pahit yang bakal bikin ketagihan. Bolehlah ditambah gula atau susu kental manis untuk "melembutkan". Atau biarkan saja kopi tersaji pahit, bahkan benar-benar pahit, karena itulah kegarangan dari kopi.

Kopi memang terasa nikmat diseruput tiap hari. Sambalbawang sebenarnya lebih terbiasa menyeruput teh ketimbang kopi, karena itulah kebiasaan sejak kecil. Namun juga menyukai kopi. Dan kala sekian hari menyeduh teh, kecintaan akan kopi tidak berkurang. Sambalbawang yang lahir dari keluarga peminum teh, kini. atau tepatnya sejak tahun 2013, juga menjadi penikmat kopi. Kopi yang "serius" tentunya. Bukan kopi sachet.

Dan tentunya lagi, hanya teh "serius" yang juga memberi kegembiraaan bagi sambalbawang. Teh dan kopi memang tercipta untuk menggembirakan manusia, meleburkan sekat-sekat kala mereka terhidang di atas meja. Sebagai bahasa pergaulan? Mungkin saja...

Jika ada perbedaan antara kopi dan teh, barangkali hanya soal harga dan bagaimana disajikan. Ada kopi yang harganya mihil bingits. Namun ada juga teh yang juga muahaal. Ada kopi sasetan disajikan warung pinggir jalan seharga Rp 5.000 dan tidak enak. Ada teh di kafe besar yang juga hanya teh celup.

Jadi, jangan bandingkan kedua minuman favorit sambalbawang ini. Keduanya minuman istimewa.

baca juga :
TEH NASGITEL PET
KOKORO NO TOMO
1O BREGADA KERATON YOGYAKARTA YANG KEREN
BASA WALIKAN
MAMMA MIA ! HERE WE GO AGAIN, ABBA AGAIN
MENGAPA HARUS NGEBLOG

Rabu, 05 Oktober 2016

KOKORO NO TOMO

" Anata kara kurushi mi o ubaeta sono toki
Watashi nimo ikite yuku, yuki nga wa ite kuru
Anata to de au made wa kodoku nasasurati bito
Sono te no nukumori o kanji sasete

Ai wa itsumo rarabai, tabi ni tsukareta toki
Tada kokoro no tomo to watashi o yonde

Shinjiau kokoro sae doko ka ni wasurete
Hito wa naze sungita hi no shiawase oikakeru
Shizuka ni mabuta tojite kokoto no doa o hiraki
Watashi o tsukandara namida fuite

Ai wa itsumo rarabai, anata ga yowai toki
Tada kokoro no tomo to watashi o yonde

Ai wa itsumo rarabai, tabi ni tsukareta toki
Tada kokoro no tomo to watashi o yonde "


Lirik di atas--yang sambalbawang comot dari internet karena enggak faham-adalah lagu Jepang yang barangkali paling populer di Indonesia sampai saat ini. "Kokoro no tomo", judulnya, menjadi hits di era 80-an. Dinyanyikan oleh Mayumi Itsuwa.

Si mbak ini juga yang melantunkan "Amayadori", yang kepopulerannya satu strip di bawah Kokoro no tomo-semoga bener nulisnya. Gegara nemukan kaset berisi kompilasi lagu hits era itu, dan ada lagu ini, sambalbawang jadi hapal. Sejak SMP, malah.

Enggak sempat dipilih Warkop sebagai lagu yang diplesetkan-lantaran milihnya Sukiyaki menjadi Nyanyian Kode- Kokoro no tomo,justru yang paling berkesan. Enggak tahu artinya, pokoknya suka.

Baru beberapa tahun lalu, sambalbawang iseng mencari arti lirik lagu ini. Meminta bantuan mbah Gugel, dan ketemulah.Ternyata memang tidak jauh-jauh amat dengan penggalan sebuah kisah di masa lalu. Ah.

Skip-skip. Enggak usah ditanya juga berapa lama menghapal liriknya. Intinya, lagu ini, syahdu. Mau dibilang melow, boleh. Mau dikategorikan romantis, ya boleh. Kokoro no tomo artinya teman hati (semoga bener). Nah, bener, kan, melow. 

Namun, bukan masa lalu yang menyeret sambalbawang menggandrungi lagu ini. Namun karena inilah lagu Jepang pertama yang sambalbawang kenal dan syukurlah, hapal. Padahal zaman berganti, dan lagu Jepang makin banyak.

Tapi entah mengapa, ini lagu tetap terasa asyik, meski sudah berumur 30 tahun lebih. Coba saja ndengerin. Tambah menarik kalau tahu arti liriknya, dan inilah dia :

" Saat itu mampu kulepaskan kepedihan dari hatimu
Semangatku pun bergelora menapaki jalan hidup ini
Sebelum berjumpa denganmu, kesepian aku berkelana
Biar kurasakan hangatnya jemarimu
Cinta senantiasa meninabobokan
Tatkala lelah dalam perjalanan
Ingatlah diriku sebagai teman hati
Bahkan hati yang saling percaya terlupa entah di mana
Mengapa orang-orang mengejar kebahagiaan yang telah berlalu
Pejamkan matamu perlahan dan singkapkan jendela hatimu
Raih tanganku dan usap air matamu
Cinta senantiasa meninabobokan
Ketika lelah dalam perjalanan
Ingatlah diriku sebagai teman hati
Cinta senantiasa meninabobokan
Tatkala lelah dalam perjalanan
Ingatlah diriku sebagai teman hati "


HOMPIMPA ALAIUM GAMBRENG UNYIL KUCING
HANACARAKA AKSARA JAWA YANG INDAH
TEH NASGITEL PET
BASA WALIKAN
KILAUMU BAGAIKAN MUTIARA
MENGAPA HARUS NGEBLOG
BLOGER BALIKPAPAN RAYAKAN HARI BLOGER NASIONAL 2019

Kamis, 29 September 2016

SUPRA GTR 150, SI BEBEK (RASA) SPORT

Bebek rasa sport. Itu kesimpulan tatkala melihat dan menjajal sejenak performa Supra GTR 150, varian anyar Honda yang dirilis awal tahun 2016 ini. Bagi yang berharap Supra GTR 150 ini masih bercita rasa Supra, siap-siap saja untuk terkejut. Supra yang ini tidak sekalem kakak-kakaknya.

Setelah sekian bulan penasaran, akhirnya sambalbawang berkesempatan juga melakukan test drive motor yang sempat menghebohkan para biker itu. Sore hari, sambalbawang meminjam sejenak motor itu dari diler Honda Harapan Utama, Balikpapan. Penasaran kan memang harus dituntaskan biar kelar. Ini dia tampangnya.




Jauh sebelumnya, Mei lalu, sambalbawang sudah berpapasan dengan GTR 150. Namun hanya sempat memelototi tampangnya, ketika serombongan bikers mampir Balikpapan, di sela-sela turing antarpulau. Sempat ngobrol dengan beberapa biker, katanya GTR 150 sip untuk turing.

Jadi, mari kita bahas sedikit gimana makhluk ini. Diawali, tentu saja dari tampang. Dimensinya cukup bongsor, dengan lekukan-lekukan sudut tajam. Mengingatkan sejenak dengan sosok bebek sport yang dibesut pabrikan lain. Namun bodi GTR 150 lebih “menjulang” dan seimbang.

Beranjak ke tampang depan, desain lampunya sepintas mengajak memori bernostalgia mengingat si legendaris Supra X 125 yang tak lekang dimakan usia. Tapi, bedanya ya tetap jauh sih, karena lampu depan GTR 150 ini sudah menganut dual LED, lampu jauh dan dekatnya terpisah.

Menuju ke bahan material, plastik bodi penutup tampang dan bagian tebeng, meski tidak terlalu tebal, tapi cukup “serius” dan rapat, dibanding kawanan bebek lain. Menandakan bebek sport ini tidak akan banyak berisik “mengepakkan sayap” kala bergetar mesinnya.

Jika dipantengin dari samping dan belakang, tampilan GTR 150 termasuk kalem jika parameternya adalah sport murni. Namun tampaknya inilah satu daya tarik, agar kaum hawa-yang ingin tampil sedikit macho-pun melirik. Ibarat berotot, boleh, tapi nggak perlu harus seperti binagarawan. Kan? Aha.

Kembali ke topik utama. Oh ya, satu yang paling mengesankan adalah desain knalpot. Cukup slim, kokoh, namun sporty dan good looking. Dentuman suaranya pun, tidak malu-maluin, tapi juga tidak bikin sebel pengendara sebelah. Tidak juga bikin pak RT terpaksa keluar rumah sambil bawa pentungan, kala ini motor lewat gang kampung.

Dengan moncong mendongak ke belakang lumayan tinggi, GTR 150 akan aman dan baik-baik saja jika dipaksa melewati genangan air hingga 40 cm. Inilah bebek-dan mungkin juga bebek sport- yang secara teori paling aman menerabas banjir. Bisa jadi opsi bagi mereka yang kerap lewat daerah banjir.

Beranjak ke fitur, terutama melongok panel-panel indikator, nuansanya sih, standar. Gabungan analog dan digital. Penunjuk RPM masih berupa jarum, tapi selain itu sudah digital. Apik. Semua penanda indikator, cukup jelas terbaca. Kalau toh dicari satu “kelemahan”, sepertinya hanya menyoal penanda RPM yang space-nya kegedean. Sepertinya dari sektor inilah GTR 150 terasa masih ada “bebek” nya.

Okey. Cukup pantauan secara visual. Sekarang saatnya berkendara alias test drive. Lima menit pertama, langsung terbaca mengapa bebek ini diklaim bersahabat kalau diajak turing jarak sedang hingga jauh, dan naik-naik ke puncak gunung. Para biker yang terlanjur beli GTR 150, sepertinya tidak menyesal.

Dari aspek ergonomi, lumayan dapet. Diajak putar-putar Kota Balikpapan, tangan dan telapak tangan tidak pegal. Posisi kaki juga nyaman. Posisi stang yang tinggi membuat badan tidak dipaksa membungkuk. Sambalbawang yang tinggi badannya 171 cm, masih bisa menebar senyum ke kanan-kiri saat berkendara.

Konfigurasi kopling manual lumayan sukses disematkan di Supra GTR 150. Tuas kopling empuk ditarik jemari tangan, tugas persneling gigi di kaki, pun, enteng dipijak. Saat posisi gigi berpindah, entakannya lumayan anteng. Jika terbiasa mengendarai motor cowok, mengendarai GTR 150 yang bertipe mesin DOHC dan setingan giginya sampai enam ini, bisa sambil “merem”, lantaran mudah. Nggak perlu narik kopling ful tenaga, gigi sudah bisa dipindah dengan smooth. Enyak kan.

Beranjak ke suspensi, GTR 150 lebih bersahabat ketimbang bebek sport lain. Sambalbawang sengaja “menghajar” jalanan aspal berlubang, dan sejenak melewati jalan bergelombang-berbatu-batu, dan ternyata...motor ini cukup anteng. Suspensi belakang bertipe tunggal (mono shock), tak hanya sekadar mempermanis tampilan sisi tengah motor, tapi juga oke meredam getaran. Berikutnya, tentang jok, sebenarnya cukup keras, namun pengendara terbantu oleh fungsi suspensi yang lumayan sip.

Roda depan berukuran 90/80-17 sedangkan belakang 120/70-17. Dimensi yang cukup lebar untuk memeluk aspal, dan mantap untuk mencengkeram saat pedal rem diinjak. Dobel rem cakram, depan-belakang, menjadi nilai tambah. Sambalbawang mencoba mengerem rada “kejam” saat laju motor cukup kencang. Supra GTR 150 ini akur-akur saja, mau berhenti tanpa bikin pengendaranya panik.

Lalu, mesinnya bagaimana? Supra GTR 150 berkubikasi 149 cc dan berteknologi injeksi penuh ini, terbilang cukup bertenaga. Sepintas dicicipi, karakter mesinnya mirip Sonic, tapi lebih kalem. Lebih jinak, dikit. Di putaran bawah, sedang, hingga tingi, tenaganya masih bisa “ngisi”.

Mesin tetap cukup adem lantaran ada radiatornya. Dibawa lari sampai 90 km per jam, motor ini belum melayang. Masih bisa “nancep” ke aspal. Handling juga tidak “lepas”. Tapi ngapain juga kencang-kencang membejek gas sampai segitunya, kalau kecepatan nyaman ada di kisaran 50-70 km per jam. Turing kan tidak harus ngebut, kan?

Melongok ke fitur lain, memang terasa ada yang dikorbankan demi tampilan GTR 150 yang ca’em ini. Apa saja itu? Pertama, bagasi. Hanya tersedia sejumput space yang itu pun tidak muat untuk sebiji jas hujan. Paling hanya muat notes. Tapi, ruang kecil ini sebaiknya tidak diisi barang, karena untuk "bernapas" mesin.

Kedua, tidak ada cantolan tempat menggantungkan bawaan di bagian tebeng. Dengan desain rapat segitu, motor ini memang bukan motor untuk belanja ke pasar. Dibikin cantolan sih, bisa dan sah-sah saja, kan ini urusan selera dan fungsionalitas. Meski konfigurasi tebeng-nya tidak mentolerir untuk itu. Tapi kan kalau turing, masa juga sembari bawa plastik isi soto.

Supra GTR 150-yang dilanjutkan dengan All New Supra GTR 150-diklaim hanya menghabiskan 1 liter BBM untuk menempuh jarak 42-an km. Ini termasuk hemat, bro and sis. Ada rider bilang motor ini bisa dipancal sampai 120-an km tanpa mesin tersengal-sengal kehabisan napas. Tapi karena sambalbawang bukan penggila speed, melainkan pendamba kenyamanan berkendara, maka, tidak terlalu penting membuktikan batas speed tersebut.

Oya satu lagi, untuk menikmati sensasi berkendara yang ideal, Supra GTR 150 ini meminta minuman jenis pertamax, bukan BBM subsidi. Pertalite, sih, sepertinya cukup oke, tapi sebaiknya kita suapin pertamax. Bebek nan “mewah” gini, bermesin injeksi pula, cocoknya ya dikasih pertamax.

Singkat kata, bebek sport ini bisa diajak berpetualang tanpa bikin pantat cepat terasa pegal, dan tetap dapat santai berkendara. Boncenger juga cukup diperhatikan “nasibnya” lantaran jok Supra GTR 150 tidak nungging-nungging amat. Turing berdua ke luar kota, masih bisa hepi sampai tujuan.

Diler Honda di Kota Minyak ini, membanderol Supra GTR 150 Rp 22-Rp 23 juta di Balikpapan. Sambalbawang tidak mau menilai ini harga yang murah atau tidak, lantaran harga kan menyesuaikan bagaimana material dan performa kendaraan. Pilihlah motor sesuai keinginan dan kebutuhan. Kalau masih suka ke pasar, motor ini enggak cocok. Kalau suka turing, tapi santai-santai saja melahap km demi km, GTR 150 bisa dipinang di diler. Begitu, jreng...


BACA JUGA

7 MOTOR BEBEK TERBAIK SEPANJANG MASA
ZUNDAPP LAMBRETTA JAWA CB200 DI PAMERAN MACI BALIKPAPAN
TENTANG HONDA (3) INILAH STAR'S FAMILY
TENTANG HONDA (2) DARI ASTREA 700 HINGGA ASTREA 800
TENTANG HONDA (1) DARI PISPOT SAMPAI PITUNG
BANYAK MOTOR SEDIKIT MEREK, SEDIKIT MOBIL BANYAK MEREK
SUZUKI NEX - IRIT LINCAH MANTAP KALEM
FORD LASER SONIC - BALADA FORDI (1)
AVANZA VS WULING VS EXPANDER

Senin, 19 September 2016

NGGAK MAU BIKIN TEH ENAK, BIKIN SIRUP SAJA, SANA

Entah mengapa, belakangan ini, atau tepatnya empat tahun terakhir, saya anti minum es teh di warung. Bukan lagi soal tehnya beraroma vanila, tetapi lebih ke si penjual yang nggak mau denger permintaan konsumen.

Saya, sebagai konsumen, sebetulnya berhak menentukan "rasa", ketika sudah ngomong "tehnya panas, manis, kental", dan sudah diiyakan si penjual. Dalam hal ini, saya sudah menghilangkan keinginan citarasa "sepet".

Komposisi teh yang sejati, ya empat unsur tadi. Jika ingin sempurna, ya tehnya beraroma melati. Nasgitelpet, panas-legi-kentel-sepet. Rumus bakunya gitu. Dan, saya sudah lumayan berdamai ketika mau menerima teh rasa vanila-jika itu yang terhidang.

Namun, teh yang dihidangkan di warung, 90 persen sepertinya "asal teh". Lebih ke air segelas yang kecemplungan secara tidak ikhlas oleh teh celup. Bahkan kalau boleh berpendapat, teh celup bikinan saya, pun, masih jauh lebih enak.

Oke, jika penjual memilih minuman sebagai "tambang uang", daripada makanan. Namun tidak bisa donk teh dihidangkan asal-asalan. Bahkan, "sembarang" teh pun, masih masuk akal, bagi saya, daripada "sembarang" cara bikin teh.

Alasannya, semua teh bisa dibikin enak. Menjadi tidak enak jika cara bikinnya salah. Airnya kebanyakan, takaran tehnya kelewat pelit, airnya sudah nggak segar, diseduh tidak dalam kondisi mendidih, terlalu lama disimpan,

Diperparah lagi kalau takaran gulanya, kelewatan. Maksud saya, untuk ukuran saya yang terbiasa minum teh manis saja, tarakarannya tetap kelewatan. Kebangetan. Kebayang, kan? Teh yang nikmat memang manis, tapi ingat, itu setelah ada faktor "nas-tel-pet"nya, yang terpenuhi. Kalau hanya manis doang, ya tidak enak. Apalagi jika satu teh celup untuk empat gelas.

Jika syarat teh enak diabaikan, teh akan terasa ambyar. Celakanya lagi, salah satu "benteng" terakhir penjual teh di Balikpapan, yakni warung angkringan, nyaris tidak ada yang menganggap teh itu minuman penting.

"Teh (rasa ambyar) seperti ini saja, laku. Ngapain repot bikin teh yang repot," sepertinya itu pikiran banyak penjual dari tingkat warung, restoran, hingga angkringan. "Mbikin teh itu, ya repot," begitu kata salah satu pedagang angkringan yang syukurlah, masih resah jika teh bikinannya gagal-dan tidak berani menyajikan teh asal ke saya.

Karena teh seperti "candu", maka, jika makan di warung, saya tetap membeli minuman teh. Tapi teh botol, atau teh dalam kemasan kotak. Setidaknya, keduanya, baik teh botol maupun teh yang dikemas kotak itu, rasanya masih lebih serius daripada teh yang "asal teh" itu.

Kalau mau rasa teh yang enak, ya mesti mau repot. Sedikit repot, tepatnya. Mau tahu kerepotan lain? Teh itu nggak enak jika diwadahi gelas plastik, maupn diaduk memakai sendok plastik. Nah, jadi, kalau mau mudah, ya bikin minuman sirup saja. Atau bikin es batu. Ho, oh, kan?



Senin, 15 Agustus 2016

KEMBALI BERSUA ( cerpen 8 )

Kaos berwarna putih, tanpa lengan, dan celana pendek berbahan jins yang digunting sampai di atas lutut. Itu kostummu sore ini. Bedak sedikit tebal, menempel di wajah. Bau badan yang sepertinya campuran antara sabun mandi dan parfum ketengan,

Kamu melihatku. Tatapan matamu seakan menyelidik. Seakan pula berharap, entah harapan apa. Harapan yang nantinya berujung uang, atau harapan bahwa sesosok pria di depannya ini bukan seseorang yang akan mengusirnya.

Hani, namanya. Umur 34. Asal dari sebuah kota di Jawa Tengah. Janda satu anak. Tubuh ramping, tinggi 155 cm, kecil mungil, rambut kepang, suara serak, dan sebungkus rokok kretek di tangan. Tangan satunya lagi, menggenggam bungkusan plastik berisi es teh. 
  
"Kita, aku yakin, pernah bersua di suatu tempat," ujarku membuka percakapan. Berharap dia "terpancing" obrolan pembuka ini. Rokoknya tidak jadi disulut. Hani menatapku. "Kamu kah pria itu? Maksudku salah satu pria itu?"

"Sepertinya bukan," kataku. "Namun aku pernah melihatmu. Bersama salah satu kawanku. Mungkin 2-3 tahun lalu. Bukan di sini," jawabku. Sebelum dia membuka mulut, aku berkata lagi, "Salah satu temanmu, yang aku ingat, saat itu berteriak-teriak,"

"Aku tidak tahu kejadian setelah itu. Yang aku ingat, aku langsung ditarik kawanku yang mendadak muncul entah dari mana. Kami segera menyingir dari tempat tersebut," ucapku.

"Tapi aku mengenalmu karena satu jam sebelumnya sempat berbincang denganmu. Kamu sempat menawarkan sepotong tempe goreng dan teh, kepadaku. Meski, yah, berbagi mulut gelas denganmu," kataku pada Hani.

Dia terdiam. "Aku lupa, Banyak pria kutawari minuman karena itu kebiasaanku. Mungkin aku akan rada ingat besok, tapi kalau sekarang, aku lupa," katanya sembari mengangkat bahu. "Nanti deh, kalau ada waktu, kuingat-ingat lagi," ucapmu.

Di sebuah gang sempit, sore itu, aku bersua Hani. Rumah-rumah di sepanjang gang ini, berimpitan. . Sore yang rada ramai. Salah satu "pesertanya" adalah seorang penjual gorengan. Sebut saja Bu Titik.

Bu Titik ini langganan Hani. Dan sore itu, Hani memang sedang menunggunya. Bu Titik, dengan wajah ceria, menurunkan gendongannya, menggelar dagangan. Plastik kresek dibuka. Dua tahu, dua tempe, dua bakwan. Enam atau tujuh cabai, disertakan.

"Aku ditraktir dong," tiba-tiba Hani berkata dengan nada manja. "Ah, tadi kamu kutanya, ketus," sahutku. "Kamu sih pakai nanya-nanya. Ngapain. Sudah tho, Traktir aku donk," katanya sewot. Matanya melotot, lubang hidungnya membesar.

"Oke. Begini perjanjiannya. Kamu kutraktir tapi aku kamu temenin sebentar. Paling 30 menit lagi," kataku membuka penawaran. Dia menjawab, "Oke, deal".. Hani mendatangi tempatku duduk, dan mengambil tempat di sebelahku.

Aku bisa melihat tengkuk dan lekuk kakinya. Dia balik menatap heran. "Ngapain sih kamu liat-lihat," katanya dengan nada bicara sedikit sebal. "Aku pernah melihatmu, dua-tiga tahun lalu. Dan aku hanya bertanya padamu, apakah itu benar?" ujarku.

"Kamu mau bakwan, ini satu untukmu," jawabmu cuek. "Ah sok tahu saja kamu. Emang hanya kamu yang datang menemuiku?" lanjut Hani. Aku mengambil bakwan yang kamu sodorkan. "Matamu bulat. Rambutmu bagus. Kamu baik. Dan kamu semestinya tidak merokok," kataku.

Dia terdiam..Lalu berkata, "Hanya satu orang yang pernah mengatakan kata-kata itu kepadaku. Aku memang pernah bersua denganmu. Tapi mengapa juga kamu menemuiku?" 

"Aku tidak berencana menemuimu. Namun aku berada di tempat yang sama pada saat yang sama denganmu, Aku pun tidak tahu apakah akan bersua denganmu lagi. Tapi sebelum aku pergi, bolehkan aku meminta senyummu?"

Hani tambah heran, Memiringkan kepalanya. Menatap aku tak berkedip. Semenit-dua menit. Dia lalu tersenyum renyah, dan berkata, "Apakah aku dulu pernah berkata bahwa suatu saat akan bertemu denganmu?".. Kujawab," Betul." 












  

Rabu, 20 Juli 2016

NABRAK MAKHLUK MANIS DI LAPANGAN (CERPEN-7)

Lucunya, aku mendadak mengingatmu. Setelah sekian tahun, dan sederet peristiwa terlewati. Tiba-tiba aku ingin mengingat senyum renyah, dan cekung lesung pipitmu. Juga dua bola mata sebulat kelereng, dan deretan gigi nan rapi di balik kawat gigi.

Menjelang malam, aku bertandang ke rumahmu. Berjalan kaki, menenteng raket bulutangkis, dan botol air minum. Kamu-dan adikmu yang sering menganggu itu-telah menantiku di teras rumah. Seperti biasa, ini malah kita, bukan?

Aku dan kamu melangkah memasuki lapangan. Ganda campuran, begitulah konsep kerja sama aku dan kamu. Di dunia kita, banyak ganda lawan yang sudah kita kalahkan, bukan? Tapi tanding antar teman begini, tak ada medalinya.

Aku selalu menantikan laga. Dan aku suka bisikanmu.  "Jangan biarkan mereka menang," katamu dengan muka serius, yang jujur saja, lebih terlihat jenakanya. "Kalau menang, aku pinjem buku ceritamu, ya," jawabku. Dia menyahut, "Beres.."

Lengan mungilmu keras mengayun. Langkah kakimu mengejar ke mana arah laju bola kok. Ah, aku suka mendengar lepas tawamu saat lawan tak sanggup mengembalikan bola. Dan aku suka melihat peluh deras berjatuhan dari dagumu.

Kadang, aku menunggu senyum kikukmu saat beradu pandang. Aku pun masih ingat bau keringatmu. Dan aku mengingat raut sebal wajahmu ketika bapakmu menjemput karena jam jarum telah menunjuk angka 12 malam.

Hei, kita beberapa kali bertabrakan gara-gara memburu laju bola. Cukup keras benturan itu, sampai membuat tubuh mungilmu terpelanting dan jatuh. Dan aku selalu mengulurkan tangan, membantumu bangkit. Pipimu pasti memerah saat itu.

Aku tertawa terbahak-bahak malam ini. Dua puluh tahun setelah kita memutuskan gantung raket, tanpa pernah melangkah bersama.Aku yakin kamu pun terbahak-bahak di sana.


BACA JUGA ARTIKEL LAIN :
THE AQUARIAN ?


Senin, 11 Juli 2016

HOMPIMPA ALAIUM GAMBRENG... UNYIL KUCING !!!

Anak-anak jaman dulu berhutang banyak dengan sosok ini. Drs Suyadi alias Pak Raden. Tanpa dia, tidak akan ada film boneka si Unyil, yang memaksa kita duduk manis setiap Minggu pukul 08.00 di depan TV.  Selama 30 menit, Unyil sebagai tokoh utama, bersama Ucrit, Melani, Cuplis, Usrok, bergantian mengisi kecerian di pagi hari.

Pak Raden, Pak Ogah dan tandem sejatinya yakni Pak Ableh, juga Bu Bariah, pun, tak ketinggalan muncul. Ada juga Kinoy, adiknya Unyil, serta Bun Bun, adiknya Melani. Mereka tinggal di Desa Sukamaju. Hidup berdampingan dengan damai, ceria, meski kadang ada kejadian. Komplet juga dengan hutan, dan para satwanya. Ah.

Pak Raden itu galak, tapi kami mencintainya. Pak Raden marah-marah ketika Unyil dan Ucrit sembunyi di pagar tanaman depan rumahnya. Unyil dan Ucrit diusir. Pak Raden juga malah “ngasih tahu” penjahat ke mana arah larinya Unyil dan Ucrit. Tapi Pak Raden nggak salah. Malah, Pak Raden itu sebenarnya orang baik.

Pak Raden, eh, Pak Suyadi lah yang mengkreasi film boneka yang ngetop di awal 80 itu. Dia secara “halus” menyematkan nilai toleransi, dan nilai positif lainnya, dalam kesederhanaan jalan cerita si Unyil. Coba simak salah satu judul film ini “Pengorbanan Seorang Ibu”, misalnya.

Adegan diawali dari Unyil yang tengah menunggu Ucrit yang sedang sembahyang di gereja. Ah di latar belakang sana, ada bangunan gereja. Mereka berdua hendak bermain. Agenda wajib anak-anak jaman dulu. Nggak ikut main, nggak keren,lah. 

(nb: ini gambar nyomot dari internet..)

Datanglah Usrok, yang lalu diajak Unyil. Usrok sih oke-oke saja. Namun Usrok yang sedang repot bawa belanjaan ini, mesti pulang ke rumah dulu. Unyil sontak meledek, katanya, “Kok kayak perempuan, pakai belanja,”. Usrok menjawab, “Ah ya enggak, ini kan bantu ibu,”.

Sampai segini, dasyat kan makna obrolan ringan itu. Lanjut ke cerita. Ucrit sudah pulang dari gereja, dan bersama Unyil nyampiri Usrok. Tapi Usrok lagi disuruh ibunya menyapu halaman sampai bersih. “Kebersihan itu untuk dirimu dan lingkungan. Rumah ini kita dapat dengan susah payah,” kata ibu Usrok. Secara sambalbawang "kenyang" ngontrak rumah, ini nasehat nan bijak. Setuju !

Nah, karena permainan harus ada Usrok agar seru, maka solusi yang diambil Unyil dan Ucrit adalah.....membantu Usrok menyapu agar cepat selesai. Muaranya, biar Usrok diizinkan ibunya untuk bermain. “Wah gawat ni, kalau begitu kita bantu nyapu,” ujar Unyil. Keren kan, solusinya. Apapun dilakukan demi bisa main bareng. Ini khas anak zaman dulu, hihi.

Ketika Usrok lagi kena jaga dalam permainan, Unyil dan Ucrit segera lari sembunyi. Celakanya mereka ini sembunyi (tapi ribut) di rerimbunan pagar tanaman rumah pak Raden, yang tentu saja langsung diusir si empunya rumah. “Apa ini rame-rame kayak pasar. Pergi,” hardik Pak Raden, yang lalu dijawab Unyil dan Ucrit sembari ketawa. “Mana tahaaan...”. 

Akhirnya ketemu juga rerimbunan ideal tempat ngumpet. Saat sembunyi itulah, seorang kakek lewat sembari bernyanyi “Walang Kekek”. Si kakek nggak nyadar dompetnya jatuh. Unyil spontan mengambil dan berseru kalau uangnya cukup banyak, bisa untuk jajan. Tapi Ucrit spontan mengingatkan, “Jangan, Nyil. Itu tidak baik. Kasian kakek.Siapa tahu uangnya untuk anak dan cucunya. Yuk kita kembalikan,”.

Di bagian lain, si kakek mulai panik lantaran dompetnya raib. “We lha, mati aku. Sing jenenge dompet ki endi parane (wah mati aku. Yang namanya dompet, di mana)” kata kakek. Untunglah dia lantas ketemu pak hansip, yang segera membantu mencarikan.

Sementara itu, di sudut kampung, Unyil dan Ucrit disergap seorang perampok yang ternyata juga melihat kala dompet kakek itu saat terjatuh. Ucrit yang apes, ketangkap, Sedangkan Unyil berhasil kabur tunggang langgang, dengan membawa dompet itu. Unyil akhirnya bersua pak hansip dan si kakek. Pak hansip pun sigap bertindak.

Adegan berikut, si kakek ingin memberi sedikit uang ke Unyil cs, karena nemukan dompetnya. Tapi Unyil menolak. Hebat, kan? Nah, singkat cerita, di hari lain, Unyil bersama Usrok dan Ucrit sengaja main ke rumah si kakek tersebut. Mereka disambut gembira. “Ini cucuku yang jujur, yang ngembalikan dompet,” kata kakek.

Tiga sekawan kecil ini lalu pamit, tapi ditahan. Si kakek menawarkan untuk mendongeng dan tentu saja itu tak bisa ditolak. Anak-anak gitu, lho. Dengar ada yang mau ndongeng, sakau, deh. Nah, sebelum si kakek mendongeng, dia masuk dulu rumah untuk mematikan kompor (yang tentu masih minyak tanah). Mau tahu celetukan si kakek gimana. Gini: “Sayang minyaknya. Penghematan energi,”. Kalau dipanjangkan, itu penghematan minyak tanah. Hihi. 

Lanjut. Tiga sekawan ini lalu ngobrol-ngobrol iseng, “Rupanya kakek sudah tidak punya nenek,”.. “Gampang, nenek yang tinggal di pinggir hutan, kita berikan saja ke kakek ini,”... “Hus ngawur...”. Mereka pun cekikikan. Untung saja, si kakek nggak denger.

Nah, balik lagi ke kakek itu. Dongeng pun dimulai, Kisahnya tentang seorang anak nakal, yang tinggal di tepi hutan bersama ibunya. Sang ayah sudah tiada. Si anak yang bernama Atu ini, hobi berburu, dan bangga setiap pulang menenteng buruannya. Demikian pula hari itu, ia menyumpit anak kera. Kelakuan Atu, bikin ibunya sedih.

Sementara itu, jauh di dalam hutan, induk rusa, induk kelinci dan induk kera tengah berkumpul dan ngobrol. Mereka membahas tabiat Atu yang sudah menghabisi nyawa anak-anak mereka. “Hutang garam bayar garam. Hutang jiwa bayar jiwa,” begitu kata induk kera. 

Lalu ketiga satwa ini bertemu ibunya Atu. Mereka menyampaikan hal itu. Ibunya Atu pun sedih. “Anakku jangan diapa-apakan. Sebagi gantinya, ambillah nyawaku sekarang juga,” kata si ibu yang turut larut dalam kesedihan para induk satwa.

Namun para induk satwa itu, tidak mau. Sesampainya di rumah, ibu menasehati Atu.. “Membunuh binatang adalah perbuatan sangat berdosa. Binatang itu memiliki perasaan seperti kita. Mereka akan bersedih bila anak mereka ada yang membunuh....” Busyet.. Daleeeem....

Ah, rasanya sekian dulu sekilas ceritanya. Versi lengkap silakan pemirsa cari sendiri di belantara youtube. Filmnya cepet kok, tidak sampai 20 menit. Tapi banyak makna tersurat dan tersirat... Hm. sambalbawang coba mendeskripsikan, jadi segini nih:.

- Hormat kepada ibu dan kakek
- Setia kawan
- Jujur
- Toleransi beragama
- Bertanggung jawab
- Sayang binatang
- Kepolosan anak-anak
- Yang jahat selalu kalah
- Penghematan energi
- Anak cowok tidak gengsi belanj ke pasar...

Kesimpulannya, terima kasih ya (alm) Pak Raden.. Kamu memang top se-top-top-nya..
Hompimpa, alaium gambreng... Unyil kucing !!!

Ehm.. sekadar catatan, "hompimpa, alaium gambreng" itu, setelah sambalbawang baca di sekian alamat, berarti: "Dari Tuhan kembali ke Tuhan, Mari kita bermain".
Buseet, kan.. Daleeeem....


BACA JUGA
BAHASA JAWA (1) BAHASA YANG (MUNGKIN) TERUMIT
GATOTKACA TAK HANYA OTOT KAWAT BALUNG WESI
LILAC SEPENGGAL CERITA TENTANG PASSION BERMUSIK
JURASSIC WORLD VS JURASSIC PARK
AKU DI BELAKANGMU, TIGER
MAMMA MIA HERE WE GO AGAIN, ABBA AGAIN
LEBIH BAIK NAIK VESPA