Minggu, 22 November 2015
BASA JAWA (1) BAHASA YANG (MUNGKIN) TERUMIT
Bahasa Jawa barangkali bahasa yang paling rumit di muka bumi. Tingkatannya berlapis-lapis, dan penggunaannya pun sesuai kondisi dan lawan bicara. Berbahasa Jawa, tidak hanya sekadar bisa berbahasa Jawa, namun juga tentang menghargai orang lain.
Nah, dalam blog ini, saya nggak akan membahas tinjauan yang sulit-njelimet itu, karena saya hanya orang awam yang kebetulan wong Jogja.Ntar salah, kan malah berabe, Jadi, saya cuman menyentil sedikit tentang Bahasa Jawa dialeg Yogyakarta.
Sejak kecil, dari mulai merangkak, saya dikenalkan dengan bahasa ibu, ya Bahasa Jawa ini. Beruntungnya saya, bapak-ibu orang Jogja, jadi ya seperti meneruskan keseharian saja. Untungnya lagi, saya bebas mengolah Bahasa Jawa, terutama ucapan, dengan batasan yang "cair". Sebisa mungkin berbahasa Jawa yang halus kepada yang sepuh. Namun jika sudah mentok, ya masih dibolehkan mencampurnya dengan Bahasa Indonesia.
Meski demikian, untungnya sekali lagi, pelajaran sewaktu SD hingga SMP, lumayan memberikan bekal. Memang hanya sebatas tahu dan (sekarang) mengingat. Yah, meski hanya sebatas paham apa saja tingkat tutur Bahasa Jawa ini, yakni ngoko, madya, krama, kedaton (bagongan), dan kasar. Kelima tingkat itu masih direntangkan lagi, menjadi 13 tingkatan, dengan level terhalus adalah "Krama Hinggil" dan level terkasar adalah "kasar".
Untuk Krama Hinggil ini, diposisikan sebagai bahasa yang diucapkan orang muda kepada orang tua yang sudah sepuh, atau setidaknya "tokoh" teladan. Seperti saya jika berbicara dengan eyang maupun eyang buyut. Meski dalam praktik, saya lebih sering berbahasa Indonesia kepada eyang buyut saya (almarhum), juga orangtua, karena takut salah.
Urusan salah memakai "tingkat" berbahasa ini. bagi orang Jawa, boleh dibilang cukup memalukan. Saya pernah dijiwit ibuk karena salah melontarkan. Nah dari sekian tingkat itu, yang paling familiar alias sering saya gunakan adalah "ngoko lugu". Ini tingkat bahasa sesama "kasta", seperti antarteman.
Saya paling menyukai (meski tidak menguasai) kala menyimak "bagongan", bahasa di lingkup keraton yang menurut saya paling indah dan "ber-lagu". Kalau tidak salah-semoga saya benar-tingkatan keraton ini dipakai hanya pada situasi tertentu. Selain di lingkungan keraton, tentu saja. juga tersaji dalam wayang orang, ketoprak, maupun sendratari. Satu lagi, dalam pernikahan adat Jawa-yang dibawakan oleh MC.
Generasi saya, sayangnya adalah generasi pertama atau kedua yang perlahan "mengubur" kekayaan bahasa Jawa. Sebagai wong Jogja yang masih mencoba "fanatik" dengan Bahasa Jawa, saya merasakan dengan pilu betapa satu demi satu kosa kata mulai hilang dan terlupa.
BACA JUGA :
BASA JAWA (3) DARI MECUCU SAMPAI NYANDRA
BASA JAWA (2) BEDA KONDISI KUANTITAS TEMPERATUR BAHASA
10 BREGADA KERATON YOGYAKARTA YANG KEREN
TEH NASGITEL PET
SARADAN
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar