Kamis, 12 Desember 2019

NGOBROL BARENG MPR SOAL EMPAT PILAR, NETIZEN BALIKPAPAN BERI CATATAN

Mudah menuliskan ini : Pancasila, Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhineka Tunggal Ika. Bagaimana menjalaninya? Jujur saja, semakin ke sini, semakin banyak orang kurang peduli.

Majelis Permusyawaran Rakyat (MPR) menyematkan keempatnya sebagai “Empat Pilar MPR”. Menggetarkan. Sejenak terbayang lembaga Negara yang anggotanya 711 orang, gabungan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI ditambah anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) ini, pasti militan mengusung empat pilar tersebut.

Jadi, ketika MPR menghelat gathering bareng netizen Balikpapan, sepertinya bakal menarik. Maka berangkatlah saya ke acara yang diadakan di Quartz Office Tower Aston Balikpapan, Sabtu 7 Desember 2019 lalu.

Gathering Netizen MPR adalah ajang ngobrol bareng untuk memberi masukan dalam menyebarluaskan informasi lewat medsos tentang kelembagaan MPR. Tentulah itu juga tentang menyuarakan empat pilar. Secara garis besar, MPR mengajak netizen menyebarkan konten positif di medsos.

 “Empat Pilar ini, ibarat topik yang amat seksi sebagai bahan diskusi. Seperti gadis manis pujaan hati yang berjalan lewat di depan mata. Mau diajak omong, kok masih malu. Enggak dibahas, dan dia akan berlalu,” begitu kira-kira isi benak saya.

Oke, kembali ke Empat Pilar. Masih hangat di ingatan-dan sebagian masih terjadi-banyak peristiwa yang benar-benar “menampar” empat pilar itu. Yuk direntang beberapa kejadian: Pilkada Jakarta 2017, Pilpres 2019, perusakan tempat ibadah, pembubaran kegiatan budaya, hingga sejumlah insiden berbau intoleransi dan radikal yang sepertinya diberi “angin”. Hoax dan fitnah ibarat menjadi “menu” yang tak henti berseliweran. Belum poster di sana-sini yang kentara menyakiti keyakinan orang.

Satu kata untuk menggambarkan: ngeri. Banyak pihak telah menghadang kengerian itu, baik di jagad nyata maupun maya. Termasuk MPR.  Pertanyaan yang kemudian terlintas di benak adalah, seberapa militankah MPR, termasuk anggotanya, merealisasikan Empat Pilar itu?

Rasa-rasanya saya belum pernah, atau mungkin jarang melihat, mendengar atau membaca MPR—secara kelembagaan dan perorangan—ikut berada di jajaran terdepan melantangkan Empat Pilar dalam statemen terbuka saat sekian peristiwa di atas terjadi.

Semoga sih, saya salah. Tapi jujur saja, masyarakat, termasuk saya masih agak susah percaya. Sebab, kenyataan, sejumlah anggota DPR RI—yang juga adalah anggota MPR-- cukup sering jadi bahan pembicaraan netizen gegara sikap dan postingannya tidak mencerminkan Empat Pilar.

Menurut saya, yang tak kenal lelah alias militan meneriakkan Empat Pilar di ranah maya dan nyata, malah bukan anggota MPR. Mereka ini aktif dan kreatif mengunggah konten di medsos semacam fesbuk, instagram, twitter, hingga youtube.

Terus pertanyaannya, ke mana, ya, MPR?  Saya sudah bertanya ke banyak kawan yang juga pegiat medsos soal Empat Pilar itu. Khususnya lagi, apakah cukup familiar melihat MPR menyuarakan atau belum. Dan jawabannya adalah mata-mata yang malah menerawang. Sepertinya belum, kata mereka. Mencoba mengingat-ingat lagi, tapi tetap jua enggak ketemu. Meski di sisi lain mereka cukup yakin jika MPR pasti sudah sering menggaungkan keempat pilar tersebut.

Tanpa mengurangi respek dan hormat, sebagai warga Negara, saya lantas penasaran juga apakah Empat Pilar itu sudah dilakukan secara apik di lingkup internal? Bagaimana pengawasan internal MPR? Apakah anggotanya sudah cukup militan menyuarakan empat pilar? Apakah ada pengawasan ke para anggota MPR, terkait postingan mereka di medsos dan pergerakannya di alam nyata?

Saya akhirnya punya kesempatan bertanya, waktu gathering akhir pekan lalu itu. Kepala Biro Humas MPR Siti Fauziah yang menjawab.

“Seperti kata pepatah, dalam hati tidak bisa diukur. MPR berusaha keras menanamkan nilai-nilai luhur. Apakah semua anggota MPR tidak ada yang nyeleneh, kita (MPR) juga tidak bisa menjamin. Kita tetap memantau kegiatan (anggota) dan konten-kontennya (medsos), namun tidak semua kita buka kontennya. Tapi (pertanyaan) ini masukan yang baik,” kata Siti.

Sebuah jawaban yang belum memuaskan.  Meski di sisi lain Siti menekankan bahwa MPR sudah berkomitpen penuh. MPR punya banyak aktivitas, khususnya di ranah dunia nyata, untuk menyosialisasikan keempat pilar tersebut. Antara lain lomba cerdas cermat, acara seni  budaya, hingga acara ngobrol bareng netizen seperti di Balikpapan. Acara gathering bareng netizen di daerah-daerah ini misalnya sudah diawali tahun 2015.

MPR, menurut Siti, ingin warganet juga menyampaikan Empat Pilar tersebut di jagad maya. Meski hanya satu kata dalam postingan, jika itu bisa dilakukan tiap hari, sudah bagus. Para pegiat medsos termasuk bloger dan netizen  punya peran penting.

Ketua Balikpapan Blogger Community Bambang Herlandi juga menekankan, masyarakat perlu melihat MPR mengawasi internal anggota MPR, dan apa postingan mereka di medsos. Sementara Kepala Bagian PDSI Sekretariat Jenderal MPR Slamet berharap mendapat banyak masukan dari warganet.

Sebagian pegiat medsos, termasuk bloger, sudah menggaungkan semangat Empat Pilar itu dengan istilah yang lebih banyak memakai “Pancasila dan NKRI harga mati”. Sebagian juga aktif membagikan tautan berita yang bernuansakan Pancasila dan NKRI harga mati itu. Bahkan “melayani” duel argumen. Mereka-mereka ini yang ikut melecut semangat

Menjaga Pancasila, NKRI, UUD Negara Republik Indonesia, dan Bhineka Tunggal Ika harus dilakukan di ranah maya dan nyata. Tidak cukup juga di ranah maya. Jadi, sambalbawang pun terus menanti MPR untuk “militan” menggaungkan empat pilar.

Kalau nanti-nanti ada lagi insiden intoleran dan radikal, atau yang semacamnya, MPR juga pasti akan bersuara lantang, kan? Jangan juga hanya di ranah maya. Jangan malu-malu atau diam-diam. MPR pasti akan terus menggaungkan kempat pilar itu, sama seperti saya. 


Kamis, 05 Desember 2019

TATAG LANANG, FASHION SHOW TUNGGAL PERTAMA SAMANTHA PROJECT

Salah satu impian terbesar sambalbawang bersama dek bojo dalam mengusung brand “SAMANTHA PROJECT” adalah menggelar fashion show tunggal. Akhirnya pecah telur, kesampaian juga, pertengahan November lalu.

Bukan acara “kaleng-kaleng”, tentu saja, event bertajuk “TATAG LANANG” di Borneo Bay Park Plaza Balikpapan Sabtu 16 November itu. Samantha Project, seperti biasa, mesti tampil unik. Ini gelaran fashion—fashion runway-yang beda dari yang pernah ada di kota ini, disiapkan lama dan matang, serta dieksekusi dengan tim yang solid.

Jadi, Mas Adi Prasetya—uhuk—alias sambalbawang ini, yang adalah “pemain belakang layar” di Samantha Project, ikut menjadi bagian penting dalam rapat berjilid-jilid yang terentang tiga bulan sebelum hari-H.


Bagi sambalbawang, yang jabatan resminya adalah "humas Samantha Project", fashion runway Tatag Lanang mesti beda dari gelaran fashion show di Balikpapan—juga Kaltim. Tatag Lanang mestinya bisa jadi tontonan fashion yang edukatif, fresh, mengasyikkan, dan memberi "warna" baru.

“Tatag” dalam Bahasa Jawa diartikan sebagai karakter pemberani, tidak memiliki rasa was-was. Orang yang “tatag” akan selalu menuntaskan pekerjaan, meski dengan segala keterbatasan dan kesulitan. “Lanang” dalam Bahasa Jawa berarti laki-laki.

Menurut dek bojo, alias Mbak Samantha, Tatag Lanang ini seturut karakter baju-baju desainnya. Artinya ada sebuah kebebasan terkontrol dalam mengekspresikan gaya berpakaian tanpa melupakan bagaimana kita ketika dilahirkan. Ini hak yang semestinya ada dalam memilih gaya busana bagi setiap orang.

Dek bojo ingin menunjukkan bahwa ada semacam “benang merah” karakter maskulin dan feminin yang itu dapat mewujud sekaligus dalam busana “Tatag Lanang”. Ini sejatinya adalah tentang olah rasa fashion dan sudut pandang.

Tidak mudah menggelar fashion show tunggal. “Tatag Lanang” tidak hanya sebatas gelaran fashion, ataupun ajang ekspresi Samantha Project. Tapi ini adalah kerja bareng, yang beranjak dari mimpi besar sekelompok anak muda, untuk ikut memberi warna fashion di Balikpapan.

Ini adalah titik finish dari persiapan selama tiga bulan, yang jauh sebelumnya sudah diawali dengan keinginan bersama. Namun Tatag Lanang juga sekaligus awal dari perjalanan panjang menuju event-event berikutnya yang lebih berwarna.

Ada 20 model yang memeragakan busana Tatag Lanang, seluruhnya laki-laki. Busana-busana berbahan linen, katun, dan lurik tersebut terinspirasi dari busana kimono dan yutaka Jepang. Dia memang banyak terinspirasi oleh busana-busana asal negeri matahari terbit itu.

Tatag Lanang terselenggara atas kerja sama sejumlah pihak, antara lain Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata Kota Balikpapan, serta Plaza Balikpapan. Ucapan terima kasih juga ditujukan ke grup Angara, yang 20-an menit mengiringi musik selama gelaran Tatag Lanang.

Tatag Lanang dirancang rapi. Ada sesi jumpa pers, kesiapan rilis ke media, hingga aktivitas di medsos oleh tim. Spanduk raksasa pun dibentangkan di lantai. Bertuliskan puluhan aksara Jawa yang melingkar, bertuliskan “Tatag Lanang”.

Tamu-tamu undangan, terutama para pelanggan usaha jahit Samantha, diminta untuk mengenakan baju di Tatag Lanang. Mereka pun berfoto ceria di photo booth. Tamu dan masyarakat, dalam sesi manikin, bisa melihat dari dekat koleksi yang ditampilkan 20 model cowok ini. Ketua Dekranasda Balikpapan Arita Rizal Effendi yang ikut menyaksikan gelaran Tatag Lanang, terkesan.

Samantha Project, usaha dek bojo bersama sambalbawang ini adalah brand fashion di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur yang berbasis usaha jahit rumahan. Beranjak dari pemikiran ingin membuka usaha modiste--jahit busana wanita, namun dengan aktivitas yang beragam. Menjadi penjahit kekinian, itulah semangat awalnya.

Debut dimulai pertengahan tahun 2014. Di masa-masa awal itu, dek bojo memakai nama Modiste Samantha. Nama “Samantha Project” dikenalkan saat mengikuti pameran Pop Up Market di kompleks Mal Balikpapan Baru, Oktober 2015. Sebelum Tatag Lanang digelar, Samantha telah 5 kali mengikuti trunk show.

Tatag Lanang berjalan sukses karena tim yang solid dan “lapar” akan hal-hal baru di kota minyak ini. Okeh, bagaimana dengan tahun depan? Ada deh. Selalu ada hal baru dilakukan Samantha Project. Ganbatte !!

TATAG LANANG
For more photos : instagram : @samanthaproject

visit our website : www.modistesamantha.com
Photos by Samantha's team

BACA JUGA ARTIKEL LAIN :
"MAMA" by PAULINA, PROYEK LAGU PERTAMA
REPOTNYA "MEMELIHARA" DUA BLOG
BASA WALIKAN
7 MOTOR BEBEK TERBAIK SEPANJANG MASA
AKU DI BELAKANGMU, TIGER WONG
GATOTKACA TAK HANYA OTOT KAWAT BALUNG WESI
SARADAN
AMPAR-AMPAR PISANG, INI LHO ARTINYA



Senin, 04 November 2019

BLOGER BALIKPAPAN RAYAKAN HARI BLOGER NASIONAL 2019

Selamat Hari Bloger Nasional 2019 !! Tahun ini merupakan peringatan yang ke-12. Sepertinya enggak ada pesta meriah di sana-sini. Tapi setidaknya di Balikpapan, Kalimantan Timur, hari spesial itu, 27 Oktober, dirayakan sederhana di rooftop Hotel Platinum

Menegaskan juga eksistensi Balikpapan Blogger Community, yang sama-sama menapak di usia ke-12 sebentar lagi. Dan memanggil para anggota komunitas bloger Kota Minyak untuk menyempatkan diri “kumpul hore”.

Hotel bintang empat di Jalan Soekarno-Hatta ini jadi sponsor perayaan Hari Bloger Nasional di Balikpapan. Kalau enggak dapat sponsor dan lokasi, bisa jadi perayaan hanya diisi saling mengucapkan selamat di grup WhatsApp, tanpa kopi darat, hehe.

Bolehlah angkat topi untuk mas Bambang Herlandi, Ketua Balikpapan Blogger Community yang berjibaku mengupayakan seremonial tersebut. Selama hampir lima jam, kami, 20-an bloger bisa sejenak haha-hihi di sisi teratas hotel itu.

Dua belas tahun silam, 27 Oktober 2007, Hari Bloger Nasional dicanangkan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika Muhammad Nuh. Kalau ditarik lagi ke belakang, media bloger pertama dikenalkan blogger.com—yang lalu diakuisisi google tahun 2002.

Beberapa tahun kemudian, barulah di Indonesia terjadi “demam” blog. Beberapa orang jadi terkenal gegara aktivitasnya ngeblog, bahkan sampai mencetak buku yang laris di pasaran. Raditya Dika misalnya, mengawali sukses dengan buku Kambing Jantan, yang merupakan kumpulan tulisan di blog pribadinya.

Seingat sambalbawang, hingga tahun 2010, demam ngeblog terasa. Orang-orang  mulai banyak ngeblog. Sebagian teman sambalbawang mengawali tulisan blog dengan tulisan ringan semacam curhat kecil-kecilan, cukilan cerpen, atau sebatas aktivitas rutinnya.

Seiring media sosial menyeruak, yang diawali facebook, blog tergusur perlahan. Sekian aplikasi percakapan hingga kehadian android –tahun 2013-- semakin meminggirkan era ngeblog ke pinggir. Blog-blog teman mulai enggak update. Mayoritas dari mereka, nulisnya sekarang jadi status di facebook.

Bahkan semakin ke sini, mereka semakin pindah ke instagram hingga youtube. Blog dianggap sudah kuno karena tidak bisa banyak memanjakan mata dan telinga. Kalah oleh instagram, you tube, bahkan WhatsApp.

Sambalbawang mulai ngeblog tahun 2013 yang merupakan tahun transisi. Sudah agak telat, sebenarnya. Meski sebenarnya aktivitas tulis-menulis bukan hal baru, mengingat pekerjaan sambalbang sebagai jurnalis sejak tahun 2004. Juga aktivitas sebelumnya saat masih SMA dan mahasiswa yang aktif menggarap bulletin.

Kembali ke seremonial sederhana Hari Bloger Nasional. Bambang Herlandi menyebut sekarang memang era medsos. “Blog kalah oleh medsos. Di medsos, kita enggak perlu mikir banyak dan tidak perlu nulis banyak. Cuma tinggal posting, selesai,” katanya.

Balikpapan Blogger Community, menurut dia, ramai hingga tahun ketiga. Bahkan ada yang ketemu jodohnya di sana. Selepas tahun ketiga, hiruk-pikuk blog berkurang sampai sekarang. “Setelah medsos marak, teman-teman mulai malas menulis. Bahkan lupa apa user nama dan password untuk masuk ke blog,” ujarnya lagi.

Bambang memerkirakan ada 200-an bloger di Balikpapan. Mereka dari berbagai “genre”. Sekitar 60 di antaranya masuk bergabung ke grup. Tidak semua bloger aktif menulis. Juga tidak semua rutin nongol atau hanya sekadar hadir untuk kopdar.

Sambalbawang baru masuk ke grup komunitas blog di Balikpapan ini akhir 2018. Karena pekerjaan pribadi dan kesibukan mengurus usaha jahit, praktis enggak nongol waktu kopdar. Hanya lumayan rajin memantau percakapan di grup. Cukup seru.

Salah satu pertanyaan yang kadang nyangkut di kepala adalah apakah sambalbawang bisa rajin nge-blog.Ini cukup krusial mengingat kondisi mata yang dalam dua tahun belakangan sepertinya mengalami penurunan performa.

Sambalbawang punya dua blog. Satu di blog sambalbawangkangadi.blogspot.com yang merupakan blog pribadi, sementara satunya lagi www.modistesamantha.com yang adalah blog usaha jahit baju. Yang pertama sudah menapak tahun ketujuh dan berisi 160-an artikel, satunya lagi sudah tahun keempat dan terisi 25 artikel.

Kawan-kawang di komunitas blog, sebagian sudah lumayan bisa mendapat rezeki dari akvititasnya ngeblog. Dari menang lomba atau kompetisi, hingga mendapat kesempatan me-review produk atau lainnya. 

Sambalbawang juga beberapa kali mengenalkan dua blog itu di forum seperti seminar, lokakarya, hingga pelatihan jurnalistik—hingga sebelum April 2019. Semangatnya adalah menumbuhkan minat menulis.

Secara langsung maupun tidak langsung, sambalbawang sudah merasakan manfaat ngeblog. Dan ini menarik, karena ditunjang passion menulis. Meski sekarang blog semakin terimpit, tapi tetap ada peluang, asalkan kita cukup kreatif.

Memanfaatkan medsos, adalah salah satunya. Blog tidak ditinggal, tapi cakupan para bloger mestinya diperluas ke medsos. Ini penting. Meski dalam hal itu, sambalbawang juga tidak bisa cukup mahir “menyelam”. Tapi yang jelas akan terus “menyelam”.

Ada hal menarik diutarakan Mas Bambang Herlandi. Seiring nanti Ibu Kota Negara (IKN) pindah Kaltim, tepatnya ke Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara, maka Balikpapan akan menjadi tetangga IKN.

“Akan ada bloger-bloger yang datang dari Jakarta, juga dari Jawa, kemari. Namun akan tetap ada peluang bagi bloger di sini. Kami (bloger) akan membantu pemerintah,” kata Bambang sembari berharap Pemkot Balikpapan berpikiran senada.

Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Balikpapan Arita Rizal Effendi yang hadir di acara itu, mengajak para bloger menggali segenap potensi Balikpapan. “Menggali potensi ini, tidak harus yang baik-baik saja. Menggali juga apa kekurangan kota ini, tapi juga berikan solusi. Saya pun berharap literasi juga banyak digali oleh bloger,” ucap Arita.

Assistant Director of Sales Platinum Balikpapan Resyika juga mengungkapkan kegembiraannya bertemu dan menjamu para bloger. Sambalbawang sendiri juga baru pertama menginjakkan kaki ke rooftop di lantai 11 hotel ini.

Setelah perayaan sederhana Hari Bloger Nasional 2019, sambalbawang yang berstatus bloger “gado-gado” ini  jadi makin sering membaca (ulang) blog sendiri, juga blog lain. Dan merenung. Kira-kira hendak dibawa ke arah mana (lagi) dua blog milik sendiri, sambalbawang.blogspot.com dan www.modistesamantha.com.

Mungkin, bisa jadi, sudah di “rel” yang benar. Namun menuju Balikpapan sebagai calon tetangga IKN, memang harus perlu kerja ekstra. Ada ungkapan bahwa untuk mencapai tujuan yang terpenting bukan senjata tapi “the man behind the gun”.

Artinya adalah, yang terpenting dalam hidup bukan sekadar alat dan fasilitas, melainkan orang yang bisa menjalankan itu semua. Jadi, sambalbawang harus terus menjadi “the man behind the gun”, sebisa dan sebaik mungkin.

Jadi, mari kita para bloger lanjutkan ngeblog dan biasakan rutin posting artikel. Terserah apa genre tulisan dan apa tujuan utamanya. Jika belum bisa menjadikan blog jadi duit, maka jadikan blog sebagai ajang untuk melatih keterampilan menulis.

Dan blog komunitas bloger Balikpapan semoga juga semakin banyak terisi tulisan yang menginspirasi.

BACA JUGA ARTIKEL LAIN :
"MAMA" by PAULINA, PROYEK LAGU PERTAMA
CHINMI JAGOAN KUNGFU DARI KUIL DAIRIN 

NONGKRONG DI ROOFTOP HOTEL PLATINUM BALIKPAPAN


Bisa jadi, sambalbawang akan mulai mengurangi nongkrong di kafe konvensional. Salah satu opsinya adalah di Hotel Platinum Balikpapan karena di sana ada juga tempat nongkrong yang menarik. Bisa di dalam hotel maupun di rooftop-nya.

Kebetulan, bertepatan dengan perayaan Hari Bloger Nasional 2019 pada 27 Oktober lalu, di Balikpapan, lokasinya di hotel itu. Sebelumnya, sambalbawangbawang ya cukup sering ke sana tapi hanya untuk urusan pekerjaan. Menginap sih, belum.

Hotel bintang empat ini punya 200 kamar. Dilengkapi dengan fasilitas spa, sauna, pusat kebugaran, restoran, hingga kolam renang. Tapi yang paling menarik, menurut sambalbawang, bukan itu. Melainkan lokasi nongkrong, tempat di mana masyarakat bisa datang.

Ada Gourmet Pastry & Delicatessen, Barium Bar & Lounge, serta sensasi di Rooftop Terrace—kafe di bagian tertinggi hotel, yakni di lantai 11. Keinginan untuk nongkrong langsung nancep begitu memasuki lobi hotel dan melihat lapangnya ruangan.



Bar memang opsi pertama untuk duduk dan memesan minuman atau makanan. Namun ada opsi lain yang menarik, yakni memilih duduk di lobi. Sedikit saran, sepertinya menarik jika datang malam hari karena bisa mendapat diskon di Gourmet.

Di Gourmet Pastry & Delicatessen yang sebelahan sama bar, kita cukup bayar 50 persen jika datang membeli pukul 7 pm – 11 pm alias jam 19.00-23.00. Ada macam-macam roti dan kue di sana, dari red velvet, cheese cake, black forest, hingga donat.

Asyik jika dipadukan dengan teh maupun kopi. Boleh juga menjajal aneka wine di Winery. Nongkrong juga terasa santai karena duduknya di sofa empuk. Kalau bosan dengan nuansa kafe umum, pasti menyenangkan ke sini.

Jessie Aprilia, Sales Eksekutif Hotel Platinum Balikpapan menyebut, fasilitas yang ada ini bisa menjadi opsi nongkrong masyarakat. “Bisa ngopi, makan, minum, dengan santai. Khusus untuk Gourmet, ternyata juga diminati masyarakat,” katanya.

Jika itu belum memuaskan, kita naik ke rooftop di lantai 11. Inilah sisi tertinggi hotel di Jalan Soekarno-Hatta yang pernah jadi tempat menginap Pakde Jokowi, presiden kita. Kalau mau mendapat suasana terbaik di rooftop, datanglah untuk menyaksikan sunset.

Perayaan Hari Bloger Nasional 2019 yang dirayakan Balikpapan Blogger Community 27 Oktober lalu dipusatkan di rooftop itu. Dengan angin berembus sepoi-sepoi, sembari menikmati kudapan, melihat pemandangan kota, dan menunggu matahari terbenam, itu sesuatu banget.

Menu di kafe rooftop ini banyak, dari western hingga masakan khas Asia. Semakin asyik tatkala menikmati live music. Melepas lelah di sore hari hingga menjelang malam, sepertinya pas jika lokasinya di sini.







  

Sabtu, 26 Oktober 2019

REPOTNYA "MEMELIHARA" DUA BLOG

"Memelihara” dua blog bikin sambalbawang pontang-panting. Repot, capek, menguras waktu, pikiran, dan juga tenaga. Sebab, dua blog yang beralamat di https://sambalbawangkangadi.blogspot.com/ serta www.modistesamantha.com tentu memerlukan tulisan secara kontinyu, dan cukup layak tayang.

Jelas bukan sekadar tulisan agar dua blog itu terkesan selalu update. Lebih ribet lagi karena ini juga soal membagi karakter menulis karena kedua blog itu beda “genre”. Secara fungsi juga berbeda. Sambalbawangkangadi adalah blog pribadi, blog "hore-hore" yang berisi aneka macam tulisan. Dari musik, film, otomotif, bola, seni-budaya, analisis ringan, hingga cerpen.

Sementara, blog/web satunya, yakni ww.modistesamantha.com lebih ke blog usaha, yang menceritakan keseharian tukang jahit baju. Ditambah foto-foto busana yang khas "Samantha banget", termasuk koleksi-koleksi yang ready to wear. Artikel-artikelnya sengaja dibuat cukup "renyah", sehingga enggak berat dibaca karena tidak membahas soal teknis jahit. Sedikit kesimpulan, blog Samantha sepertinya blog jahit “genre” baru di Tanah Air. Silakan menyambangi sejenak web itu, hehe.

Hingga menjelang akhir 2019 ini, blog sambalbawang sudah menapak tahun ketujuh, sedangkan www.modistesamantha.com berumur empat tahun. Blog sambalbawang telah terisi 160-an artikel, sedangkan blog Samantha baru membukukan 25 artikel—belum termasuk video dan foto.

Jumlah segitu, sebenarnya masih termasuk sedikit. Namun bisa juga terhitung lumayan banyak kalau dilihat dari sudut pandang lain. Mengisi blog secara kontinyu, bukan perkara mudah dan cepat. Buntu ide, mood yang jeblok, hingga rasa malas, masih sering mendera. Dua tahun terakhir, upload artikel di kedua blog tersebut disetel dalam kecepatan "woles".

Aktivitas dan beban kerja memang lagi bertubi-tubi. Terlebih keseharian sambalbawang—sejak awal 2004 hingga April 2019 lalu—adalah berkutat dengan tulis-menulis berita. Sebelum mengurus blog tahun 2013, sambalbawang sudah menulis. “Enggak capek nulis kah? Bikin berita saja kan sudah lama dan bikin capek, kok masih ditambah ngeblog,” begitu kata seorang kawan.

Iya, sih, capek nulis di sana-sini. Namun mungkin itulah yang dinamakan passion. Dan passion jugalah yang mengarahkan sambalbawang memilih ranah sebagai “bloger independen”. Bahasa mudahhya adalah, sambalbawang menulis apa yang disukai, dan enggak merisaukan rating. 

Soal kualitas tulisan artikel, biarlah menjadi ranah pembaca. Biarkan mereka yang menilai, sebagaimana sambalbawang juga menilai tulisan mereka--jika menulis. Oya, sambalbawang pernah mengenalkan, berbicara tentang dua blog ini dalam beberapa forum. Sejumlah artikel juga menginspirasi blog lain. Itu semua terasa menyenangkan.

Sambalbawang enggak hanya berkutat di ranah blog. Namun juga di ranah media sosial (medsos) semisal instagram dan facebook, meski yang terakhir disebut ini beneran enggak update. Bahkan akun twitter akhirnya juga bikin lagi, karena bertahun-tahun tak aktif dan "hangus". Jadi, yang diutamakan memang instagram, seiring perkembangan zaman, lah. Hehehe.

Yang penasaran boleh langsung menuju @samanthaproject dan @samanthaproject_storehouse. Kedua akun--yang sambalbawang jalankan bersama sodara bojo--ini terkait usaha jahit dan aktivitas fashion, mendukung www.modistesamantha.com.

Balik lagi ke topik mengapa dua tahun belakangan dua blog enggak rutin update artikel, ada faktor-faktor lain sebagai penyebabnya. Tahun lalu misalnya, sambalbawang juga nulas-nulis di salah satu blog komunitas seni di Balikpapan.

Seiring usaha yang mengangkat nama "Samantha Project", berarti juga Samantha tidak hanya mencebur ke ranah jahit. Ini adalah tentang seabrek kegiatan yang tiada habis. Untuk ukuran penjahit, sepertinya Samantha sudah "out of the box" karena "lari kemana-mana".

Urusan nulis di blog, di sisi lain, juga terganggu kepingan-kepingan ide. Dari rencana bikin buku--masih tahap awal--hingga nulis lagu. Maklum dulu sambalbawang juga pernah jadi "anak band" meski dengan skill "begitulah". Dan setahun terakhir, ingin sejenak kembali menggali memori lama.

Nah faktor lainnya adalah kondisi mata yang sepertinya makin lelah kala menatap layar. Maklum… faktor usia. Pekerjaan sebelumnya yang beneran memaksa mata sering menatap laptop dan ponsel, sepertinya memang terasa dampaknya di usia sekarang.  

Jadi, sedikit kesimpulannya, ada cukup alasan mengapa blog sambalbawang.blogspot.com dan www.modistesamantha.com tidak bisa terisi dengan rutin. Meski kalau soal alasan, itu ya tetap alasan.  Cuman, bedanya, alasan-alasan di atas tadi lumayan logis, setidaknya dari sudut padang sambalbawang. Ah, membela diri lagi, hehe.

Tapi selagi ingat dan mau menulis--ditambah ketika ada ide nyangkut di kepala--sambalbawang akan segera mengangkat pena, eh, membuka laptop. Karena menulis itu adalah “candu”… Tentu saja , “candu” yang baik. Saya menulis maka saya ada. Sekali lagi, hidup itu cuma mampir nulis…


Jumat, 20 September 2019

SERUNYA GRUP WHATSAPP TEMAN SEKELAS SD (2)

"Ceritakan weekend-mu sobat.." Begitu chat pertama yang muncul di layar ponsel hari ini, disertai link sebuah lagu barat, dan gambar sebuah cangkir. Jam menunjuk pukul 09.00. Sapaan pagi yang "renyah".

Seorang kawan, sebut saja Mister Le, berinisiatif mengawali obrolan di grup WhatsApp. Tak butuh waktu lama, bahkan di menit yang sama, sudah ada yang mbales. "Haloooo," seru anggota lainnya, sebut saja Miss D sembari mengirim emoticon cangkir berisi kopi bergambar jantung hati. 

Obrolan langsung seru dan "sengit". Dalam waktu satu jam, terbukukan hampir 100 chat. Siapa yang menyapa siapa, menjadi obyek sasaran obrolan yang diselingi ketawa. Baiklah, untuk yang satu ini memang masih tentang kenangan masa lalu. Memang pada susah move on mereka-mereka ini.

Ini masih tentang serunya grup WA yang anggotanya adalah temen sekelas saat dudung di bangku SD. Grup ini dibikin Maret 2013, hampir tujuh tahun, dan pesertanya 25 orang, alias sudah dua pertiga dari penghuni kelas.

Lumayan heran juga mengapa grup WhatsApp (WA) yang satu ini selalu bisa gayeng dan menemukan topik obrolan. Malah, masih ditambah agenda-agenda reuni, entah itu yang terencana hingga yang dadakan.


Nglumpukke balung pisah, ibaratnya begitu semangat grup satu ini yang dijalankan dengan cukup militan. Semua dapat bagian diguyoni, digarapi, dan tentu dicungkil ramai-ramai kisah masa lalunya 30-an tahun silam.


Intinya, apa yang bisa bikin ketawa dan "bergosip", itu yang dicungkil naik ke permukaan. Bisa dibahas seharian, malah. Enggak ada pangkat dan status kerjaan, di sini, semua sama rata. 

Satu hal yang sambalbawang suka dan salut, obrolan berbalut kangen-kangenan ini kadang berlanjut ke kopi darat (kopdar). Entah gimana, tapi asyiknya adalah, selalu ada semangat untuk reunian. Berapapun yang datang, pokoknya reuni.

Sambalbawang tahun ini sudah dua kali ikut reunian, Juli dan Agustus lalu. Satu yang terakhir saat sedang dalam suasana sedih, karena meninggalnya ibu. Sebagai pelipur lara, okelah, sebelum balik ke Bumi Etam (Kaltim), mari reunian. 

Peserta reuni bulan Juli ada tujuh. Lumayan, hampir seperempat dari total penghuni kelas—jika dihitung dari jumlah teman waktu kelas VI.  Ada yang dari Surabaya, pas di Kota Gudeg untuk urusan keluarga, menyempatkan diri hadir.

Mister Le, yang kini jadi juragan batako, datang. Pria yang dulu dikenal sebagai cowok berkharisma ini, mancal brompit alias motor dari Klaten, Jawa Tengah. Beberapa yang masih berdomisili di Jogja, dan mereka ini termasuk peserta rutin reunian, hadir pula. Dua orang yang datang, sudah jadi mamah-mamah, bawa buntut (anak). Generasi penerus "trah" ini sudah dilibatkan, bagus, hehe.  

Hanya berselang tiga pekan, sejak Agustus, eh ada lagi reunian. Momennya untuk menyambut ajakan seorang teman—sebut saja Mister D—yang kini menetap di Jakarta. Meski peserta hanya empat gelintir, reunian, ya, tetep jalan juga.

Untuk urusan reunian ini, tak hanya dijalankan di Yogyakarta saat ada kawan yang mudik atau mampir. Pernah pula dihelat di Jakarta dan Surabaya.  Dan tentu saja reunian di Balikpapan yang pesertanya hanya dua orang--walaupun secara visual, ada empat orang.

Sebab, “mantan pacar” dua orang itu, namanya persis seperti nama dua temen sekelas yang juga peserta grup. Entah ini kebetulan apa enggak, yang jelas, ini satu topik yang sering muncul untuk dibahas. Tentu dengan "bumbu-bumbu" dan "penyedap" lainnya.

Banyak “pengakuan” yang semakin terungkap lewat obrolan grup. Para anggota yang kini sudah berumur 40-an tahun, sebagian mulai berani “genit”. Celetukan seperti yang standar “met pagi”, lalu “met makan”, trus “lagi apa”, atau "mau aku suapin?", sampai “met bobo”, berseliweran tak karuan banyaknya.

Ditambah lagi kiriman beberapa gambar emoticon yang “begitu deh” nuansanya, namun malah bikin semakin gayeng nih obrolan. Yang sedang berjauhan sama bojone karena kerja di luar kota, digarapi. Yang sering “menyapa”, ya tetap digarapi. Dan yang jarang nongol, tetap juga digarapi dan dipanggil-panggil.  

Nah yang paling sering muncul di obrolan adalah mereka yang mengaku “enggak saru”.  Entah definisi “enggak saru” itu gimana, karena jelas itu hal yang debatable, setidaknya sampai hari ini. Hehe. Untunglah semua sudah pada gede-tuwo-lucu, dan “berjiwa besar” menghadapi obrolan-obrolan kayak gitu.

“Ojo kebayang aku terus to, nek nglindur pie jal,” celetuk peserta grup, sebut saja Mister B. Dan segera ditimpali oleh anggota cewek, sebut saja Miss M. “Iyo, e, sik tak lihat kok wajahmu. Mungkin ini yang dinamakan…laparr”.

“Dah makan belum?” celetuk Miss M di lain kesempatan yang langsung disamber Mister B. Obrolan lalu disambung si juragan batako, Mister Le, yang dulu sepertinya sempat menaruh perhatian sama Miss M.

Si Mister Le ini dulu sempat dianggap dekaaaat sama temen sekelas juga, sebut saja Miss S. Nah, si Miss S sekarang malah jadi istrinya Mister Pa yang sama-sama sekelas. Dulu, kita-kita enggak ada yang membayangkan kalau Mister Pa bakalan jadi suaminya Miss S.  Belum lagi kisah antara Mister L sama Miss D, atau polah tingkah Mister A dan Miss A--khusus yang ini nanti sambalbawang cungkilkan di tulisan blog edisi selanjutnya. Jika wes cukup bahan tulisannya.

Ada pula peserta super aktif, si Mister D tadi, yang selalu pede menyebut dirinya cakep—meski item. Sering jadi bahan candaan, tapi Mister D memang berhati baja. Tanpa Mister D yang bertipikal biker  ini, grup rasanya pasti sepi. Setidaknya ramainya obrolan berkurang 10-15 persen. Mister D sering kirim fotonya saat beraktivitas, yang tentu saja langsung sambalbawang delete. Hahahaha.

Mungkin hanya sekedar obrolan demi obrolan tanpa ujung di grup ini. Mungkin hanya sebatas menuntaskan kangen. Tapi, reunian cara begini cukup penting untuk menjaga kewarasan jiwa di tengah himpitan beban hidup yang berat. Gojek “kere” dan obrolan yang sepertinya 80 persen memakai Bahasa Jawa Ini, sungguh ngangeni dan nagih.

Dan inilah grup WA terlama yang masih eksis. Boleh nih, dikasih award ke adminnya. Award berupa salim dan sungkem, saja, sing murah. Semoga enggak pernah kehabisan obrolan sampai kapan pun. Semoga makin nambah anggotanya dan makin banyak “kisah-kasih” terungkap.






Baca Juga Artikel Lain :

Kamis, 18 Juli 2019

SERUNYA GRUP WHATSAPP TEMAN SEKELAS SD (1)

Entah sudah berapa puluh atau berapa ratus grup di aplikasi percakapan WhatsApp (WA) yang pernah sambalbawang ikuti. Dari grup teman sekampus, sekelas waktu SD, sepekerjaan, tetangga, hingga grup dadakan saat ada acara temporer. Juga grup-grup yang membahas topik tertentu.

Seperti ungkapan, pasti ada seleksi alam, itu memang benar. Ibarat badai, yang ada saat datang maupun pergi, grup WA pun bisa datang dan menghilang secara mendadak. Diundang masuk ke grup, bisa jadi menyenangkan, atau malah petaka kalau enggak cocok. Sementara, ketika ditendang ke luar grup, terkadang menyakitkan hati, tapi bisa juga melegakan kalau justru keinginan.

Salah satu resiko masuk grup ya mesti bersiap jika nanti keluar grup. Menyoal hilang-menghilang ini, pasti banyak sebabnya. Sambalbawang pernah mengalaminya sekian kali. Beberapa misalnya, ya memilih pamit dari grup karena grupnya mati suri, tidak ada informasi, bahkan nihil sapa-menyapa. 

Pernah juga ada yang (sepertinya) sengaja menghilangkan kontak dari list anggota, karena (mungkin) sambalbawang dianggap sudah tidak sevisi atau seobrolan. 

Ada pula yang anggotanya rontok satu persatu, karena grup hanya terkait acara atau aktivitas berdurasi pendek. Menyisakan sambalbawang sendirian, sebagai admin, tanpa pernah berperan sebagai admin karena saat masuk hanya diundang. Sambalbawang akhirnya hengkang, sekaligus menutup grup, daripada menghuni “grup hantu”.

Sambalbawang pernah juga berinisiatif keluar grup lantaran grup melenceng dari semangat awal. Dari grup WA terkait urusan pekerjaan yang akhirnya jadi grup sepi dan sepoi-sepoi, karena (nyaris) enggak ada informasi masuk, sampai grup “ya ampun” karena getol membahas topik “ketinggian” atau topik yang malah bikin kadar pinter turun.


Sekarang sambalbawang tergabung di 30-an grup WA. Barangkali jumlah segitu belum banyak bagi sebagian orang yang terbiasa eksis di jagat maya. Tapi bagi sambalbawang, 30 grup ini nyaris membuat “hilang ingatan”. Sering lupa kalau punya grup "penting", yang akhirnya lupa dibuka, atau ingat setelah sekian hari.

Terlepas dari faktor mata yang makin “manja” karena enggak kuat lama-lama menatap layar apalagi berurusan dengan huruf-huruf kecil, memang tak mudah untuk rutin memelototi hilir mudik percakapan grup. Ribet, bagi sambalbawang. Belum lagi dengan dua ponsel, karena hanya satu yang ternyata sering ditenteng, akibat faktor U.

Bahkan, ingat membawa dua ponsel pun, bisa lupa menengok pesan masuk. Belum ponsel yang habis baterai tapi tak disadari. Satu ponsel pernah lupa ditengok hingga tiga hari. Cerita lain, ponsel pernah "raib" di rumah hingga seminggu, lantaran lupa naruh di mana. Begitu dibuka, pesan yang masuk ibarat rentetan tembakan bermenit-menit.

Hilir mudik percakapan ternyata bisa sepadat ruas jalan Jakarta. Kalau lagi seru-serunya satu topik dibahas, dalam waktu satu jam, jika sambalbawang tak membuka grup, bisa tertinggal puluhan hingga ratusan chat. Itu baru satu grup WA. Dan sering lebih dari 3 grup yang kebetulan sering “tang-ting-tang-ting” nyaris berbarengan. 

Demi Asterix dan Obelix, kalau sudah begitu, sambalbawang menyerah. Maksudnya, tidak membuka semua chat obrolan. Dipilih satu-dua saja. Tapi, dari sekian grup WA yang masih rutin sambalbawang tengok tiap hari—meski tidak setiap saat—adalah grup sekelas saat duduk di bangku SD. Bahkan grup ini sudah berusia enam tahun.

Berawal Maret 2013, teman kejar-kejaran saat SD dulu, berinisiatif membuat grup seiring ngetrennya aplikasi percakapan WA yang menggeser euforia BBM-an. Dari beberapa anggota, akhirnya satu per satu teman sekelas terdeteksi keberadaannya, dan langsung “dijebloskan” ke grup.  

Sebagian teman menyambut dengan suka cita. Saling menanyakan kabar, domisili, pekerjaan, dan semacamnya. Seakan terpanggil kembali memori, terlempar sejenak ke seperempat abad silam saat masih bercelana pendek warna merah. Terpanggil juga gairah mengulak-ulik kisah lucu, wagu, hingga cerita rahasia masing-masing.

Dengan daya ingat yang lumayan tergerus seiring usia, tak semua kenangan tergali. Tapi di situlah pula keseruannya. Tak hanya tentang siapa yang suka siapa (dahulu kala), melainkan juga kisah ringan yang akhirnya terungkap. Oke, oke, salah satu bahasannya memang urusan asmara. 

Yah, asmara ala-ala monkey, lah. Secara saat itu kami masih malu kalau ketahuan suka siapa, apalagi dijodoh-jodohkan. Juga pastilah pernak-pernik ceritanya tidak seperti anak milenial masa sekarang. Dan setelah kami-menjelang (dan kini melewati) umur 40, barulah “berani” sedikit mengumbar kisah masa lalu.

Memang ada kisah yang masih rapat disimpan. Tapi sebagian cerita sudah terekspos karena memang "rahasia umum", hehe. Teman yang dulu nakal sekarang masih nakal bahkan rada saru, ya ada. Teman yang dulu cukup ramai, tapi sekarang agak pendiam, ada. Sebaliknya, ya ada. Macam-macam kategori, lah, pokoknya.

Ada yang badannya sudah agak “membulat” karena kini banyak makan, ada juga yang tetap kurus dan manis. Ada yang kini “memelihara” banyak tato di badannya, dan ada yang kini gondrong rambutnya. Ada yang cengkok ketawanya masih sama. Meski ada yang berubah, tapi masing-masing masih relatif hapal.

Sebagian masih menyimpan foto lawas, yang satu demi satu di-share ke grup. Biasanya, kami lalu tertawa-tawa mengomentari betapa culun dan “inosen” tampang kami. Belum ada yang nampak sangar atau nampak saru, hehe. Menyenangkan juga mengetahui masih ada yang menyimpan foto-foto itu. 

Bisa jadi, itu karena kami-kami ini ternyata juga banyak yang sekelas saat SMP, SMA, bahkan sekampus, dan sebelumnya sekolah di TK yang sama. Belum lagi banyak yang juga tetanggaan. Sambalbawang misalnya punya foto satu teman sekelas yang kebetulan tetangga, saat perayaan ulang tahun. 

By the way, sambalbawang punya satu cerita unik. Saat pindah ke Balikpapan, tahun 2011 lalu, sambalbawang tak mengira ternyata bakalan satu kota sama salah satu teman. Ajaibnya lagi, kami berangkat persis bareng. Selisih pesawatpun hanya 3 jam saat mendarat. Coba bayangkan kalau kami sepesawat. Bisa-bisa bakalan "berkelahi", minimal teriak-teriak histeris.

Lucunya lagi, kami tidak saling mengetahui kabar pindah kerja masing-masing. Alhasil ya saling terkaget ketika mendapati kenyataan saat berselancar di medsos. Bayangkan, tandem sambalbawang saat main bola dulu di posisi bek, pernah juga sebangku, pindah ke kota yang sama, nyaris berbareng waktunya. 

Teman ini terbilang cukup ajaib kisahnya. Sebagai bek, dia jelas bermain bola cukup buruk. Dan dia pun sudah mengamini itu. Seburuk apa, bisa dibaca di sini.Urusan main kelereng pun, juga enggak jago. Tapi dia pernah bikin kami geger –dan terkesima--karena sejumlah hal. Antara lain karena dia bikin (merakit) radio. 

Selain itu juga karena dia pernah punya pengalaman horor, yakni kejedot tiang kayu depan kelas saat bermain kejar-kejaran. Ambruknya di depan mata pula. Begitu “jeduk”, tumbang, dan terjerembab, langsung tak sadarkan diri. Kepala dia bocor. Sebagian darahnya terciprat ke baju sambalbawang. 

Ternyata keajaiban sambalbawang dan satu teman ini, tidak selesai dengan kesamaan hari kami tiba di Balikpapan. Ternyata nama istri kami masing-masing adalah juga dua nama teman sekelas saat SD juga. Badalaaah...Celakanya lagi, sepertinya itu sesekali menjadi topik diskusi tanpa henti di grup. Glek.

Selain kisah sambalbawang, banyak kisah lain yang asyik. Topik sesekali menjadi kian seru karena ada ada beberapa hal yang belakangan terungkap. Peristiwa yang tak terprediksi dan sempat lolos dari pengamatan seisi anggota grup. Misalnya ada yang sampai menikah, padahal dua-duanya masuk di grup. Lucunya adalah, sebagian dari kami (awalnya) enggak tahu. What, what? Eh betulan.. Ini meleset jauh dari "gosip" yang beredar tahun 90 silam. Hahaha. Kaget, sih, tapi sambalbawang jelas terharu nan bahagia.

Serangkaian obrolan yang ditumpuk, sempat pula berujung pada hal-hal serius hingga kesepakatan untuk kopi-darat alias bertemu. Untuk hal serius, misalnya, ada yang berinisiatif menggalang dana untuk membeli meja-kursi untuk adik-adik kami. Ah betapa sedih, melihat meja kursi mereka pada reyot. 

Untuk yang kesepakatan kopi-darat, alias reuni, sudah beberapa kali. Ada yang dibela-belain naik motor berangkat dari Klaten, Jateng, seorang teman yang kini jadi pengusaha. Orang ini, dulu mah, termasuk kompetitor karena “saling sikut” di papan klasemen rangking. Hahaha.

Urusan reuni, pernah juga terjadi secara dadakan. Saat bapak dirawat di rumah sakit, sejumlah teman-teman langsung menengok. Tak hanya sambalbawang yang gembira, namun ibu juga karena tak menyangka. Ah, tak sia-sia sambalbawang dulu sekelas sama kalian. Tos dulu, sama kalian, masbro dan mbakbro. 

Memang mustahil semua hadir saat reuni karena sudah pada menyebar domisilinya dan sebagian terhadang acara lain. Ada pula yang tinggal di luar negeri. Namun bertemu hanya beberapa, sudah membahagiakan. Agak janggal tapi lucu saat reuni berlangsung. Sambalbawang misalnya, akhirnya bertemu kawan tandem makan lotis. Masih kurus, masih begitu penampakannya, tapi masih nampak manis jua. Uhuk, batuk, batuk, batuk...

Ketemu juga sama teman si “pemakan chiki” yang dikenal cukup judes. Jadi menyesal juga mengapa dulu pernah jadi donatur makanan ringan itu ke dia. Tapi di satu sisi, beruntung pula dia sudah berubah. Sudah enggak judes, bahkan baik hati, Sepertinya ada faktor konsentrasi micin, sehingga dia bisa berubah. Hahaha.

Bersua pula dengan teman eks tetangga. Ini juga termasuk teman ajaib karena dulu, kami ramai-ramai ke rumahnya tak hanya untuk bertemu dia. Tapi juga untuk melihat gajah. What? Iya, gajah, karena pekerjaan bapaknya merawat gajah. 

Masih ingat juga, ada teman yang rumahnya luas sekali sehingga puas main petak umpet di dalam rumah, dan puas juga bermain kelereng di halaman. Teman unik lain, ada. Teman cewek ini bertangan kidal dan karenanya membuat sambalbawang sempat terpesona dan heran. Bisa jadi dia orang kidal pertama yang sambalbawang lihat. Akhirnya sering memerhatikan. Sempat menginspirasi untuk mencoba hal yang sama, yakni menulis pakai tangan kiri, meski akhirnya sambalbawang menyerah daripada diketawain ayam.


Ah jadi pengin reunian lagi. Masih banyak teman yang belum ketemu langsung. Namun reuni skala kecil sudah dilakukan teman-teman yang tinggal di Jakarta, Yogyakarta, dan Balikpapan. Meski yang terakhir ini hanya digawangi dua personel: sambalbawang dan si bek itu, atau tepatnya empat personel dengan rincian dua personel kategori “KW”.

Dan begitulah, grup WA sambalbawang yang berisi teman-teman sekelas SD, menjadi salah satu grup yang aktif. Hampir tiap hari selalu ada obrolan. Meski kadang topiknya sama, namun sepertinya selalu cukup fresh untuk dilontarkan. Dan rata-rata memori kami cukup baik untuk mengingat hal spesifik. Misal siapa yang dulu punya jam tangan kalkulator, hingga yang terkenal paling meriah, juga judes..

Sesekali, topik memang pernah rada “memanas” tapi dengan segera “mendingin”. Ah, semakin komplet saja bumbunya. Belum semua teman aktif menimbrung obrolan, dan sempat juga teman yang masuk lantas cabut dari grup. Tapi bagi sambalbawang enggak masalah. Namanya juga anggota grup, bebas masuk nimbrung tapi bebas juga jadi silent reader. Ada yang pernah masuk, tapi lantas keluar atas pertimbangan tertentu, ya no problem. 

Sudah 24 teman terangkum dalam grup WA sekelas SD ini. Masih ada 10-an teman sekelas yang belum masuk. Dilacak di fesbuk, pun, belum ketemu. Mungkin satu saat nanti grup ini bisa komplet. Meski itu agaknya mustahil karena ada teman yang pindah sekolah (dan belum terlacak), serta dua teman yang telah berpulang.

Salah satu yang meninggalkan kami –karena sakit-- adalah teman cewek Batak yang sangat baik. Dia pindah ke kota pelajar karena mengikuti orangtuanya. Dan dia satu-satunya di kelas yang enggak paham Bahasa Jawa, karena itu sering bertanya ke sambalbawang. Karena sambalbawang baik, ya dibantu. Hohoho. Dia sering bawa camilan ke sekolah.

Dia pernah menyanyikan lagu Batak dan menjelaskan artinya ke sambalbawang. Dan kami cukup sering haha-hihi saat pelajaran, sembari makan camilan “krip-krip” yang kami sembunyikan di laci meja. Pada enggak tahu, kan?  Atau sudah tahu? 

BACA JUGA ARTIKEL LAIN :