Era 90-an lalu, TVRI Yogyakarta menayangkan "Mbangun Desa", setiap
akhir pekan. Ini sinetron yang sambalbawang rindu dan sepertinya nyaris tidak pernah absen
menontonnya. Tayangan berbahasa Jawa dan kadang dicampur Bahasa Indonesia ini,
betul-betul keren. Bikin gemes, gregetan, lalu ketawa. Akhirnya jadi “candu”,
ketagihan level dewa.
Memang, memang, nuansanya masih berbalut Orde Baru karena
tema tayangannya biasanya diembel-embeli “pesan” pemerintah terkait pembangunan
desa. Topiknya beragam. Dari pentingnya KB, hingga program pertanian, pendidikan, keamanan kampung, dan seterusnya.
Tokoh utamanya, Susilo Nugroho yang berperan sebagai Den
Baguse Ngarso; Heru Kesawa Murti sebagai Pak Bina alias pak kades; Sepnu
Heriyanto sebagai Kuriman; Sudiharjo sebagai Kang Sronto; dan Muji Rahayu sebagai Yu
Sronto.
Dalam dunia nyata, Muji Rahayu ini adalah istrinya Heru
Kesawa Murti. Nah, pak Heru ini juga sebagai penulis naskah Mbangun Desa. Terus, dalam perkembangan sinetron bergenre situasi komedi ini, ada pula sejumlah tokoh lain seperti Yati
Pesek, yang didapuk sebagai istri Den Baguse.
Selama 30-an menit, Mbangun Desa diisi suasana, obrolan,
intrik, "adu mulut" dan gambaran-gambaran yang “desa banget”. Den Baguse, didapuk peran sebagai orang
lumayan kaya di kampungnya, tapi sekaligus sok tahu, sok pinter, sombong, suka perintah sana-sini, maklum "priyayi" sih. Hehe. Den Bagus ini juga sering “tombak cucukan”,
penyebar gosip.
Lalu, Kuriman, si pemuda desa, berambut gondrong, yang temperamental, grusa-grusu, dan kadang berpijak ke kubu yang memberinya keuntungan. Kuriman sepertinya diplot gampang dipengaruhi sana-sini dan ditarik kesana-kemari, Tapi hatinya, baik, loh. Kuriman sering tampil sebagai pemuda desa yang apikan, gapyak, dan mengomando gotong-royong.
Pak Bina, si tokoh bijaksana, mengambil porsi sebagai penengah dan pembuat solusi. Apapun masalahnya, dia bisa dimintai saran. Dia dihormati warga karena sederhana, otaknya "mlethik" alias cukup moncer. Namun kadang-kadang ya salah perhitungan, dan rada pelupa. Kadang juga "keminther". Seingat sambalbawang sih, gitu.
Pak Bina, si tokoh bijaksana, mengambil porsi sebagai penengah dan pembuat solusi. Apapun masalahnya, dia bisa dimintai saran. Dia dihormati warga karena sederhana, otaknya "mlethik" alias cukup moncer. Namun kadang-kadang ya salah perhitungan, dan rada pelupa. Kadang juga "keminther". Seingat sambalbawang sih, gitu.
Nah, "duet" Sronto, yang akhirnya akrab dipanggil Sronto
Lanang-Sronto wedhok, menjadi “bumbu” penyegar dan gregetan karena tampang dan karakter ke-ndesoan-nya. Sronto
ini, dalam cerita, adalah orang suruhan (dan kepercayaan) Den Baguse Ngarso. Sronto orangnya lugu, polos, apik'an, sederhana, dan nrimo, tapi karena itu
gampang dikibulin.
Jalinan cerita Mbangun Desa, yang memotret kehidupan desa ini, kadang juga terkait pesan pemerintah. Nah, pesan pemerintah itu jadi asyik “disantap” tatkala para pemeran memang orang “seni” yang berkarakter dan jempolan. Den Baguse sukses bikin saya
sebel sepanjang tayangan, karena kemaki,
kemlethak, jemotos, lah. Sronto, tokoh senior ketoprak ini, juga berhasil bikin saya gemes karena selalu nrimo.
Kekuatan utama Mbangun Desa, ada pada tokoh pemeran yang sudah matang pentas dari panggung ke panggung. Meski, tak bisa dimungkiri, faktor Den Baguse yang juga bernama lain "Ngarso Pareng" ini, yang paling menyita perhatian (karena nyebelin, hehe). Meski sejujurnya, sebagai penonton, kita menanti Den Baguse ini di skak mat oleh Pak Bina dkk, atau sial sepanjang tayangan.
Kekuatan utama Mbangun Desa, ada pada tokoh pemeran yang sudah matang pentas dari panggung ke panggung. Meski, tak bisa dimungkiri, faktor Den Baguse yang juga bernama lain "Ngarso Pareng" ini, yang paling menyita perhatian (karena nyebelin, hehe). Meski sejujurnya, sebagai penonton, kita menanti Den Baguse ini di skak mat oleh Pak Bina dkk, atau sial sepanjang tayangan.
Den Baguse bikin geretan, tapi gregetan pula melihat Sronto yang pasif, tidak pernah
membantah, dan sering diperalat Den Baguse. Yu Sronto terkadang lebih “berani” ketimbang
suaminya, tapi juga hanya satu strip di atasnya. Sami mawon. Tapi, keduanya
saling mendukung.
Kuriman hadir sebagai sosok yang kadang nyebai, kadang
menyenangkan, dan kadang ra dong-an. Tergantung siapa yang memengaruhi, ke
situlah Kuriman berkiblat. Tapi karena
Kuriman termasuk tokoh pemuda, maka penting juga perannya. Urusan mengerahkan pemuda desa, kadang bisa mengandalkan masbro Kuriman ini.
Salah satu dari beberapa tokoh yang muncul belakangan di serial ini, adalah Yati Pesek sebagai
Den Ayune Ngarso. Juga ada anaknya Pak Bina. Yati Pesek misalnya cukup memberi “warna” karena dialah yang ternyata ditakuti Den Baguse
Ngarso. Hohoho. Kalau Den Ayune Ngarso marah, Den Baguse bakal bingung, panik.
Dalam setiap episode, Den Baguse selalu “ngisruh” dan Pak
Bina jadi tukang penjelas situasi. Banyak masalah, akhirnya dipungkasi Pak Bina
yang kalem. Kuriman bisa reda tensinya, Den Baguse bisa manthuk-manthuk sambil
mbesengut. Tapi intinya, ada solusi.
Sering digambarkan, pungkasan cerita sinetron tanpa iklan
ini, semua pihak nglurug ke rumahnya Pak Bina malam-malam. Masalah dibawa ke
forum, dirembug, dan selesai. Semua bisa jabat tangan. Musyawarah mufakat, lah,
intinya.
Tak hanya dapat ketawanya. Tapi ada nilai kebersamaan, kerukunan yang disematkan. Tak ada yang
ngomong SARA, tak ada yang tokoh yang mendelik-mendelik. Nggak ada yang menye-menye. Dan itu tidak ada
di sinetron-sinetron sekarang, yang sudah nggak lucu, ndak mutu pula.
Mbangun Desa diselingi suasana khas pedesaan yang asyik. Lokasi syuting sering di sawah, kebun, jalanan kampung. Anak-anak sliweran,atau lagi mainan di halaman rumah (tanah). Ayam-ayam berlarian. Unen-unen (tembang) tak ketinggalan. Acara wedangan minum teh, jelas ada. Ahahaha, Jogja bangeeet...
Ah, jadi teringat Pak Heru Kesawa Murti, yang meninggal
tahun 2011 lalu. Sambalbawang pernah ketemu beberapa kali, dan tanpa sadar selalu
memanggil dengan “Pak Bina”. Sduah seperti otomatis memanggil demikian. Begitu juga pas ketemu Pak Susilo, manggilnya ya “Den
Bagus”. Saat bersua pak Sudiharjo, sambalbawang pun memanggilnya pak Sronto. Hehe. (Sronto meninggal Juli 2016).
Hiks, sambalbawang beneran kangen Mbangun Desa.... belum nemu dokumentasi tayangannya di youtube...
baca juga :
CHINMI JAGOAN KUNFU KUIL DAIRIN
LILAC, SEPENGGAL CERITA TENTANG PASSION BERMUSIK
"MAMA" by PAULINA, PROYEK LAGU PERTAMA
MUSIK ZAMAN DAHULU VS ZAMAN NOW, MANA YANG BERKUALITAS?
HOMPIMPA ALAIUM GAMBRENG UNYIL KUCING
YEN ING TAWANG ANA LINTANG
ABBA TALENTA TERBAIK MUSIK SWEDIA
TENTANG HONDA (1) DARI PISPOT SAMPAI PITUNG
AKU DI BELAKANGMU, TIGER WONG
JURASSIC WORLD VS JURASSIC PARK
TEH NASGITELPET
KONSER REUNI ABBA DALAM BENTUK HOLOGRAM ?
BANYAK MOTOR SEDIKIT MEREK, SEDIKIT MOBIL BANYAK MEREK
baca juga :
CHINMI JAGOAN KUNFU KUIL DAIRIN
LILAC, SEPENGGAL CERITA TENTANG PASSION BERMUSIK
"MAMA" by PAULINA, PROYEK LAGU PERTAMA
MUSIK ZAMAN DAHULU VS ZAMAN NOW, MANA YANG BERKUALITAS?
HOMPIMPA ALAIUM GAMBRENG UNYIL KUCING
YEN ING TAWANG ANA LINTANG
ABBA TALENTA TERBAIK MUSIK SWEDIA
TENTANG HONDA (1) DARI PISPOT SAMPAI PITUNG
AKU DI BELAKANGMU, TIGER WONG
JURASSIC WORLD VS JURASSIC PARK
TEH NASGITELPET
KONSER REUNI ABBA DALAM BENTUK HOLOGRAM ?
BANYAK MOTOR SEDIKIT MEREK, SEDIKIT MOBIL BANYAK MEREK
Sama sy jg nyari di youtube ga ada. Smg alm husnul khotimah. Aamiin
BalasHapusIya. Mgkn susah skrg ketemu pemeran dgn karakter kuat (terasah pengalaman, dan berbakat, dan ttp membumi), seperti pemeran di mbangun desa
Hapussudah ada, di yutub belum lama ini. diunggah tvri jogja
HapusTVRI Jogja plis unggah ke u tube dong mbangun desanya
BalasHapusSetuju....
Hapussudah diunggah akhirnya, coba cek yutub
HapusUpload
BalasHapusBelum nemu di yutub jeh pak..
Hapussudah ada yang mengunggah mbangun desa, tvri jogja, belum lama ini. coba dicek.. kabar apik ni
Hapus