Selasa, 21 Agustus 2018

KONSER REUNI ABBA DALAM BENTUK HOLOGRAM ?

ABBA, supergrup asal Swedia di era 70-an, bakal menggelar tur lagi tahun 2019, setelah tur terakhir mereka tahun 1977 lalu. Jelas saja ini kabar yang dinanti sekaligus mengagetkan bagi para fans ABBA yang sudah menanti, bahkan nyaris bermimpi, atau malah sudah bermimpi selama 40-an tahun, berharap mereka suatu saat menggelar reuni.
ABBA adalah salah satu “keajaiban” musik Swedia, juga (musik pop) dunia. Mereka membawa corak musik baru, euro pop, untuk mengajak seluruh dunia berdansa dalam warna musik yang baru, yang fresh. Selama kurun waktu tahun 1974 hingga tahun 1982, ABBA sudah membukukan 8 album yang sukes di pasaran dengan angka penjualan menembus lebih 400 juta keping. Hanya segelintir grup band di muka bumi yang sanggup mencetak rekor tersebut, yang antara lain juga ditorehkan The Beatles.
Dan ketika ABBA bubar, penikmat musik--yang tidak hanya fans ABBA--pun berduka. Terimbas dari hebatnya dampak perceraian—keempat personelnya pernah saling menikah—ABBA pun akhirnya retak. Mereka sepertinya tidak pernah secara gamblang menyatakan ABBA bubar, namun itulah yang terjadi. Tidak pernah lagi ada reuni sesudahnya. Begitu saja mereka meninggalkan jutaan fans mereka dalam kepingan tanda tanya tak berujung.
Agnetha Faltskog, Benny Andersson, Bjorn Ulvaeus, dan Anni-frid Lyngstad, lansung bersolo karir, tanpa pernah menoleh lagi ke belakang, untuk membuka peluang reuni. Namun, mereka tidak pernah sesukses seperti kala mereka masih tergabung di ABBA. Desakan agar mereka reuni pun selalu didengungkan dari tahun ke tahun.
Sebenarnya keempat personel ABBA, secara terpisah, juga pernah membawakan lagu-lagu ABBA yang (mayoritas) hits. Tahun 2016 lalu, mereka juga bertemu ketika Bjorn mengawali membuka restoran di Stockholm Swedia. Sayangnya, boro-boro memikirkan reuni, berfoto berempat saja, atau secuil menyanyi pun, sepertinya enggak, karena sambalbawang belum menemukan dokumentasinya. 
Pembukaan Museum ABBA di Swedia, Mei 2013 lalu, yang disambut gegap gempita semua warga Swedia, dan dengan poster ABBA bertebaran dimana-mana, juga tidak mampu menuju pada kemungkinan para anggotanya untuk menggelar reuni. Bahkan tawaran yang tak terhitung lagi banyaknya juga nominal uangnya, mereka tolak. Itulah sikap ABBA. Ah tentu saja, mereka sudah memiliki cukup kekayaan. Bagi setiap personel ABBA, ABBA adalah masa lalu.
Apa yang dicari oleh ABBA, tepatnya oleh (mantan) personelnya? Entahlah, tapi yang pasti bukan uang. Sekian lama tanpa kabar, April 2018 lalu, ABBA mengumukan rencana konser reuninya yang bakal dihelat tahun 2019. Tetapi tunggu dulu, konser yang bagaimana ini? Sejumlah pemberitaan menyebut itu sebagai “proyek tur avatar” alias menggunakan teknologi hologram. Apa pula ini maksudnya?
Belum ada keterangan lagi terkait itu. Kita hanya bisa menduga, yang bakal manggung hanya hologram mereka saja, bukan mereka secara fisik. Dalam keterangan di akun Instagram resmi ABBA, disebutkan pula bahwa satu lagu akan dirilis berjudul “I Stil Have Faith In You”. Jadi, apakah konser setelah 42 tahun itu nanti akan menarik, ya tergantung dari sudut mana melihat.
Terlalu lama raib, ABBA ternyata masih dikenang sebagai empat personel yang muda dan enerjik. Dan pasti, dua vokalis mereka yang begitu primadona saat itu, Agnetha dan Frida. Sebagian fans ABBA tidak “rela” Agnetha dan Frida menua. Menengok ke klip-klip ABBA yang ada di youtube terlihat itu memang benar adanya. Masih ada yang memuji kecantikan dan suara kedua vokalis (utama) ABBA itu.
Namun kedua cewek (yang sekarang sudah masuk kategori nenek) ini, setelah ABBA bubar (atau mati suri) tahun 1982, baru tampil lagi menyanyi tahun 2016. The Way Old Friends Do, adalah lagu yang mereka bawakan. Fans ABBA pun histeris, namun ya hanya sebatas itu. Selepasnya, kembali berharap, mungkin rada “berhalusinasi”, bahwa ABBA akan manggung mengakhiri periode mati surinya.
Kurang apa coba keyakinan para fans ABBA yang masih berharap--kalau tidak bisa disebut bermimpi--bahwa Agnetha, Frida, Bjorn, dan Benny suatu saat akan bereuni. Mereka (para fans) melihat personel ABBA masih terikat juga dengan ABBA, karena menyanyikan lagu-lagu ABBA. Frida, misalnya, pernah beberapa kali menyanyikan Dancing Queen.  Ini dia videonya: 

Benny, cukup sering memainkan piano untuk membawakan lagu ABBA, baik sendirian atau berkolaborasi dengan musisi dan penyanyi lainnya. Seperti “Thank You for The Music", beberapa kali dimainkan sendiri oleh Benny. Dan ini salah satu videonya :

Selepas dari ABBA, Agnetha merintis solo karir dan sempat mencetak tiga album. Tahun 2013, dia bernyanyi duet dengan Gary Barlow, dan itu menjadi penampilan live-nya yang pertama dalam 25 tahun terakhir. Dalam sebuah wawancara bertahun-tahun pascabubarnya ABBA, Agnetha--yang merupakan personel ABBA termuda, juga pernah menyanyikan lagu seperti “SOS”. Ini dia videonya, setelah berselancar di internet. 

Bjorn (tua) pun demikian, pernah terekam mendendangkan “Take A Chance” meski hanya sebentar. Begini penampakannya. 


Dan bahkan, band U2 pernah menyanyikan lagu "Dancing Queen" bersama Bjorn dan Benny. Nah, ini buktinya. 
Kalau melihat yang begini, jadi rada aneh juga akhirnya. Keempat personelnya terikat ke ABBA, tapi tak mau reunian. Sementara di sisi lain, mereka tidak pernah bisa lebih besar dari ABBA setelah ABBA berakhir. 
Kondisi ini rada persis dengan The Beatles, yang kisah solo karir keempat personelnya tidak pernah sanggup melampaui, atau setidaknya mendekati kesuksesan saat masih tergabung dalam The Beatles. Apakah berlaku anggapan “berhentilah saat di puncak ketenaran, agar tidak merasakan sakit ketika jatuhnya ketenaran secara perlahan”, dianut oleh ABBA?Sambalbawang enggak tahu.
Sebenarnya, yang diperlukan Agnetha, Bjorn, Benny, dan Anni (Frida) adalah mendengarkan keinginan fans mereka. Mengesampingkan kepedihan akibat perceraian mereka. Betapa mereka mestinya menyadari, lagu-lagu ABBA dicintai sampai sekarang, itu adalah benar adanya. Keempat kakek dan nenek itu, tinggal melambaikan tangan, dadah-dadah, sembari naik panggung. Diiringi sekian musisi dan backing vocal yang menjaga lengkingan Agnetha yang pastinya tidak semelengking dulu saat dia berumur 25-an tahun.   
Itu saja, cukup sebenarnya. Terlepas dari urusan rumit mereka—dan perceraiannya, semestinya mereka tetap tahu bahwa fans menunggu mereka reuni. Tentu saja tak bisa berharap performa panggung mereka sama seperti 40-an tahun lalu. Namun berharap mereka mau memenuhi ekspektasi para fans, setidaknya bisa dipertimbangkan.
Itu saja. Lalu bagaimana dengan konser “hologram” ABBA tahun depan (2019)? Sambalbawang sendiri tidak terlalu tertarik, kecuali nanti ada kejutan mereka berempat hadir di panggung lalu menyanyi. Nonton aksi panggung dalam wujud hologram—atau secara digital, apa serunya coba? Selain berfantasi seakan-akan menyaksikan konser live ABBA (yang personelnya masih muda) di tahun 1970-an dulu.
Daripada pusing mikirin konser “hologram” atau apa namanya itu, mendingan memutar lagi lagu-lagu ABBA. Sembari berfantasi Agnetha dan Frida memang tidak pernah tua alias muda terus. Lho kok fantasinya hanya ke Agnetha dan Frida, ya iya lah, sambalbawang kan cowok.

                          Dancing Queen, lagu masterpiece ABBA (1976)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar