Jumat, 30 Agustus 2013

I WANT TO RIDE MY BICYCLE, AKU PENGIN NUMPAK PITKU

      Sudah jauh-jauh diimpor dari Jogja, ternyata nasibnya banyak "menganggur" di Balikpapan. Sang onthel, nama benda ini, akhirnya terpaksa tidak difungsikan harian. Kontor Balikpapan yang 70 persen perbukitan, jadi alasannya.
     Jadinya, sang onthel rada-rasa terkesan mirip penerima tamu. Ada dua onthel yang nangkring setia. Satu buatan negaranya mas Van Persie, satunya lagi negeri kelahirannya dik Suneo temennya Nobita.
     Tentu, beberapa kali, setidaknya dua minggu sekali, saya kayuh onthel walau rutenya hanya sekitar rumah. Tapi pernah dua bulan penuh dua sejoli ini tidak turun lapangan. Cuma saya elus-elus rangka sama spatbor plus stangnya pakai gombal. Agar karat tidak memeluk lapisan besi-bajanya. Tak lupa, ban dipompa. 
       Kondisi Balikpapan memang berbeda dengan Yogyakarta. Balikpapan berbukit sementara Yogya banyak datar. Alhasil, onthel banyak terparkir. Selain tentu saja, sayanya yang sok sibuk. "Kalau jalanan naik drastis, ngayuh onthel bisa bikin lutut pindah posisi," ujar saya dalam hati.
     Sesekali dikayuh, tentu tidak memuaskan bagi si Mister sama Gazi. Mulailah mereka protes. Setang si Gazi mulai pacaran sama karat. Rem-nya si Mister mulai ogah pakem. Pakde Spiderman pun memasang tenda di sela ruji-ruji mereka. 
    Semakin jarang mengayuh, perut pun bertambah volumenya. Jadi rada endut, neh. Maka teringatlah lagi pada mereka berdua. Setelah berdiskusi sama majikan mereka yg lain (istri), sekitar 2 bulan lalu, diputuskan untuk men-tune up dua kuda besi ini.
    Intinya agar tampilan lebih fresh. Maka, jadilah, doi berdua kini tampil rada beda. Ban-ban dalam saya pensiunkan, dikonversi ban sepeda tipe baru yang bisa dipompa pakai pompa ban motor. Ban luar Gazi yang sudah pecah-pecah, digarasikan. Setel sana, setel sini.
    Akhirnya, mereka mulai menarik hati saya lagi. Beberapa kali sudah saya naiki untuk keperluan wira-wiri. Asyiknya.. Menggenjot pedal-peda tua mereka, memang memberi keteduhan batin. Tiba-tiba ngerasa romantis.
     Namun, tunggu dulu, terkadang hati bertanya: kira-kira semangat mengonthel episode 2 ini, akan bertahan sampai kapan ya? Jangan-jangan nanti males nyepeda lagi karena satu dan lain hal yang diada-adakan.
   Mungkin jawabannya adalah seberapa sering melihat foto diri zaman dulu ketika muka masih tirus. Bertambah bobot 6 kg dalam waktu 2,5 tahun, tentu bikin saya cukup syok. Meski banyak teman bilang bahwa belum gemuk-gemuk amat.
     Jadi, semoga berkat duo onthel ini, dan tentu saja si biru wimi-sang sepeda gunung jadul yang juga menghuni rumah-bobot saya bisa turun. Dua kg lumayanlah. Setidaknya setahun ke depan bisa kurang lima kg.
     Mgomong-ngomong soal sepeda, jadi teringat lagunya Queen, judulnya Bicycle Race. Sejumput refleksi kecintaan pada sepeda dan bersepeda. ..I want to ride my bicycle.. Aku pengen numpak pitku.

BACA JUGA
GATOTKACA TAK HANYA OTOT KAWAT BALUNG WESI
BASA WALIKAN
THE AQUARIAN ?
MAMMA MIA ! HERE WE GO AGAIN, ABBA AGAIN

Rabu, 28 Agustus 2013

VEGETARIAN ? ENAK, KAH ?

      Sekitar 5 tahun lalu, sambalbawang memulai pola makan vegetarian. Setelah melalui serangkaian "perenungan", bertanya-tanya pada diri sendiri, dan mengunjungi beberapa lokasi "habitat" hewan ternak. Dan, petualangan berat (asyik) pun, sambalbawang jalani, sampai hari ini dengan bersemangat.  Semoga bisa terus berlanjut.
      Beberapa teman bertanya: kamu agama (...) ya, kog memutuskan bervegetarian. Ada juga yang bertanya, "Masih makan, nasi?". Trus ada juga yang menimbrungi "Tapi kalau ikan masih makan, kan?". Yang lain, ada juga yang malah menertawakan. 
      Ada lagi yang coba "menyadarkan" bahwa vegetarian itu bertentangan dengan agama. Ada yang kasian pula, dan dikira bakalan kurang protein. Selain itu, ada juga yang selalu membujuk untuk makan seafood. Tapi, ada juga yang bilang "sip". 
     Membahas soal di atas, akan panjang lebar dan diselingi debat kusir. Jadi, sambalbawang akan membahas itu dari versi sendiri. Bahasan menarik adalah tentang mereka yang masih beranggapan vegetarian itu endaak enyaaak. Masa seeeeh... Beberapa kali (sering, ding).. sambalbawang mendapat pertanyaan itu. Tapi, pertanyaan itu gampang dijawab.   
    Enak, laaah. Mana mau gua vegetarian kalau vegetarian itu enggak enak. Lha, kok bisa? Jadi, begini. Untuk merunutnya, tidak perlu jauh-jauh mencari. Mari kita sederhanakan pertanyaannya. Apa kira-kira yang Anda cari saat makan? 
     Mau menyeruput soto, wajib menuang kecap, sambal, dan ngeceri jeruk nipis, kan? Mau maem lalapan, pasti nyari sambal. Siapa suka tahu tempe, pete, jamur krispi, sate? Semua menu itu, kalau mau jujur, tergantung sama tumbuhaan. Alias bumbu.
       Apakah ada menu yang enggak pakai bawang merah-putih, dan rempah? Kalau pertanyaan dipermudah, apakah kita rada lupa kalau es teh (termasuk teh botol), es jeruk, es kelapa muda, kopi, coklat, es jus,  atawa wedang jahe, itu adalah minuman lezat. Demikian juga kacang mede, kacang tanah, semangka, sampai duren. Semua dari tumbuhan. 
    Nah, jadi sambalbawang malah jadi bingung ketika ada yang masih tidak percaya jika vegetarian itu justru berkaitan dengan menu lezat. Bahkan ada teman yang bertanya begitu sembari minum teh botol, untuk menghilangkan haus di tengah terik matahari. 
     Enak, kan, minuman vegetarian-nya... Hehe.

BACA JUGA ARTIKEL LAINNYA :
MAMMA MIA ! HERE WE GO AGAIN, ABBA AGAIN
LILAC, SEPENGGAL CERITA TENTANG PASSION BERMUSIK 
   
  
    



Jumat, 23 Agustus 2013

WAJAHMU TIBA-TIBA PERSIS BIDADARI

       Saat melintasi depan toko CD di sebuah mal, tergelitik untuk masuk. Siapa tahu menemukan koleksi yang oke untuk ditebus. Setelah merunut rak demi rak, akhirnya pandangan tertuju ke sebuah CD. 

       Penyanyinya lawas, yang bernama mas Gombloh. Pria kurus berwajah tirus kurtal (kurus total), dan berkaca mata bingkai lebar... Rada nampak dekil, pula. Dia ngetren di era sebelum tahun 1990.. Idola. 
Dan, cihui, CD -nya sedang dibanderol harga obral, Rp 25.000 dapat dua keping.  Bungkus.

     Ada beberapa lagu yang sambalbawang masih hapal. Seperti Apel, Kugadaikan Cintaku, Setengah Gila, Karena Iseng, Kebyar-kebyar, dan Berita Cuaca.. Setahun lebih CD itu menghuni rak, nggak pernah bosan saya setel. 


     Habis lagunya asyik, ringan, dan liriknya membuat ketawa sembari kepala manthuk-manthuk. Merunut ke youtube untuk mencari klip lagu doi, beberapa ketemu. Jadul banget. Aku banget...


      Suka sama mas Gombloh yang teriak parau nan indaaah. Kok nggak muncul lagi penyanyi yang kayak doi.. Bukan plek 100 persen, tapi dari keasyikan lirik-liriknya. Lagu Gombloh mudah dicerna, easy listening.  


     Musik easy listening barangkali tidak terlalu keren. Selain Gombloh, yang easy listening itu banyak. Ada Farid Harja, Hetty Koes Endang, Koes Plus, sampai Pakde Iwan Fals. Musik mereka tidak se-wah musik jazz, tapi sambalbawang suka.

     Sambalbawang bisa duet sama mas Gombloh dan pakde Iwan Fals. Nyambung juga sama Farid Harja. Mbakyu Hetty Koes Endang pun kadang tidak kubiarkan menyanyi sendirian. Lirik lagu mereka terlalu...asyik..

      Pernah kenal lagunya berjudul "Karena Iseng"?  Ini termasuk lagu favorit sambalbawang sejak remaja. Aha, ketahuan selera musik diri ini.  


     Kira-kira begini sedikit liriknyaa:  "Heran, kok jadi begini, wajah mu tiba-tiba persis bidadari.  Aku..... jadi tak mengerti. Maunya main-main, kesandung batu.. Cinta tambah merapat, karena iseng. Ini semua akibaaaaat... karena iseng".
    
     Dengan lumayan lantang sambawang bakal menemani mas Gombloh bernyanyi. Bisa membuat sodara bojo jadi geleng-geleng seakan tidak percaya saya adalah suaminya. Hahaha...

BACA JUGA ARTIKEL LAIN :
"MAMA" by PAULINA, PROYEK LAGU PERTAMA
HANACARAKA AKSARA JAWA YANG INDAH   
SERUNYA GRUP WA TEMAN SEKELAS SD
BASA WALIKAN 
THE AQUARIAN ? 

Kamis, 22 Agustus 2013

SKILL MENYETIR YANG TOP ? TIDAK CUKUP

           Sebuah mobil yang terbilang masih gres, tiba-tiba nyelonong menyalip motor sambalbawang, beberapa waktu lalu. Habis menyalip dari kiri, mobilnya terus mendadak geser ke tengah, dan tiba-tiba belok putar arah. 
     Tuas rem terpaksa ditekan cepat, diiringi suara berdecit beberapa kendaraan lain di belakang yang juga ikut pontang-panting. Eh ajaibnya, meski dipelototin sekian pasang mata, si pengemudi mobil mahal itu, cuek. 
     Tak terhindarkan, mobil keluaran sekarang seakan mengajak agar pedal gas dipancal sehabisnya. Tak mikir dampak akibat aksi main gas tanpa norma. Mayoritas pengendara ingin jadi pebalap.
     Sebenarnya, apakah perlu sedemikian ngebut? Apakah selalu terburu waktu ketika melajukan kendaraan? Apakah mesti unjuk skill dengan ngepot zig-zag sampai bikin orang lain meradang?
     Salah kaprah telah terjadi. Skill menyetir mobil seperti diartikan mesti gape membalap, responsif menginjak pedal gas, hingga parkir mundur sekali jadi, kalau perlu, secepat kilat. Klakson ikut  jadi "senjata" yang menyalak.
      Itulah yang terjadi. Memprihatinkan. Jalanan semakin kekurangan pengendara santun yang mematuhi rambu lalu lintas. Etika berkendara semakin memudar. Area parkir adalah tempat kita bisa sedikit melihat kelakuan mereka.
      Beberapa kawan tertawa ketika kebetulan saya yang membawa kendaraan. Alasannya, saya tidak bisa ngebut. Tidak pula jago zig-zag, ataupun nyalip sana nyalip sini. Skill menyetir, sambalbawang akui, memang standar.
      Tetapi, setidaknya selama rentang waktu sambalbawang pertama memegang kemudi, tahun 2000 lalu, belum pernah mobil menyerempet. Walau ada catatan, yakni beberapa kali mobil saya pas kondisi diam, "disun" sedikit.
     Sementara beberapa kawan lain yang jauh lebih lihai nyetir mobil, "rekornya" malah beberapa kali mengalami insiden. Mulai dari nyenggol trotoar, kebablasan belok, menyerempet kendaraan sampai barang. 
     Sambalbawang beruntung bisa nyantai saat mengendarai gerobak roda empat. Saya beruntung punya bapak yang dulu selalu mewanti-wanti dengan kalimat, "Kalau jalannya tidak ngebut, antisipasi lebih baik,".
    Bapak saya malah lebih jago nyetir ketimbang sambalbawang. Mungkin juga mamah, orang yang paling sabar ngajarin nyetir. Sambalbawang menimba ilmu dari mereka. Ilmu untuk tidak tergoda ngebut di jalan. Laju kencang oke, tapi ngebut, tidak.
    Dari bapak, sambalbawang menyarikan ilmu yang sederhana. Skill, keterampilan menyetir itu tidak cukup. Faktor lain juga sama pentingnya. Misalnya kondisi kendaraan dan kondisi pengemudi.
     Bapak selalu berpesan,  mobil harus dilengkapi peralatan standar, seperti ban cadangan, dongkrak, kunci-kunci, kawat sling, busi cadangan, serbet, air dalam botol, payung, senter, hingga sekering cadangan.
     Kondisi kendaraan misalnya kondisi ban. "Sebelum ban gundul, harus cepat diganti. Kalau ban gembos, cepat diisi angin," kata bapak.
     Keharusan lainnya, menurut bapak adalah STNK, SIM, dan kotak P3K. Dalam hal ini, pajak dan SIM juga mesti hidup. Haram kalau tiarap. Jangan lupa mengenakan seat belt, dan saat berkendara tak usah ber-SMS.
     Tak terhitung berapa kali bapak mengingatkan untuk menyalakan lampu sein saat hendak berbelok. Lampu sein, lampu rem, hingga lampu depan, yang putus, wajib hukumnya segera diganti
     Hal penting lainnya, tidak perlu ikut emosi jika pengendara lain ingin menyalip atau memancing kericuhan di jalan. Lalu, kalau mengantuk, jangan memaksa diri untuk menyetir. Satu terakhir, jangan lupa berdoa.
     Sepertinya, sambalbawang menuju tipe driver seperti bapak. Nyetir adalah kegiatan yang serius, sangat serius malahan. Tapi tetap bisa dilakukan dengan santai, menyenangkan jika antisipasi dilakukan.
     Kalau harus ngebut bagaimana? Sambalbawang enggak bisa. Lagian, untuk apa, coba? Mau ngejar siapa? Lagipula, kalau memang ingin kendaraan agak lebih ngebut dikit, tinggal menyerahkan kemudi ke sodara bojo. Beres. Hehe.
          

Rabu, 21 Agustus 2013

TERINGAT SI BIRU

     Suatu waktu, dalam rentang waktu sekian tahun, "si biru" menjadi penghuni rumah. Bukan manusia, tetapi motor bebek berwarna biru, berkapasitas mesin hanya 75 cc, dan bermerek Yamaha. Sepuhnya setara Honda pitung, lah.. 



Nah, si biru ini lahir tahun 1976, dengan nama resmi seri "V75". Berstatus sebagai motor pinjaman dari budhe yang tinggal di Klaten, Jawa Tengah. Si Biru menemani sambalbawang sejak duduk di bangku SD sampai lulus kuliah. 

     Motor ini pertama kali sambalbawang bawa ke sekolah saat kelas 2 SMA. Pas di hari pertama pasca SIM C didapat. Tertib amat ya, bawa motor ke sekolah saja mesti wajib mengantongi SIM, ahaha. Masih terbayang waktu itu senangnya. Saat itu ibarat hari bersejarah, lah.

       Saat itu, si biru sebenarnya terbilang motor uzur. Bahkan, masih kalah jauh ngetopnya ketimbang si pitung motor Honda. Apalagi jika disandingkan Honda Astrea Star, atau Astrea Grand yang saat itu lagi ngetop, karena desainnya keren. 

      Sudah gitu,  mesin si biru yang dua tak jelas kalah pamor dibandingkan sesama bebek. Ribet karena selain menuang bensin, juga menyertakan oli samping. Intinya, Yamaha V75 ini enggak banget, deh.  Di parkiran motor sekolah, si Biru hanya kalah lawas oleh satu motor lainnya, Vespa. 

      Namun entah bagaimana, sambalbawang sama Si Biru semacam punya telepati. Doi cukup kooperatif. Juga enggak rewel ketika sambalbawang bikin eksperimen semacam bedah blok silinder. Maklum, seiring hasrat ingin jadi montir amatir, yang menggelora. Jauh dari bengkel, sih.


        Untuk urusan servis ringan, si Biru sering ditangani sendiri. Walau ya hanya sebatas bongkar karburator, dan membersihkan busi. Sesekali membersihkan jerohan dapur pacunya memakai amplas halus. Tak ketinggalan menyetel platina. Pokoknya, asal mesin bunyi, beres. Sebisanya, secepatnya.


     Syukurlah, bebek ini tidak protes ditangani oleh mekanik amatiran. Anteng-anteng aja diutak-atik. Si wek-wek juga cukup tangguh. Pabila 
kehujanan, sederas apapun, doi nggak pernah macet. Paling raungan mesinnya mbrebet-mbrebet dikit, karena masuk angin. 
       
       Seingat sambalbawang, Si Biru hanya dua kali bannya bocor di rentang waktu sambalbawang pelihara. Kagak bikin repot, lah. Saking jarangnya, sambalbawang pun masih inget menambalkannya di bengkel mana.

       Memang, tentu ada saat si biru "berulah", meski sampai sambalbawang lebih suka menyebutnya sebagai anugerah ketimbang musibah. Kejadiannya saat bergegas alias otw menuju lokasi ujian masuk sebuah perguruan tinggi negeri (UMPTN) di Jogja tahun 1997.

      Ceritanya begini. Tak ingin telat, maka pagi-pagi, sambalbawang sudah nyemplak Si Biru. Bergegas cabut menuju lokasi ujian. Tetapi.... badalah..., sesampainya di Jalan Godean, tarikan gas motuba (motor tuabangka) ini, enggak balik-balik. Blaik !!

Motor pun berlari kencang tanpa kontrol. 

       Pijakan rem--yang kurang pakem--tidak terlalu membantu. Barangkali ini dampak ban vulkanisiran, maklum enggak kuat beli ban baru. Pindah ke posisi gigi lebih rendah, blas tidak bisa. 

       Keringat mulai menetes. Jantung berdetak kencangGrip gas tetap tidak mau bergerak kala dipelintir ke bawah. Waduh, what can I do? Doa dan "mantra" juga sudah terapal tak henti.


       Untunglah kondisi lalu lintas masih cukup sepi. Sejauh satu km situasi horor mencekam jiwa. Syukurlah, raungan mesin mereda, dan entakan rem bisa melambatkan dan perlahan menghentikan laju roda. Kunci kontak langsung dicabut paksa meski kaki jadi terjengkang.


        Meninggalkan motor dan naik bis, atau memerbaiki? Beberapa menit sambawang gamang dengan dua opsi itu. Takut motor dicuri, menari-nari di kepala. Akhirnya diputuskan mencari apa akar masalahnya. 


        Biasanya, ada kendala dengan raungan mesin, berkaitan dengan karburator atau kawat kabel gas. Baiklah, bongkar. Tapi tidak ada sesuatu yang aneh. Tak terasa sudah 30-an menit sambalbawang berhenti.

       Bayangan batal mengikuti UMPTN karena tidak bisa ke lokasi ujian, langsung memenuhi benak. Untunglah, setelah karbu ditempelkan lagi ke leher blok mesin, dan tuas starter kaki dipancal, mesin menyala. 

        Leganya. Namun tak urung, waswas juga karena tangan telanjur belepotan hitam bekas oli-bensin. Mana enggak bawa tisu, hanya kain lap yang juga kotor. Toko-toko pun belum terlihat buka. 

       Tak mau mengambil resiko, sambalbawang langsung cabut menuju lokasi ujian.  Berharap menemukan sabun di toilet kampus. Beberapa toilet nihil sabun, tapi untunglah akhirnya menemukan.
      
      Namun karena tangan yang mungkin terlampau belepotan oli, sepertinya bekas "mbengkel" tidak kunjung hilang. Cuma, herannya, sambalbawang tidak merasa panik. Justru sebaliknya, malah mendadak pede.

       Sampai akhirnya, beberapa minggu kemudian, terpampang nama sambalbawang di koran. Pertanda lolos UMPTN. Cerita berlanjut sampai kuliah, karena masih ditemani si Biru.


      Hingga akhirnya setelah lulus, doi harus dipulangkan. Haduh sedihnya. Masih teringat ketika terakhir mengendarainya, keliling kompleks perumahan. Setelahnya, tidak pernah lagi melihat si Biru. 
       
       Sekarang Si Biru sudah digantikan motor bebek. Cukup tendang dikit kick starter-nya, mesin langsung menyala tanpa keberatan. Tinggal pelintir grip gas, si bebek modern sudah bisa lari terbirit-birit. 

      Era membongkar karburator, selesai. Era menggosok ujung busi menggunakan amplas, tamat. Era setel platina, usai. Tak pernah lagi mencopot knalpot, dan membersihkan dalemannya. 


       Tetapi, sungguh, t
ersimpan kerinduan akan segala keribetan mengurusi si Biru. Sesekali masih ingin menghabiskan waktu beberapa jam untuk ndeprok . Membersihkan dapur pacu, menuang air aki, oli samping, "membedah" knalpot, dan membongkar batok lampunya yang bulat.

     Tetep ingin mengobati rasa rindu dengan kembali menghadirkan Si Biru ke rumah.  Walau bukan Si Biru yang dulu.... Kapan, ya..  


Ini dia si-biru itu.... ini foto tahun 2000... sambalbawang masih kuyus.. ehehe




BACA JUGA ARTIKEL LAINNYA :
CHINMI JAGOAN KUNGFU DARI KUIL DAIRIN 
"MAMA" by PAULINA, PROYEK LAGU PERTAMA
BASA WALIKAN
MAMMA MIA ! HERE WE GO AGAIN, ABBA AGAIN
LILAC, SEPENGGAL CERITA TENTANG PASSION BERMUSIK
THE AQUARIAN ?

AKHIRNYA NGE-BLOG

           Saya akhirnya mencoba untuk nulas-nulis di blog alias ngeblog untuk menuangkan isi kepala daripada lupa. Setelah sekian waktu hanya ngeliatin sodara bojo alias istri yang asyik ketak-ketik di keyboard laptop. Sepertinya aktivitas itu menarik dan menantang.  


         Oke, lah. Mari ngeblog. Urusan mengetik, atau menulis, sebenarnya bukan aktivitas baru bagi saya. Penyebabnya ya tentu saja karena urusan pekerjaan, yang menjadikan saya lebih duluan akrab dengan aktivitas mengetik (menulis) ketimbang istri.

          Namun menulis berita dan menulis di blog, rada berbeda gaya. Cukup jauh, malah, perbedaannya. Kalau terkait dengan kerjaan, yakni nulis berita, saya menulis yang "serius total". Tapi kala menulis di blog, bisa rada santai dan tidak dikejar waktu. Tetapi yang pasti, keiginan menulis di blog, adalah angan-angan sejak lama. 

       Jadi, untunglah, akhirnya, herannya, dan asyiknya, saya ketularan istri, untuk meramaikan jagat maya dengan tulisan. Dan ....jadilah blog ini... Eng ing eng.. Pokoknya blog ini hanya untuk nulis yang santai-santai saja, atau apa aja yang bikin penasaran. 

         Menyoal nama blog "sambal bawang kang adi", ini sih simpel saja penjelasannya. Saya suka sambal yang jenis sambal bawang. Cabai rawit mentah segar yang diuleg dengan bawang putih, dicampur garam, sejumput gula pasir, dan sedikit minyak goreng. 
    
      Nama blog hanya sekadar berpendapat bahwa sambal adalah komponen yang tidak terpisahkan dari menu makan orang Indonesia. Semua menu. Apapun lauknya, wajib ada sambal, bukan? 

      Enggak bisa dibayangkan hidup tanpa mengenal dan merasakan pedasnya cabai rawit yang tanpa ampun itu.. Sudah banyak orang "tersungkur" karena sambal, tetapi, siapa bisa menolak sambal? Apalagi sambal bawang? 

     Begitulah.. Jadi saya akan sering pakai nama "sambalbawang" dalam tulisan-tulisan (artikel) di blog. Namanya juga sambalbawang, kan..  Jadi, mari kita buka satu demi satu artikel blog ini.

---- Sambalbawang 2013
Saya menulis maka saya ada.