Minggu, 19 April 2015

(NYARIS) SEMUANYA MENUNDUK

        Pemandangannya nyaris sama, di hampir setiap tempat, waktu, dan kondisi. Menjadi terasing ketika sesungguhnya ada manusia di sekitar. Jiwa dikuasai benda segenggam yang menyampaikan kehebatan digital terkini. Merebut ruang-ruang pribadi.
        Tertawa kini tak lagi menjadi menu harian yang bisa mudah digapai bersama. Bahkan hanya sejengkal berlarian, barangkali tak lagi menarik. Teralihkan oleh layar sekian inchi yang mendorong kita agar (terus) dianggap melek teknologi.
       Aku merindukan anak-anak bercelana pendek warna merah dan berkemeja putih, berlarian di halaman sekolah. Merindukan mereka bergerombol muncul dari sebuah gang, pada sebuah sore, dengan bola sepak yang mereka tendang-tendang.
       Aku merindukan mereka yang menggenggam kelereng dan sepotong kreweng yang ditaruh di kantong celana. Merindukan mereka yang bersemangat menggaris tanah dan berteriak bahwa pertandingan dimulai.
      Aku merindukan mereka meronce karet gelang dan saling berdiskusi untuk memilih karet gelang terbaik untuk dirakit menjadi tali. Aku merindukan kibaran rambut anak-anak yang meloncat-loncat tanpa henti sembari tertawa.
     Aku merindukan melihat sesosok pria kecil yang pulang ke rumah dalam kondisi dekil namun tertawa girang. Dan orang tua mereka yang menyambut dengan sedikit marah, namun segera memupusya dengan segelas teh hangat.
     Aku merindukan mereka, yang menemani sang ibu berbelanja ke pasar dan membantu memasak meski hanya mencucikan sayuran dan mengupas bawang, Aku merindukan mereka yang menyapa sang ayah di kala sore, dan bercengkrama bersama.
     Benda ini semakin membuatku marah... Marah pada diri sendiri dan keadaan, tanpa tahu harus berbuat apa. Hanya bisa menghela napas panjang ketika melihat mereka, yang seharusnya berlarian, hanya terpekur di depan layar itu.
    Menunduk. Nyaris, nyaris semua anak-anak kini "takluk" pada benda itu.  Siapa yang jago main kelereng dan lompat tali, sekarang? Siapa yang masih mau menjamah dapur, untuk memasak menu untuk ayah bundanya?
     Keluh...

BACA JUGA
PETE YANG MENGHARUKAN
MAMMA MIA HERE WE GO AGAIN, ABBA AGAIN
BLOGER BALIKPAPAN RAYAKAN HARI BLOGER NASIONAL 2019









Kamis, 16 April 2015

TENTANG HONDA (2) DARI ASTREA 700 SAMPAI ASTREA 800

Bebek-bebek Honda pada angkatan keluarga besar C50 dan C70 memang menawan. Lelukan serba bundar, material dominan logam, dan mesinnya yang mungil dan membulat-sangat stylish. Tapi, setelah 20-an tahun “membundar” ria, Honda coba “mengotak”. Varian Asrea 700 adalah buktinya.

Dari sekian varian bebek Honda, sambalbawang cukup yakin Astrea 700 yang paling tidak ngetren. Apa mau dikata, doi memang seperti dikutuk untuk tidak termasuk motor klangenan. Alhasil, nampaknya memang tidak ada klub pecinta Honda khusus Astrera 700-motor yang sering juga disebut Super Cub ini. Iya kan? 

By the way, gimana sih wujud Astrea 700 yang menyambung era Pitung ini? Namanya aja seri awal, Astrea perdana ini jelas terlihat unsur coba-cobanya. Desain berubah banyak dari pendahulunya. Doi tampil kotak, dari batok lampu, spion, tebeng, lampu sein, sampai lampu belakang. Kecuali blok mesin yang masih menganut gaya C70, berikut pengapiannya masih memasang platina.

Penasaran lihat tampang Astrea? Ini nih fotonya, Ndoro. Sambalbawang comot dari internet. Makasih banget untuk yang sudah memajang foto ini. 


Barangkali, inilah bebek Honda pertama kali yang bodinya disapu cat warna hitam dan putih, menenami warna klasik sebelumnya: merah dan hijau. Elemen karet mulai banyak disematkan di sini, seperti pembungkus batang spion.

Dan, ini pertama kalinya, ada lampu sein tambahan di kanan-kiri tebeng depan. Dengan mesin yang kapasitasnya naik 10 CC dari para bebek C70-C80, mudah terbaca Astrea ini memang lebih powerful. Asyiknya pula, mesin cukup halus suaranya.

Sayang, kemunculan si benih Astrea di tahun 1981-1983 tidak mampu segemilang era C50, C70, bahkan C80. Jika ditarik ke kanan-kiri, saya rasa, itu tak lepas dari para kompetitor. Yamaha, dengan deretan bebek dua tak-nya, juga mulai mendongkrak dapur pacu. Bebek Kawasaki dua tak, juga ikut berebut kue, meski tidak bisa dibilang sukses.

Era Astrea 700 berbarengan dengan masa jaya motor cowok Honda yang kita kenal sebagai generasi CB. Saat itu pula, Vespa meliirik pasar dan meninggalkan varian Sprint-nya yang bertahan sangat lama (1968-1979). Vespa mengeluarkan varian Exclusive. berbekal mesin 150 CC, yang langsung laris manis.

Karena itulah, barangkali, Honda hanya mengedarkan Astrea 700 selama tiga tahun. Melihat jumlah populasi di jalanan pun, kita cukup paham jika varian Honda yang satu ini tidak terlalu sukses, walau juga tak bisa dicap gagal total. Secara fenomena, kemunculan perdananya memang menggemparkan. Maklum varian pitung kan kelamaan beredar. Khalayak ramai butuh model bebek anyar yang fresh.

Keluarlah si Astrea 700 ini, yang jenis pertamanya berkelir hitam dan merah. Dulu, saya yakin, doi sempat ngetop, tapi era tahun 2000-an, makluk ini sudah mulai langka terlihat di jalanan. Seorang kawan bahkan menggeletakkan begitu saja SuperCub-nya di garasi rumah. 

Pernah hadir SuperCub Astrea 700 ini di keluarga saya. Tapi, ya tidak terlalu terkesan meski jelas terbukti doi motor harian yang cukup mumpuni dan irit bensin. Desain lampu, sein, lampu belakang, semuanya kaku. Semakin kurang serasi dengan desain knalpot yang canggung antara mempertahankan model cerutu atau mulai membazoka. 

Tapi, secara mesin, Astrea 700 termasuk kategori lumayan. Mesinnya terkenal bandel, tahan banting. Meski demikian, motor ini tidak istimewa. Meski, perlu juga dicermati bahwa motor ini termasuk varian bebek Honda pertama yang mulai digandrungi remaja untuk di...permak, dimodifikasi.

Kalau tidak percaya, bisa dicermati film-film di era 80-an yang berlatar belakang anak-anak SMA. Jika ada adegan menampilkan suasana parkiran motor, atau kendaraan, agaknya Astrea 700 kemungkinan besar terlihat walau sekelebat. Contohnya film ACI, Aku Cinta Indonesia. Ada bu guru yang makai motor itu lho. Hahaha.

Wokeh. Lanjut cerita. Era 700 ini langsung disegel habis Honda dan diganti model baru yang kita kenal sebagai Astrea 800, pada tahun 1983/1984. Inilah pertama kali Astrea dikenalkan dan terbukti langgeng sampai varian Astrea terakhir pada tahun 1999. Ada apa dengan Astrea 800 yang mengusung mesin 86 cc ini, kok begitu terkenal.


Saya mencoba menganalisis sendiri, ah.  Jadi, Astrea 800 pada waktu itu, adalah desain tercantik dari para bebek yang ada. Pengapian sudah menganut CDI, bentuk mengotak tapi tidak sekaku kakaknya. Satu lagi, mesin 86 CC si Astrea ini, bener-bener bandel, dan haluuus. Boleh saya bertaruh, inilah varian Honda yang paling halus suara mesinnya (jika motor dalam kondisi terawat).

Pada Astrea 800 inilah, posisi kunci starter pertama kalinya disematkan di posisi patennya yang bertahan hingga kini. Yup di sisi kanan, bawah setang kanan. Perlu dicatat pula, inilah motor Honda pertama yang lampu belakangnya mengotak tiga sudut. Juga, dilindungi dengan “teralis”, meskipun nampak agak wagu.

Astrea 800 inilah generasi bebek Honda pertama yang wajah setangnya berukuran lebar. Agak syok juga sih mengingat bebek sebelumnya pada mungil. Tapi karena ukuran wajah setang yang lebar itulah, melihat panel instrumennya pun jadi lega. Kalau tidak salah, ada panel penunjuk kondisi oli mesinnya. Cukup hore pada zaman itu.

Kelemahan atau kekurangan Astrea 800, barangkali pada desain kepala yang kegedean. Rada kontras dengan bodi yang masih tergolong mungil dan ban depan belakang yang masih mengadopsi ukuran 2.25 dan 2.50. Haha. Satu lagi kejanggalan, tiang spionnya nggak modis, kepanjangan.

Tapi eniwei, inilah cikal bakal keluarga besar Astrea yang akan merajai aspal jalanan hingga tahun 2000. Astrea 800 jadi embrio desain keluarga besar Astrea yang nantinya menuai sukses. Gempuran Suzuki yang membawa armada RC-nya, disusul Yamaha yang mulai ancang-ancang mengeluarkan varian perdana Alfa, membuat Honda memang harus merevisi tampilan dan performa Astrea 800. 

Astrea 800 yang dibikin terakhir tahun 1986, menandai era terakhir Honda memasang konsep tiga percepatan pada bebek-bebeknya. Inilah menariknya. Jujur saja, Astrea yang ini termasuk varian bebek Honda idaman. Suatu saat ingin sambalbawang miliki, dan kendarai naik-turun bukit di Kota Balikpapan.

Tidak untuk menjadikannya motor harian. Hanya, sekadar pengingat dan menuntaskan rasa penasaran pada keunikannya. Karena, saya yakin, pada Astrea 800 inilah, Honda dikenal pertama kalinya sebagai pabrikan yang jago menghasilkan bebek-bebek raja tanjakan.

Salam wek-wek..


BACA JUGA  :  TENTANG HONDA (3) INILAH STAR'S FAMILY (ASTREA STAR)
BACA JUGA  :  TENTANG HONDA (1) DARI HONDA PISPOT SAMPAI UNYIL
BACA JUGA  :  SUPRA GTR 150 SI BEBEK (RASA) SPORT
BACA JUGA  :  BANYAK MOTOR SEDIKIT MEREK, SEDIKIT MOBIL BANYAK MEREK
BACA JUGA :   NASIBMU SUZUKI
BACA JUGA  :  SUZUKI NEX LINCAH IRIT KALEM
BACA JUGA  :  MOTOR-MOTOR OKE YANG JEBLOK DI PASARAN
BACA JUGA  :  7 MOTOR BEBEK TERBAIK SEPANJANG MASA
BACA JUGA  : LILAC, SEPENGGAL CERITA TENTANG PASSION BERMUSIK
BACA JUGA  :  avanza vs wuling vs xpander
BACA JUGA  :  LEBIH BAIK NAIK VESPA
BACA JUGA  :  24 FINALIS DUTA WISATA BALIKPAPAN 2017 PAKAI BAJU SAMANTHA
BACA JUGA  :  TENTANG HONDA TIGER
BACA JUGA  :  FORD LASER SONIC - BALADA FORDI (2)
BACA JUGA  :  TENTANG HONDA TIGER
BACA JUGA  :  AKU DI BELAKANGMU, TIGER WONG
BACA JUGA  :  THE SAMANTHA
BACA JUGA  :  HORE IKUT LELANG HAPE JADUL
BACA JUGA  :  MUSIK ZAMAN DAHULU VS ZAMAN NOW, MANA YANG BERKUALITAS?
BACA JUGA  :  "MAMA" by PAULINA, PROYEK LAGU PERTAMA

*semua foto diambil dari internet

Rabu, 15 April 2015

AKU, SIANG, DAN MALAM

 

Aku masih muda, marah, terluka

Selalu terlupa di keramaian kota

Aku ingin menumpahkan murka pada siang

Karena datang terlalu cepat dan pulang terlalu lambat


Aku masih muda, marah, terluka

Sedikit terlupa di pinggiran kota

Aku ingin malam lebih panjang

Resahku ingin bercerita lebih lama

 

Malam dan siang memang berkawan

Membagi waktu dengan ceria

Malam senang mendekap mesra

Siang senang merangkul seharian

 

 

Tapi siang pun sering memarahiku

Dan malam tak mau menimbun perasaan

Mereka enggan membohongi egonya

Memilih untuk mengguncangku

 

Siang dan malam..

Menidurkan sekaligus membangunkan

Memelukku, memakiku

Tertawa terbahak sambil menunjukku

 

Malam menyuruhku bermimpi

Siang memaksaku berlari

Mereka hampir berhasil kini

Selangkah lagi, jiwa terkunci

 

Namun mataku terlalu lelah untuk terlelap

Raga tak cukup kuat untuk terjaga

Aku hanya bisa membiarkan

Siang dan malam bersama-sama.. memelukku

 

 


BACA JUGA ARTIKEL LAIN:

"MAMA" by PAULINA, PROYEK LAGU PERTAMA
HANACARAKA AKSARA JAWA YANG INDAH
BASA WALIKAN
NGGUDEG DULU
THE AQUARIAN ? 
MAMMAIA HERE WE GO AGAIN, ABBA AGAIN

Rabu, 01 April 2015

TENTANG HONDA (1) DARI PISPOT SAMPAI PITUNG

Ngobrolin motor bebek, tak bisa lepas dari kiprah Honda. Pabrikan berlogo sayap mengepak, memang paling sip mengeluarkan deretan bebek-bebek legendarisnya dan merajai jalanan Tanah Air dalam kurun waktu hampir setengah abad. Apa ya varian bebek pertama Honda itu? Sambalbawang penasaran.

Ternyata Honda Passport, alias Honda Pispot, yang tayang perdana di penghujung tahun 50-an lalu. Tepatnya tahun 1958. Sang Pispot ini, entah mengapa, kerap dipanggil Honda "Unyil". Pispot berbadan mungil, ramping, dan secara kapasitas mesin, doi dikategorikan keluarga besar Honda C50.  

Setelah meluncur kesana-kemari, akhirnya nemu juga penampakan si Unyil. Makasih banget sama yang mempostingnya di internet. Begini nih, tampang Unyil.



Pispot bukan termasuk keluarga pitung alias C70--varian paling legendaris dari jajaran bebek lawasan Honda. Ukuran tubuh, selisih dikit. C70 tidak seperti para "adiknya", alias Si Pitung itu, yang diproduksi lebih massal.

Cerita kita diawali dari Pispot. Varian ini akhirnya disapa "Pispot" agar.... memundahkan pelafalan Passport. Ah, sesimpel itu ternyata. Tapi boleh juga, sah-sah saja julukan yang disematkan para bikers era itu. Tapi, tunggu dulu. Kalau nama “Unyil”, latar belakangnya apa? Sambalbawang belum mendapat jawabannya, nih.

Tapi barangkali karena tampilannya yang mungil, mirip Unyil, tokoh utama di serial anak-anak Si Unyil, yang merajai TVRI di era 70-an. Sebutan Unyil muncul belakangan, karena orang lebih dulu menyebut C50 sebagai Pispot. 

Unyil a.k.a Pispot dibikin pertama kali tahun 1958. Bodi dan mesinnya diracik di negeri pembuatnya. Merentang ke belakang, tahun 1958 adalah 13 tahun setelah Kota Hiroshima dan Nagasaki di bom atom oleh Amrik. Peristiwa itu menyegel akhir Perang Dunia II, dan membuat nyaris semua industri di Jepang, rontok. 

Namun Jepang cepat bangun dan menyadari bahwa industri otomotifnya--selain elektronik--harus mengejar pertumbuhan ekonomi di barisan depan. Harus ekspansi ke mana-mana. Pengalaman menjajah, ahahaha, nampaknya memberi gambaran bagi para insinyur Jepang bahwa berjualan motor adalah yang paling menguntungkan.  Dan, cepat. Apalagi, Jepang sudah berpengalaman soal permesinan. 

Ingat pesawat Mitshubishi Zero, yang performanya sempat bikin Amrik ketar-ketir di awal Perang Dunia II? Kawasaki sudah duluan ngetop sebagai pembuat mesin kapal, jauh sebelum perang dimulai. Artinya, kalau membikin motor, akan lebih mudah, berbiaya jauh lebih murah, dan tinggi peluang pemasarannya. 

Hm... tapi mari sejenak kita lihat “peta” otomotif dan sejumput suasana di era akhir 1950 itu. Kebutuhan penduduk bumi akan transportasi, telah terbaca, dan semakin kencang. Di sisi lain, sepeda--yang sampai tahun 1950 jadi favorit--mulai dianggap kurang cepat. Ketika jalanan mulai banyak diperhalus (diaspal), kebutuhan akan sepeda motor, mulai menyusul kebutuhan akan mobil.

Sebelum tahun 1960-an adalah era motor gede--meskipun ada juga yang bukan moge lantaran bermesin 125 CC. Namun saat itu, sepertinya, belum muncul motor wek-wek berkubikasi di bawah 100 CC. Belum dianggap perlu, barangkali. Motor-motor yang oke saat itu, menurut ayahanda sambalbawang, masih diasumsikan motor yang gede karena lebih stabil dan mantap melahap jalanan. 

Karena itu pula, Honda, menurut sambalbawang, melakuan riset panjang dan hati-hati kala mengeluarkan si Pispot dari kurungan, eh, pabrik, tahun 1958 silam. Produksi Pispot jelas dibikin minim. Honda tahu, “pertempuran pertama” di ranah "perbebekan motor" boleh jadi penentu “hasil akhir” kemudian hari.

Sebelum Pispot nongol, orang Indonesia sudah mengenal motor kecil. Istilahnya moped, motor ber-CC kecil (kalau tidak salah sekitar 50 CC). Dua moped yang kesohor waktu itu adalah DKW Hummel dan Zundapp. Keduanya keluaran Eropa. Kecil bodinya, irit bahan bakar, ada lampunya, dan bisa boncengan. Kalau hendak distarter, tinggal pancal pedal. Kalau bensinnya habis, pedalnya tinggal dikayuh.

Moped-moped sempat ngetren. Namun, lama-lama dianggap tidak nyaman. Menurut cerita ayahanda sambalbawang, suku cadang moped juga terbilang mahal. Jauh lebih mahal ketimbang sparepart Vespa yang juga keluaran Eropa. Dan, dari sinilah Honda nampaknya mengambil manfaat berdasarkan pengalaman dan kekurangan moped. Satu kesimpulannya: motor idaman orang Indonesia hingga di era 1960 adalah motor yang irit bensin, bodi tak terlalu gambot, muat dua orang, cukup kuat di tanjakan, mesinnya tidak suka rewel, dan enak dikendarai.

Honda juga tahu, mereka bisa meraih perhatian dengan menyelaraskan pengalaman, ilmu, teknologi, strategi, dan instuisi. Maka jadilah si Pispot tadi. Mesinnya dibikin juga berkubikasi 50 CC, yang pastinya membuat bimbang para penggemar moped. Ditambah lagi, tampilan Pispot dibikin rada mirip moped. Belum lagi harga. Ayahanda bilang harga moped jauh lebih mahal ketimbang Pispot.

Coba sejenak melihat si Unyil periode awal yang lampu depannya nampak “melorot”, tampilannya kan seperti moped. Tapi, perbedaan Pispot dan moped, tentu saja ada dan banyak. Pispot ogah mewarisi “pedal sepeda” ala moped sebagai pengungkit start. Pispot sudah dilengkapi lampu sein, yang itu belum dipunyai personel keluarga moped. 

Tentang lampu sein tersebut, boleh jadi merupakan satu kisah unik. Inilah salah satu gebrakan Honda yang "mengguncang". Lha wong Vespa--yang mulai laris di pertengahan tahun 1960--baru menyadari perlunya pakai lampu sein (juga spion) di era 80-an ketika memunculkan varian Exclusive. Berarti Honda selangkah di depan dong? Akur? 

Karena dulu belum ada diler Honda di Tanah Air, konon, Unyil dibawa oleh mereka yang pernah ke Jepang. Mungkin oleh pedagang yang visioner, hehe. Ada pula yang menyebut, para pelaut-lah yang memboyong. Namun entah, jua, siapa yang bener. Yang jelas, Unyil sukses besar. Jepang mulai serius menggarap pasar Indonesia. Di era itu, infrastruktur jalan mulai diperhatikan. Jepang pasti dalam keyakinan tinggi, karena sebelumnya pasar cukup merespons sepeda-sepeda bikinannya.

Begitu muncul, Pispot segera jadi fenomena baru di belantikan permotoran. Tapi, usut punya usut, ternyata di era ini, sepeda motor tidak (atau belum) mengenal nomer rangka. Waduh, ngeri-ngeri sedap juga ya, karena motor rentan “dipinjem” maling walaupun dulu belum zaman begal motor.

Menyoal tampang Pispot alias Unyil, meski jadul, sebetulnya cukup oke. Lampu nggantung seakan melorot di bawah setang, menyematkan kesan modern saat itu. Tapi yang bikin sambalbawang terkekeh adalah letak rumah kunci starter (kontak) yang nempel di samping (bawah) jok. Tidak habis mikir mengapa si desainer meletakkannya di sana. Hahaha.

Si Unyil-Pispot, joknya terpisah, depan dan belakang. Enggak tahu juga kenapa, tapi sambalbawang cukup yakin itu juga sedikit banyak sebagai imbas para kompetitor, entah Vespa maupun motor-motor lain. Oya, si Pispot ini, belum mengadopsi starter electric alias masih berkonsep engkol by kaki.

Usai Pispot diluncurkan, Honda tak berpuas diri. Honda lalu mengeluarkan C70 yang belakangan akrab dipanggil Pitung, kalau tidak salah tahun 1972-1973. Mudah ditebak, Pitung adalah penyempurnaan yang sempurna dari varian Unyil (Pispot). Secara tampang, fitur, dan lain-lain, Pitung sudah cukup komplet.


Keseriusan negeri sakura dan respon publik berujung pada berdirinya PT Federal Motor tahun 1971, sekaligus menandai era perakitan motor-motor Honda di Indonesia. Bahan-bahan materialnya memang masih diimpor. Saat itu pasti harganya muaahal sekaleee, dan hanya orang (cukup) kaya yang sanggup menebus dan “memelihara” Pispot.


Menyoal nama, Pitung mengacu pada era tahun keluarnya varian itu: pitungpuluh. Ini seturut pula kapasitas dapur pacunya, yang dipatok pada 72 CC. Motor ini "meledak" di pasaran. Honda Pitung yang laris manis ini punya julukan lain, lho, yakni “Astuti”. Embuh gimana jalan ceritanya kok bisa demikian, tapi kita amini saja.

Pitung mengawali keran masuknya pitung-pitung berikutnya dan sepertinya menjadi tonggak meloncatnya desain-desain motor yang semakin memungil. Imbas lain, sang kompetitor, terbangun. Yamaha, misalnya, segera melansir dan mengekspor Yamaha 2 tak generasi awal (V75)--yang akrab disapa sebagai Yamaha Robot. Suzuki juga demikian, langsung ikut berjibaku menghunus "katana” dengan varian andalannya FR78.  

Suzuki dan Yamaha memilih segmen mesin dua tak. Alhasil, hanya Honda yang sendirian menggarap mesin empat tak (langkah). Honda bisa dibilang tidak mendapat tantangan berarti di ranah yang sama. Kompetitor lain, Vespa, juga terus bermain di ranah dua tak, seturut DNA-nya.

Saat itu, motor mesin dua tak lebih dianggap bertenaga, kuat di tanjakan, dan simpel ketimbang empat tak.  Namun sebelum pabrikan lain mengambil alih posisi, Honda dengan cerdik meluncurkan varian C70 a.k.a Pitung tersebut. Tonggak kedigdayaan Honda pun, dimulai. Kelak, Kawasaki yang paling duluan mengejar Honda untuk membuat bebek empat tak pertamanya--dengan varian Binter Joy.

Oke, kembali ke Pitung. Tampilannya memang keren bin cakep. Stang lengan kecil tetap dipertahankan. Posisi lampu depan dinaikkan, jadi seakan bertetangga kanan-kiri sama lampu sein yang nonjol keluar dari tangan setang. Dua fairing menjadi sayapnya.

Dari sisi tampang keseluruhan, Pitung masih rada mirip Unyil kecuali beberapa bagian, seperti di lampu depan. Knalpot, suspensi, model rangka, lengkungan, sapit urang, hingga lengan ayun si Pitung, masih Unyil banget. Bodi Pitung hanya mengenal dua warna nampaknya, yakni merah sama hijau. 

Beberapa menit berselancar di dunia mbah Google, akhirnya nemu bentuk C70 yang bikin pecinta motor klasik bakal gelisah ingin memiliknya. Gini nih, C70 yang kesohor :


Era pitung sepertinya langsung menyetop era motor gede (moge). Moge dianggap sebagai motor yang kurang praktis dari segi apapun. Hehe, ya iya, lah. Lalu, dari hasil tanya sana-tanya sini, sambalbawang mendapat kesimpulan: Pitung terbayak adalah produksi tahun 1973-1979. Menariknya lagi, efek Honda bebek awal ini bikin Vespa ikut tancap gas.

Coba sejenak kita balik ke Pispot. Motor ini muncul tahun 1958, saat Vespa masih adem-ayem dengan variannya yang lahir di era tahun 1953-1957 dengan ciri khas lampu nangkring di spakbor depan, dan mengusung mesin berkubikasi 150 CC. Vespa pun masih anteng di awal kemunculan Pispot. 

Tetapi, pabrikan Italia itu menyadari masifnya Honda. Vespa tersentak, dan segera mencetak skuter bermesin kecil. Lahirlah skuter yang bermesin 90 CC di tahun 1970-1971. Cukup mengejutkan bagi para skuteris saat itu, lantaran varian sebelumnya bermesin gambot 150 CC. 

Namun kemunculan Vespa yang bodinya pun mungil ini cukup sukes menjaga keloyalan penggemar Vespa untuk tidak berpindah ke lain hati. Mencomot cerita ayahanda, skuter kecil ini banyak dipakai remaja cewek saat itu. Namun skuter kecil ini memang bukan untuk menghadang Pitung, karena berbeda "genre".

Meski demikian, Vespa terus menggelontorkan deretan variannya seperti Super dan Sprint, direntang kelahiran Pitung. Semakin mulai membaca peluang pasar, Honda pun membikin Pitung secara massal. Sama-sama massal karena Vespa Super dan Sprint juga dibikin secara massal.

Vespa dan Honda sama-sama berjaya di era itu. Namun melihat perbedaan tipikal mesin, persebaran dua motor ini awalnya tersegmentasi. Sambalbawang amati, Vespa yang bermesin 2 tak, menawarkan torsi tenaga melimpah, sehingga "merajai" perbukitan dan pegunungan. Sedangkan Pispot hingga Pitung yang menggembol mesin 4 tak, banyak "dipelihara" di perkotaan dan pedesaan yang topografinya relatif enggak berbukit.

Beruntung dan jelinya Honda, Pitung memang penyempurnaan Unyil. Performa dan wajah Pitung secara sepintas pun, lebih asyik ketimbang pendahulunya. Lebih good looking--lah. Di Pitung, posisi lampu dinaikkan, sehingga lampunya seperti "bertetangga" kanan-kiri sama lampu sein yang nonjol keluar dari tangan setang.

Sedangkan secara wujud, Pitung masih rada mirip sama Unyil. Dari bodi sampai bentuk knalpot, dan suspensi yang masih mengusung tipe lengan ayun. Tebeng plastik kanan-kiri, dan bagian tengah masih menyatu. Tuas chooke menempel di kepala setang, persis di depan mata pengendara. Unyu..dah..

Beranjak ke bagian panel indikator, petunjuk posisi gigi percepatan hanya ada satu lampu, yakni netral. Lampunya berwarna hijau. Hahaha. Rentang kecepatan juga berhenti di angka 100. Oya ada juga panel odometer. Konon kecepataan maksimal Pitung hanya sampai 80 km per jam. Tapi untuk ukuran dulu, sudah lumayan banget. Satu lagi yang menarik, ruang untuk saringan karburator di Pitung, berbentuk mirip lambung manusia.

Di era akhir Pitung, kalau tidak salah tahun 1977, mulai dikenalkan varian yang telah membawa piranti stater elektrik. Ini (kalau tidak salah) era pertama motor bebek yang memakai starter elektrik. Catet, 'Ndan. Jadi penasaran lihat gimana wujud aki (accu), yang ternyata hanya terdiri atas tiga bilik sel ini. Mungilnyaaaaa.

Pitung diproduksi cukup lama, sekitar 13-14 tahun. Beberapa penyegaran, pun, juga dilakukan. Sebagai catatan lagi, selama periode Unyil-Pitung itu, varian Honda juga dikenal sebagai varian "Super Cub", yang secara garis besar, terbagi atas tiga generasi. Generasi pertama, kedua, dan ketiga.

Untuk memberi tempat bagi varian-varian lain, Honda akhirnya menghentikan edisi terakhir Pitung pada tahun 1981, dan meluncurkan Astrea 700. Seperti apa sih fenomena dan wujud Astrea 700? Sabar ya, tunggu tulisan sambalbawang selanjutnya. Ada kok di blog ini. Salam hore.



SUPRA GTR 150 SI BEBEK (RASA) SPORT
Lebih Baik Naik Vespa
NASIBMU SUZUKI
SUZUKI NEX LINCAH IRIT KALEM
MOTOR-MOTOR OKE YANG JEBLOK DI PASARAN
FORD LASER SONIC - BALADA FORDI (2)
7 MOTOR BEBEK TERBAIK SEPANJANG MASA


*semua foto diambil dari sumber internet