Rabu, 29 Mei 2019

MAMMA MIA ! HERE WE GO AGAIN, ABBA AGAIN

Sebagai fans berat super grup asal Swedia, ABBA, belum komplet jika belum me-review film musikal “Mamma Mia ! Here We Go Again”. Ini film yang menghibur, namun masih terbilang datar untuk urusan jalan cerita. Sisi bagusnya adalah, film itu, syukurlah, lebih menarik ketimbang film perdana pendahulunya, Mamma Mia !  

Mudah ditebak jalan cerita Mamma Mia kedua ini, karena nyaris tidak ada kejutan. Tokoh-tokoh pemerannya pun, mayoritas pemain lama yang membintangi sekuel perdana. Bisa jadi, Mamma Mia edisi kedua ini tak terlalu memberi warna dan something new jika kita datang menonton dengan harapan besar. Lebih terasa datar lagi jika kita adalah fans berat ABBA, seperti sambalbawang yang sudah mengenal ABBA sejak SMP.

Agak telat me-review Mamma Mia ! Here We Go Again sekarang karena filmnya sudah nongol setahun lalu. Namun karena baru sempat sekarang, ya langsung dituang saja dalam tulisan, ketimbang lantas menguap, hehe. Apalagi, sambalbawang sudah bikin review Mamma Mia ! Bisa ditengok di sini.

Tapi tentu, itu review dari sudut pandang pecinta musik ABBA yang bukan kritikus film sejati. Sambalbawang sudah dua kali menonton Mamma Mia ! Here We Go Again. Sepertinya cukup. Tetapi kalau mendengarkan lagu-lagu ABBA, sih, hampir tiap hari. 

Film kedua Mamma Mia ini biasa saja. Segera terbaca jika film memang semata untuk menghibur dengan menggelindingkan banyak lagu ABBA. Mata akan dimanja pemandangan alam, dan tentu saja, wajah "bening" para pemerannya. 

Sedikit saran, sebaiknya kita menonton film pertama “Mamma Mia !”dahulu  agar segera menangkap jalinan cerita “Mamma Mia ! Here We Go Again”. Atau, bisa memutar dulu lagu-lagu ABBA sesuai playlist lagu ABBA yang diboyong ke film tersebut. Keriangan lagu-lagu dan indahnya lirik lagu grup musik yang beken di rentang tahun 1974-1982 ini, bisa membantu menggambarkan bagaimana karakter ABBA, dan bagaimana film bercerita.

Mamma Mia ! Here We Go Again menyajikan kilas balik (flash back) Donna dan Sophie, pasangan ibu-anak. Bedanya, kali ini Donna yang mendapat banyak durasi tampil, karena ibunya dikisahkan sudah meninggal. Ini sebetulnya lumayan mengejukan. Masa Donna tega "dimatikan"? Can't belive that !

Sambalbawang tidak mengira film bakal memaparkan kematian Donna. Karakter yang diperankan artis kawakan Meryl Streep ini yang paling “menyelamatkan” film pertama di tengah tingginya ekspekstasi--karena Mamma Mia ! adalah film perdana. Sambalbawang yakin sebagian penonton cukup kecewa di awal, melihat sekuel keduanya.

Rentang 10 tahun sejak Mamma Mia ! hingga sekuel kedua, Donna--yang paling dinantikan penonton--malah “dimatikan”. Meski sebenarnya tidak, karena tetap ditampilkan. Jujur, sambawal bawang lebih berharap di sekuel kedua ini akan terungkap satu-dua misteri. Misalnya, sebenarnya siapa bapak kandung Sophie, hehe. Atau mengapa harus Donna yang mati duluan, mendahului sang ibu (Ruby).

Tapi ya sudah, kita nikmati saja film Mamma Mia kedua ini, sebagaimana film-film lainnya. Jalan cerita berpusat pada Sophie, dan rentetan flashback Donna muda—dan tentu saja Bill, Sam, dan Harry muda. Sophie bertekad membuka lagi Hotel Bella Dona, usaha penginapan milik sang ibu (Donna) di sebuah pulau, di Yunani. Sophie sudah mempersiapkan hari peresmian penginapan—bersama Sam yang dikisahkan di film pertama akhirnya menikah dengan Donna.

Re-opening penginapan nyaris batal karena pulau dan perairan sekitarnya dilanda badai. Namun akhirnya pesta terlaksana, tamu undangan hadir, dan semuanya berakhir bahagia. Sophie–yang diperankan Amanda Seyfriend--terus mendapat dukungan dari dua karib Donna, yakni Tanya dan Rosie.

Sophie diceritakan sudah menikah dengan Sky, dan mendapatkan kabar gembira: dirinya hamil. Kondisi yang sama seperti sang ibu sekian tahun silam. Bedanya adalah, Sophie sudah tahu siapa sang ayah dari anaknya. Hehe. Namun ada juga kesamaannya, sih, karena Sophie sebagaimana sang ibu, saat muda, adalah perempuan cantik nan enerjik, memesona pria--dan suka berpetualang di lautan cinta.

Kisah Sophie ditumpuk selang-seling secara rapi, dengan cerita seputar Donna saat usia muda yang bertemu dengan Bill, Sam, dan Harry muda. Donna muda yang cantik, terkesima pada sebuah pulau terpencil yang pemandangannnya eksotis: lautan biru, tebing bebatuan nan tinggi dan hijau, langit biru, serta tepian pantai nan indah. Pulau ini lalu ditempati, dan akhirnya Donna membuat penginapan.

Penggemar ABBA pasti datang menyaksikan film Mamma Mia 2 Here We Go Again untuk bernostalgia atau sekadar memanjakan mata serta telinga. Para penggemar ABBA yang selama ini “bermain” dengan fantasi, karena masih berharap super grup itu eksis. Harapan masih bertepuk sebelah tangan, karena selepas bubar di tahun 1982--atau 37 tahun silam--ABBA tak pernah reunian.

Seluruh dunia terkejut, karena hampir sepuluh tahun ABBA mengentak dunia dan menyematkan kegembiraan musik pop Eropa. Publik mulai mengenal musik Swedia, karena ABBA begitu meroket popularitasnya. Dari sisi kuantitas dan kualitas, ABBA jempolan, dan itu fakta tak terbantahkan.

Delapan album dengan 100-an lagu yang mayoritas mendulang sukses, menjadi bukti bagaimana sumbangsih ABBA pada jagat musik. Korelasinya adalah, harapan fans menjadi sangat tinggi. Ini perasaan yang lumayan persis dialami fans The Beatles, setidaknya sampai sebelum John Lennon meninggal karena ditembak. The Beatles boleh bubar, tapi penggemarnya tidak mau menganggap demikian. ABBA pun boleh bubar, tapi bagi para penggemar--alam bawah sadar mereka mengatakan--ABBA tidak pernah bubar.

ABBA tak pernah mau reuni, dan itu fakta yang menyedihkan. ABBA sebenarnya masih komplet personelnya. Agnetha, Benny, Bjorn, dan Anni-Frid “Frida” yang kini sudah usia kakek-nenek, sebetulnya tidak sepenuhnya meninggalkan panggung musik. Seperti di film Mamma Mia, Bjorn dan Benny tercantum  sebagai executive producer. Bjorn bahkan sempat nonggol sekilas, memerankan dosen saat acara wisuda sarjana. 

Selepas ABBA bubar, para personelnya hanya sekali tampil full team di atas panggung tahun 2006. Itupun tidak bermusik, melainkan hanya bernyanyi lagu The Way Old Friends Do. Dibukanya Museum ABBA di Swedia tahun 2013, juga hanya sekadar pelipur lara guna mengobati kangen. 

Rencana konser ABBA dalam format hologram, jika terealisir pun, tidak benar-benar sebagai ajang reuni karena mereka tidak akan tampil secara live. Empat personelnya tidak pernah mengungkapkan masalah secara terbuka mengapa tak lagi menjalankan ABBA, tapi mereka juga tidak menampakkan sikap bermusuhan.

Jika melihat bagaimana kehidupan para personel ABBA, kita bisa memahami menggapa ABBA tak berlanjut. Keempat personel ABBA adalah pasangan suami istri, namun bercerai. Setahun sebelum bubar, mereka berempat sudah berstatus duda dan janda. Dalam kondisi "genting" itu, satu album masih sempat mereka bikin. Keren. Sayangnya, keinginan keempatnya untuk tidak melanjutkan ABBA, lebih kuat ketimbang desakan fans.

Akhirnya, para fans ABBA, termasuk sambalbawang hanya bisa gigit jari. Dan hanya bisa menyambut gembira peristiwa yang bernuansa ABBA bermunculan, termasuk dua film musikal ABBA tersebut. Kami akan memasuki bioskop untuk mendengarkan lagu-lagu ABBA, dan ingin agar seluruh dunia kembali mengingat ABBA.

Karena itulah, alur cerita film sepertinya menjadi tidak terlalu penting. Mudah ditebak, cukup datar, dan nyaris tidak menghadirkan kejutan. Kalau toh disebut kejutan, ya memang ada, tapi hanya kejutan kecil seperti hadirnya ibu Donna alias nenek Sophie yakni Ruby --diperankan Cher.

Sebagai film musikal, mudah ditebak ketika lagu-lagu ABBA akan berseliweran mengiringi cerita. Di-pas-kan mana lagu yang tepat saat adegan yang mana. Untung saja, proses ini berjalan rapih. ABBA punya semua lirik lagu yang dibutuhkan, apakah bercerita tentang keriangan, kesedihan, harapan, ataupun impian. Jika dibandingkan film pertama, sekuel keduanya lebih baik.

Deretan artis senior sungguh membantu hidup dan cairnya cerita di film musikal bergenre komedi-romantis ini. Semua kebagian peran menyanyi dan menari. Tapi jangan membandingkan dengan suara duo vokalis ABBA—Agneta dan Frida. Angelic voice keduanya, masih tak tertandingi. 

Jika di film pertama, Meryl Streep “menyelamatkan” film dari para "diehard" ABBA, maka di film kedua, sambalbawang merasa suara vokal Lily James yang memerankan Donna muda, paling “menyelamatkan” film dari sisi lagu-lagu ABBA. 

Urusan vokal dan performa, para pemain nampak sudah memberikan hasil yang maksimal. Tak bisa menjangkau suara selevel duo angelic voice itu, tapi tak mengapa. Setidaknya mereka memang menjiwai dan juga fans ABBA, seperti pernah dilontarkan Amanda dan Lily dalam sebuah wawancara.

Mamma Mia 2, menurut catatan sambalbawang, merangkum 20 lagu ABBA. Thank You for The Music mengawali film, disusul When I Kissed The Teacher. Selanjutnya Chiquitita, One of Us, I Let The Music Speak,  Waterloo, SOS, Why Did It Have To Be Me,  I Have A Dream, dan Andante Andante.

Menyusul kemudian secara berurutan: The Name of The Game, Knowing Me Knowing You, Mamma Mia, Angel Eyes, Dancing Queen, Hasta Manana, I’ve Been Waiting for You, Fernando, My Love My Life, Super Trouper, dan Lay All Your Love on Me. Tidak semua dinyanyikan sama persis liriknya, karena mesti mengikuti alur film. 

Jumlah lagu ABBA yang dihadirkan di film kedua, tidak sebanyak di film pertama yang menjejalkan 22 lagu. Jika di film pertama tersaji lagu-lagu ABBA yang banyak dikenal orang, maka di film kedua, beberapa lagu ABBA yang kurang dikenal, dimunculkan, seperti I Let The Music Speak, Andante Andante, My Love My Life, hingga Hasta Manana.



Sebetulnya, itu lagu-lagu yang dikenal banget oleh fans ABBA. Bahkan menuai pujian banyak pihak karena dianggap sangat indah. Hanya memang, saking banyaknya lagu ABBA yang hits, deretan lagu itu enggak kebagian sama terkenalnya. Bagi (sebagian) generasi milenial, pasti asing dengan lagu-lagu ABBA yang hampir tidak pernah mereka dengar. 

Mereka mungkin hanya menikmati Mamma Mia sebagai film musikal biasa. Namun di jagat internet, banyak anak-anak muda yang sudah mengklaim sebagai fans ABBA, setelah mendengarkan lagu-lagunya. Siapa sih yang tidak jatuh hati dengan grup asal negara pembuat mobil Volvo ini, 

Kalau ada waktu, cobalah mencari dan memutar lagu-lagu ABBA yang "kasta kedua" itu, dan akan ketemu sebabnya mengapa ABBA menduduki strata atas dalam musik dunia. Hanya segelintir grup yang berada di level kesuksesan seperti ABBA, baik kualitas musikal maupun penjualan album.  

Berbicara tentang ABBA adalah berbicara tentang grup musik yang telah menjual lebih 400 juta album, berulang kali merajai tangga lagu sejumlah negara selama 9 tahun, dan hebatnya pengaruh mereka pada era music setelahnya. ABBA adalah talenta musik terbaik dari Swedia. “Hadiah dari Tuhan” begitu kata banyak netizen.

Kembali ke topik awal, kesimpulan sambalbawang adalah Mamma Mia 2 cukup sukses dan cukup menghibur sebagai film musikal. Meski begitu--bagi para fans ABBA--masih kurang mantap jiwa karena lagu-lagu ABBA tidak dinyanyikan utuh, atau tidak semelengking--mendekati--suara Agnetha dan tidak serenyah vokal Frida. Hanya Dancing Queen dan Mamma Mia yang dibawakan penuh.

Tetapi ya sudahlah. Pada akhirnya tetap lebih mengasyikkan mendengarkan lagu-lagu ABBA dan menyetel klipnya, ketimbang menyaksikan (lagi) filmnya. Tak bisa dimungkiri, “sihir” ABBA memang ada di lagu-lagu mereka. Mereka yang belum tersihir ABBA, tinggal menunggu waktu saja. Percayalah, hehehe.

"I'm your music, I'm your song" -- Andante andante

BACA JUGA ARTIKEL LAINNYA :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar