Selasa, 09 April 2019

MENGAPA HARUS NGEBLOG ?

“Mengapa harus punya blog dan nge-blog?”

Pertanyaan ini cukup sering mampir ke telinga, terlebih beberapa tahun terakhir. Wajar-wajar saja, sih. Di era teknologi informasi yang akhirnya menyematkan youtube sebagai bintang yang makin bersinar dan memicu orang untuk berlomba nge-vlog, maka nge-blog makin dianggap ketinggalan zaman. 

Apalagi kenyamanan bermedsos via fesbuk, instagram, dan yang sejenis. Ada rupiah yang bisa digali dari sana. Perkara apakah konten postingan menarik, apalagi bermanfaat, adalah soal lain. Ini tentang betapa teknologi berkembang pesat jauh melebihi perkiraan. Euforia nge-blog yang nge-hits 10 tahun silam, kini kian sayup.  

Ngeblog terlihat sebagai aktivitas yang jadul dan kesannya tuwir. Meski bisa mendatangkan duit, ngeblog sudah dianggap kurang keren. Banyak orang yang lebih senang "membaca" vlog, postingan di medsos, dan tentu saja kiriman teks maupun gambar lewat aplikasi percakapan seperti WhatsApp. 

Menjadi hal umum kalau kemudian banyak pertanyaan: hare gene kok harus punya blog, dan ngapain pula mau susah-susah nulis. Kalau mau gampang, maka jawabannya diarahkan ke pernyataan klise saja: suka-suka. Biasanya, orang beralasan bahwa ngeblog adalah soal passion, menuntaskan hasrat menulis. 

Menjadi blogger adalah sebuah pilihan. Ada yang memilih menjadi youtuber, instagramer, vlogger, hingga fesbuker. Jadi blogger pun, terentang beberapa opsi, tinggal pilih mau yang gimana. Kembali lagi ke soal kemantapan hati. Mudahnya gini, ini hanya ibarat memilih jenis sepeda mana untuk sampeyan kendarai. Semua pilihan ada sisi plus juga minusnya. 

Mau sepeda lipat, fixie, jengki, gunung, atau onthel? Terserah. Lalu, apa warna, model, dan harganya, ya terserah. Ingin mengoleksi satu atau dua sepeda, monggo. Apakah sepedanya akan dipancal harian, tiap weekend, atau kadang-kadang, ya.. up to you. Mau sepedanya dirawat atau yang penting bisa jalan, ya silakan.

Sepeda mana yang paling kencang, paling tangguh, good looking, atau nyaman dikendarai, jawabannya bisa beda bagi tiap. Seberapa kencang laju sepeda, juga tergantung si pengendara. Belum tentu sepeda gunung lebih cepat "melahap" tanjakan ketimbang sepeda onthel yang didorong? Ada faktor lain misalnya tekad hati, kekuatan kaki, apakah perut sudah terisi, dan tentu juga faktor--ehm--umur.

Begitu pula jika menyoal blog dan ngeblog. Bagi sebagian orang (blogger), aktivitas ngeblog memang langsung berkaitan dengan rupiah. Mungkin juga semua tulisannya adalah menceritakan produk dari pihak yang meng-endorse. Namun sebagian blogger lain beranggapan kalau ngeblog bukan demi kepentingan mendapat uang. Atau tidak semata harus terkompensasikan seketika dengan uang.

Menulis di blog, bagi sambalbawang, adalah soal kecintaan menulis. Itulah yang kemudian memunculkan konsistensi menulis. Tentu, bukan perkara mudah mewujudkan itu mengingat banyaknya godaan, dari susahnya cari waktu yang pas, buntu ide, hingga mood menulis yang kadang naik-turun. Menulis--yang baik--bukan sekedar asal memindahkan format lisan ke ke tulisan.

Tulisan yang tersaji jangan asal tulisan tanpa arti. Pun jua tidak melesat jauh ke awan alias susah dicerna karena pemilihan diksi yang "ketinggian". Asal nulis memang bisa cepat jadi tulisan. Tapi, menulis artikel sederhana yang cukup "renyah" dibaca ternyata tak mudah. Bahkan oleh mereka yang sudah sering menulis. Menghasilkan tulisan yang asyik, meski topiknya sederhana dan ringan, ternyata banyak mengurasi energi dan waktu. 

Blog saya yang beralamat di sambalbawangkangadi.blogspot.com ini, sudah menapak tahun ketujuh. Lama juga, ya. Idenya muncul karena sodara bojo alias istri yang sudah duluan ngeblog. Masa gue enggak punya blog? Apa kata dunia? Langsung deh bikin, sehari jadi, dan langsung diisi artikel. Nama "sambalbawang" dipilih dengan alasan yang mudah diketahui dan familiar di telinga banyak orang. Sambal bawang ini adalah menu sambal kegemaran saya. Jadi, saya adalah "sambalbawang". 

Dan begitulah blog Sambalbawang pun segera menggelinding. Sejak tulisan pertama, Agustus 2013 lalu, sampai sekarang, blog sudah terisi 150-an tulisan/artikel. Dalam wujud aneka macam, mulai dari cerpen, puisi, tulisan analisis, adat-budaya, musik, otomotif, catatan perjalanan, hingga topik bebas. 

Sebetulnya, sambalbawang termasuk telat ngeblog karena baru menjalani sekian tahun pascafenomena ngeblog muncul. Namun kalau dirunut ke belakang, ternyata sudah akrab dengan tulis menulis sejak SMP. Dari mengisi buku diari saat masih belia, surat-suratan sama sahabat pena, ngurusi majalah dinding (mading), juga buletin skala kompleks perumahan, bikin (banyak) cerita imajiner saat melamun, hingga mengirim puisi ke media--yang beberapa dimuat dan dapat honor. 

Di sela-sela kuliah juga sempat aktif beberapa tahun mengisi tabloid--karena jadi salah satu pengurusnya. Bahkan juga menulis sejumlah lagu di masa-masa muda dahulu. Hehehe. Dengan kata lain, bekal sambalbawang untuk ngeblog sudah dibentuk jauh-jauh hari. Tercipta secara sengaja dan tidak sengaja. Setelah sekian tahun melakoni pekerjaan sebagai jurnalis, barulah terbesit keinginan ngeblog. 

Hasrat menulis barangkali juga karena sambalbawang suka membaca sejak kecil. Juga terimbas dari bapak yang suka membaca--dan kadang menulis. Dua hal ini: membaca dan menulis, seakan memang ditakdirkan berjalan beriringan. Apa yang kita baca akan ikut membentuk bagaimana style tulisan kita.  

Kembali ke topik, soal pilihan, sambalbawang termasuk kategori blogger independen. Menentukan sendiri apa yang hendak diketik. Tidak ingin terpaku pada tulisan pendek atau panjang karena yang penting menulis sesuai keinginan. Jika banyak ide "berenang" di kepala, ya jadi tulisan panjang. Blog ini bukan blog untuk cari uang secara langsung. Meski itu ya boleh-boleh saja (tapi nanti), hehehe. Meski demikian, sambalbawang bakalan selektif. Tetap akan ada idealisme di blog ini sesuai semangat awal. 

Keterbacaan blog sambalbawangkangadi bisa dibilang lumayan, kalau tidak ingin disebut sebenarnya melebihi ekspektasi. Ini jika mengingat bahwa ngeblog awalnya hanya sebatas menulis santai, dengan topik terserah, dan memakai genre tulisan yang berbeda dari akvitas rutin sambalbawang sebagai jurnalis--hingga tahun 2019. Bisa dikatakan pula, isi blog nyaris tak terpublikasi via medsos. Bukannya anti medsos, namun sambalbawang memang ingin menjalani proses yang begini.  

Dan ternyata, sejumlah tulisan di blog ini jadi inspirasi dan bahan menulis bagi sejumlah blogger. Mengharukan dan alangkah senangnya hati ini, hehe. Dengan kata lain, tulisan-tulisan sambalbawang banyak yang mencari dan membaca--meski terbanyak bukan dari kalangan teman-teman sendiri. Bisa dibilang pula, blog sambalbawang sudah mulai memberi "warna". Memang sih, baru beberapa warna. Belum warna-warni, eh. 

Mungkin juga sebagian orang belum melihat "warna" itu. Kalau pun dengan 150-an artikel ini sambalbawang "hanya" dianggap sering posting tulisan, ya tak mengapa. Tiap orang bisa menilai, dan juga pada saatnya akan dinilai. Di era sekarang, apa sih yang enggak terjadi. Orang yang malas baca dan "kurang piknik" saja bisa ngomong bak pakar.   

Kembali lagi ke blog, sambalbawang merasa urusan ngeblog adalah sebuah misteri. Tidak semua blog yang populer, menampilkan konten postingan menarik. Sebaliknya, tidak semua blog yang tulisannya bagus, bisa populer dan terkenal. Blog yang keterbacaannya tinggi pun, belum tentu juga menghasilkan (banyak) uang. 

Blog yang sudah banyak dikenal orang pun, bisa jadi hanya blog "asal ada" dan tidak mengindahkan kaidah berbahasa yang baik. Blog yang isinya menarik pun, bisa jadi malah dianggap biasa oleh (sebagian) blogger. Blog yang tampilan layout-nya mewah dan wah, pun, bisa jadi cukup memble isinya. Atau sebaliknya. Begitulah. 

Lalu, blog sambalbawangkangadi ini termasuk yang mana? Blog yang menarik atau tidak? Sekali lagi, ini terserah kepada mereka yang membaca. Sambalbawang tidak terlalu merisaukan. Blog ini kan tidak bakalan bisa memuaskan semua orang, bukan. Masih syukur ada yang mampir membaca blog sambalbawang, dan semakin bersyukur pula karena semakin banyak yang membaca. 

Tujuh tahun "memelihara" blog, paling susah adalah menjaga konsistensi menulis, manakala tertimpa segudang aktivitas dan kejenuhan luar biasa. Itu sering menimpa sambalbawang. Bahkan, jumlah 150-an artikel sampai tulisan ini dibuat, masih terasa sedikit. Kalau dirata-rata, dalam sebulan baru 2 tulisan. Dikit banget, kan.

Namun, bisa jadi, tulisan sambalbawang secara keseluruhan ya banyak karena ini bukan blog satu-satunya. Sambalbawang juga punya web yang beralamat di www.modistesamantha.com. Di sini, barulah sambalbawang "jualan" namun tetap dengan sekepal idealisme. Membagi tulisan di sana-sini. Memakai dua "genre" menulis untuk dua blog yang tipikalnya berbeda, ternyata tidak mudah. 

Selama beberapa bulan, pernah blog ini vakum, tak ketambahan satu pun artikel. Selain karena pas capek dan tidak sempat secara waktu, otak pun sedang buntu. Bingung mau menulis bagaimana, meski ide tetap ada. Cukup sering mood menulis untuk blog, rontok, terbentur aktivitas padat sambalbawang sebagai pemburu berita. Mata, pikiran, dan tangan sudah kecapekan kala di depan laptop.

Kalau sudah buntu, obatnya adalah sering-sering menyenangkan diri sendiri. Bermain gitar, ndengerin musik, baca-baca buku, memasak, nongkrong sama teman-teman, piknik, jalan-jalan, nonton film, hingga bersih-bersih rumah.   

Mood ngeblog bisa berangsur membaik secara perlahan. Teruma kasih juga atas banyak respons untuk blog ini. Dari respons di blog--yang beberapa berlanjut ke saling mengontak, hingga ketemu dengan sejumlah anak muda yang tertarik dan bertanya-tanya setelah membaca satu-dua artikel. 

Keriangan dan semangat untuk menulis, akhirnya terus terjaga. Satu demi satu kesempatan menghampiri. Beberapa kali sambalbawang diminta berbicara di forum terkait aktivitas ngeblog dan seputar blog. Bukan tentang cara cari uang dari ngeblog, tetapi bagaimana menumbuhkan keriangan dan semangat menulis.

Bagi sambalbawang, blog bukan sekadar ruang menumpahkan tulisan dan unek-unek. Blog adalah salah satu tempat terbaik guna menjaga “kewarasan” berpikir. Juga ruang yang nyaman untuk berekspresi dan bersenang-senang melalui rangkaian kata. Berbicara paling sulit tapi yang paling indah, adalah lewat tulisan. 

Semakin menarik--kalau mau--untuk direnungkan karena Negara ini, tingkat keterbacaan masyarakatnya masih rendah--apalagi urusan menulis. Betul, meluapkan ekspresi tak harus dengan tulisan. Namun menuangkan isi kepala ke tulisan, tak ada salahnya dilakukan. Semua orang pasti punya cerita menarik, yang semakin menarik jika itu bisa dibagikan. Lebih jauh lagi, kita--negeri ini--masih kekurangan tulisan menarik dan berkualitas.   

Maka sambalbawang akan terus menulis. Sambalbawang menulis, maka saya ada. Saya menulis, maka sambalbawang ada. Hidup itu hanya mampir nulis….
  

Baca Juga :
TENTANG HONDA (1) DARI PISPOT SAMPAI PITUNG
TENTANG HONDA (3) INILAH STAR'S FAMILY
PELUKAN

11 komentar:

  1. Jadi inget salah satu quote.

    Aku menulis. Maka aku ada.

    BalasHapus
  2. Aaal ngeblog dulu adalah ketika mulai kesepian ga punya teman buat bercerita 😁 dan setelah kerja blog pun ditinggalkan. Bikin lagi, tinggalkan lagi. Bikin lagi tinggalkan lagi, dan sekarang lanjutkan lagi ....
    Pernah coba vlog tapi sepertinya terlalu ribet bagi saya. Lagi belajar edit video sih. Tapi blog memang memberikan fleksibelitas yang lebih baik saat berkarya membuat konten.

    BalasHapus
  3. saya justru sebaliknya kang, tertarik nulis daripada ngomong. Setidaknya bisa saya edit lebih dulu :)

    BalasHapus
  4. Bergabung dengan komunitas juga bisa membuat semangat ngeblog.

    BalasHapus
  5. aku udah mulai buat blog, tapi kok buntu...hehehe, kurang viknik kayaknya...:)

    BalasHapus
  6. bakal jadi judul ditulisanku selanjutnya

    BalasHapus