Rabu, 15 Mei 2019

YEN ING TAWANG ANA LINTANG

Sudah lama sambalbawang tertarik lagu-lagu (langgam) Jawa. Keseharian yang cukup dekat dan lekat dengan tradisi, lumayan memberi “oksigen”, sehingga akhirnya cukup hapal sejumlah langgam. Di antara sekian banyak langgam itu, bagi sambalbawang, yang terindah adalah Yen Ing Tawang Ana Lintang

Penciptanya Andjar Any, atau yang bernama asli KRT Andjar Any Singanagara. Ia seorang sastrawan kelahiran Ponorogo, Jawa Timur, yang juga dikenal sebagai wartawan dan kritikus seni. Menurut penelusuran Wikipedia, Andjar Any juga menciptakan banyak langgam Jawa lainnya. Beberapa langgam yang terkenal misalnya Nyidham Sari, Kasmaran, dan Jangkrik Genggong. Andjar Any meninggal tahun 2008 lalu di usia 72 tahun.

Entah mengapa, bagi sambalbawang, langgam Yen Ing Tawang Ana Lintang terasa menawan. Liriknya simpel, berbobot, indah, dan menghanyutkan suasana. Maknanya pun ternyata dalam, dan hebatnya, maknanya cukup berbeda jika disandingkan dengan artinya secara harfiah (berdasarkan lirik). Langgam yang berciri khas Jawa, ketika menggambarkan sesuatu tidak secara langsung, namun memakai bahasa kiasan. Sebelum membahas lebih jauh, yuk direntang lirik sekaligus artinya.

Yen ing tawang ana lintang, cah ayu. Aku ngenteni tekamu.
Marang mega ing angkasa, nimas. Sun takokke pawartamu.
Janji-janji aku eling, cah ayu, sumedhot rasaning ati.
Lintang-lintang ngiwi-iwi, nimas. Tresnaku sundul wiyati.
Dek semana janjiku, disekseni.
Mega kartika, kairing rasa tresna asih.
Yen ing tawang ana lintang, cah ayu. Rungokna tangising ati.
Pinarung swaraning ratri, nimas. Ngenteni bulan ndadari.

Artinya, lebih kurang begini :
Yen ing tawang ana lintang, cah ayu  (jika di langit terlihat bintang, wahai cantik)
Aku ngenteni tekamu. (aku menanti kedatanganmu)
Marang mega ing angkasa, nimas. (kepada awan di angkasa, dik)
Sun takokke pawartamu. (kutanyakan bagaimana kabarmu).
Janji-janji aku eling, cah ayu. (janji-janjiku pasti kuingat, wahai cantik).
Sumedhot rasaning ati. (serasa patah perasaan hati ini)
Lintang-lintang ngiwi-iwi, nimas. (bintang-bintang seakan memanggil, dik).
Tresnaku sundul wiyati. (rasa sayangku menyentuh hingga ke angkasa).
Dek semana janjiku, disekseni. (saat itu janjiku disaksikan).
Mega kartika, kairing rasa tresna asih. (langit yang berawan dan berbintang, mengiringi rasa cinta kasih).
Yen ing tawang ana lintang, cah ayu. (jika di langit terlihat bintang, wahai cantik).
Rungokna tangising ati. (dengarlah tangisan hati ini).
Pinarung swaraning ratri, nimas. (bersama suara malam, dik).
Ngenteni bulan ndadari. (menanti bulan purnama).
  
Sepintas, jika memerhatikan arti seturut lirik, kata per kata, bisa jadi langsung diketahui maksudnya. Menceritakan tentang seorang laki-laki yang merindukan gadis cantik sang pujaan hati yang nun jauh di sana. Namun si lelaki hanya bisa membatin, berdoa, menunggu sembari menatap langit kala siang dan malam, memastikan janji terpenuhi, dan cinta tetap terjaga. Ah.

Namun, sambalbawang pernah diberi tahu bahwa makna langgam tersebut tak sepenuhnya berarti plek sesuai lirik. Lupa dikasih tahu sama siapa, namun sepertinya salah satu guru sekolah. Langgam Yeng Ing Tawang Ana Lintang ini berkisah tentang seorang ayah yang menunggu kelahiran anak perempuannya. Benarkah?

Selang sekian tahun kemudian, kala mbah Gugel muncul, barulah sambalbawang sesekali iseng mencari tahu maknanya. Juga menyempatkan diri menengok beberapa blog yang mengangkat topik tersebut. Dan ternyata memang maknanya begitu. Andjar Any menciptakan langgam ini saat menunggu kelahiran anak perempuannya.

Baiklah, urusan pemaknaan selesai, mari menengok keindahan lainnya. Di sana tercantum beberapa kosakata Jawa Kuno atau sansekerta, antara lain ratri dan wiyati. Ratri artinya malam, sedangkan wiyati berarti langit, udara, atau angkasa.

Sebenarnya, syair atau lirik “angkasa” yang juga bahasa Jawa, sudah disematkan di awal langgam Yen Ing Tawang Ana Lintang, namun dipakai lagi di bait selanjutnya. Hanya saja, dipilih kata “wiyati”. Dasanama (bahasa Jawa), atau anonim untuk menyatakan "malam", sebenarnya ada beberapa kata selain ratri, misalnya "wengi".

Namun, secara rasa, “ratri” lebih indah dari “wengi” atau kosakata Jawa lain yang berarti malam hari. Demikian juga “wiyati”. Kebetulan pula “wiyati” adalah juga nama ibunda sambalbawang. Tresnaku sundul wiyati, berarti rasa cintaku menyundul atau menembus angkasa/langit/udara. Indah, bukan?

Sambalbawang juga penasaran dengan sapaan “nimas”. Sebab, agak tidak lazim untuk memanggil seorang perempuan di kalangan masyarakat. Nimas, lebih lekat digunakan di lingkup ningrat (keraton). Sehari-hari, atau biasanya, kita lebih mengenal dan mendengar kata "nimas" tatkala menyaksikan wayang orang atau mendengar pembawa acara (MC) berbicara saat resepsi pernikahan.

Dalam langgam Yen Ing Tawang Ana Lintang, digunakan dua sapaan, yakni “cah ayu” dan “nimas” yang sebenarnya bermaksud kurang lebih sama. Kalau kita menyapa "nimas", bukankah identik dengan seseorang itu cantik, bukan? Kita bisa mendefinisikan cah ayu dan nimas sebagai si anak perempuan, kekasih, atau si ibu yang tengah berjuang hidup—mati melewati proses kelahiran. 

Namun jika (memilih) situasinya sedang nandhang asmara (dilanda asmara), bisa juga cah ayu dan nimas itu adalah perempuan pujaan hati, atau kekasih. Perempuan yang bagi kita (laki-laki) sangat berarti, sangat indah, sehingga kita panggil dia dengan “nimas”. Sebuah panggilan terhormat dan tentu bagi perempuan (mana pun), itu sangat membahagiakan. Sapaan sayang yang juga bisa dibingkai sebagai bentuk kekaguman.

Nimas serasa panggilan sayang terindah yang “kastanya” paling atas. Wah, so sweet, dong. Namun di atas semua analisis itu, jelas bahwa Yen Ing Tawang Ana Lintang adalah langgam Jawa yang memang indah secara keseluruhan. Sepatutnya kita tahu lagu itu, mengerti keindahannya, dan (kalau bisa) menyanyikan. Tresnaku sundul wiyati.. daleeeem…. 

Maka dari itu pula, sambalbawang yang “kesengsem” Yen Ing Tawang Ana Lintang sejak remaja, ingin menuliskannya memakai aksara Jawa. (mohon maaf jika tulisan Jawa goresan tangan sambalbawang ini, masih ada salah, dan tidak indah. Mohon maaf juga jika sambalbawang tidak sepenuhnya tepat "menggambarkan" arti langgam Yen Ing Tawang Ana Lintang ini).

Yen Ing Tawang Ana Lintang, dalam perkembangannya, dibawakan banyak penyanyi dengan berbagai style. Sambalbawang memilih tiga klip dari youtube, untuk menggambarkan jika langgam ini bisa dibawakan dengan tiga nuansa atau genre berbeda.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar