Rabu, 29 November 2017

ANGKRINGAN, LAHIR DARI KLATEN, NGETOP DI YOGYAKARTA -- TULISAN II

Semua berawal sekitar hampir 70 tahun lalu, di penghujung tahun 1950. Sejumlah warga Desa Ngerangan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah memutuskan untuk merantau. Tujuannya ke daerah Solo, kota yang hanya berjarak tak lebih 30 km, untuk berjualan minuman keliling, dan gorengan.

Wedang, atau minuman panas, jualan utamanya. Variannya teh dan jahe. Beserta gorengan simpel seperti tahu dan tempe. Mereka berkeliling memikul dagangannya memakai "angkring" , sebutan untuk alat pikul berbahan kayu. Orang-orang memanggilnya dengan sebutan “hik” alias hidangan istimewa kampung.

Mereka merantau karena tanah di Bayat rata-rata berbatu dan berkapur sehingga kurang mendukung jika ditanami. Jualan keliling makanan dan minuman yang orang banyak pasti suka, dianggap solusi menarik, tidak terlalu makan duit sebagai modal. Yang penting kuat jalan kaki, bisa bikin teh enak, dan gorengan yang "nyamleng", cukuplah.

Satu demi satu warga pun pindah ke Solo. Di sisi lain, setelah itu, di awal tahun 1980, ketika Yogyakarta semakin ramai didatangi mahasiswa dari luar daerah, pindahlah sebagian dari mereka ke kota pelajar itu. Ada "pasar" baru. 

"Pasar" baru ini menyambut gembira. Menu murah meriah, jelas susah ditolak para maha-nya siswa yang biasanya sedang kencang urusan makan. Bahkan suka nonkrong. Inilah yang membuat para penjual berubah strategi. Jualan tidak perlu lagi berkeliling, gerobak dorong pun digunakan. Sebutan lama “hik” berganti menjadi “angkringan”.

Orang mulai mengenal usaha mereka sebagai angkringan, atau “warung angkringan”, yang definisi sederhananya adalah warung di tepi jalan yang secara visual adalah sebuah gerobak dorong. Fasilitas penunjang di sana hanya terpal penutup gerobak, dan bangku kayu tiga buah yang hanya bisa untuk duduk 7-8 orang.

Semakin lama angkringan semakin banyak. Yogyakarta pun mulai mengalahkan Solo untuk urusan jumlah penjualnya. Bermula dari sekitar kampus, angkringan semakin merambah ke kampung. Dan sepertinya Yogyakarta yang malah sering disebut sebagai kota asal angkringan. Mungkin karena gerobak angkringan lebih banyak di kota itu.

Ngangkring, itu istilah yang menggambarkan orang ke angkringan. Aktivitas ngangkring, sejatinya sudah saya lakoni sejak duduk di bangku SD, jika itu memasukkan faktor bahwa gerobak warung deket sekolah bisa dikategorikan sebagai angkringan. 

Aktivitas ngangkring mulai sering dilakukan tatkala saya menempuh kuliah, tahun 1997. Meskipun, itu juga tidak lepas dari krisis moneter yang berimbas pada krisis duit di dompet. Selama kuliah, saya mesti bekerja paruh waktu untuk bisa mendapat duit jajan. Nah, jajan paling aman dan nyaman, salah satunya tentu angkringan.

Mengangkring mulai terasa nikmat. Jadi kebutuhan. Saat itu angkringan belum macem-macem menunya, dan juga belum banyak-banyak amat. Bahkan ketika saya bekerja di Klaten, dan sempat ke Ngerangan, di tahun 2004, fenomena angkringan sepertinya masih dalam batas normal.  Belum “meledak”. Tapi beberapa tahun sesudah itu, mungkin selepas gempa Jogja tahun 2006, angkringan tumbuh luar biasa bagai jamur di musim penghujan.

Muncullah istilah “kafe ceret telu”, sejak tahun 2000-an, untuk menyebut warung angkringan dalam bahasa kekinian. Ini tak lepas dari biasanya memang ada tiga ceret isi air panas nangkring di atas nyala arang di sudut gerobak angkringan. Meski saya, semakin ke sini, nampaknya lebih sering melihat hanya ada dua ceret.

Kembali ke Ngerangan di Klaten, tadi, mungkin di sana saya pertama merasakan menu angkringan yang enak-enak. Angkringan yang masih “ndeso”, dan si penjual yang akrab menyapa. Malah sempat main kartu, pula. Terharu.. Jadi ingin ke sana lagi. Oiya ini foto salah satu angkringan di Ngerangan, ketika saya liputan bertopik angkringan tahun 2004 lalu. Simpel, kan, angkringannya. 



Enaknya di angkringan adalah harga menu yang terjangkau—meski itu semakin diperdebatkan dalam lima tahun terakhir. Atau gorengan dan baceman yang bisa dihangatkan lagi di atas tungku. Namun yang pasti, menu teh yang “serius” adalah penanda utama “kualitas” sebuah angkringan. Karena ngangkring lebih identik dengan wedangan—minum minuman hangat. 

Semakin ke sini, angkringan semakin dikenal. Semakin banyak, tersebar di mana-mana, menu bertambah, dan semakin  “meriah”. Jika dulu cukup tiga bangku panjang yang mengitari gerobak, kini warung angkringan mesti ditambah terpal, hingga meja-kursi pendek. Konsep angkringan perlahan bergerak menuju warung lesehan.

Semakin jarang interaksi antara penjual dan pembeli. Semakin banyak pembeli hanya sebatas makan dan minum, tanpa menikmati suasana angkringan. Meski masih ada sebagian penjaga angkringan (penjual) yang masih mau ramah menyapa, ngajak ngobrol, dan hapal siapa yang datang. 

Satu hal yang sepertinya jadi keprihatinan saya adalah kualitas menu angkringan yang sepertinya merosot. Saya suka bertanya ke para penjual, apakah mereka memasak sendiri, dan jawabannya, adalah tidak. Mungkin itulah yang bikin quality control menu, menjadi tidak lagi terjaga. Sorry to say, nampaknya hanya segelintir angkringan yang masih berkarakter angkringan.

Tulisan soal angkringan selanjutnya, tunggu ya. Penasaran? Wajib itu. Hehe. Tapi bisa baca dulu tulisan di bawah ini. Tulisan pertama soal angkringan di blog ini.

Rabu, 15 November 2017

BUFFON MENANGIS, ITALIA "KIAMAT", PIALA DUNIA 2018 (MUNGKIN) CEMPLANG

Sepak bola Italia seakan kiamat tahun 1990 lalu, tatkala pesta akbar empat tahunan Piala Dunia dihelat di negeri pizza itu mencapai babak semifinal. Italia harus takluk atas Argentina lewat adu penalti. Padahal saat itu Italia tim bertabur bintang. Benar, ada Maradona di Argentina. Tapi ada Baresi, Roberto Baggio, Carlo Ancelotti, sampai Walter Zenga, di Italia.

Namun ternyata Italia lebih “kiamat” lagi nasibnya di Piala Dunia 1994 Amerika Serikat. Kembali “hantu” adu penalti memupus mimpi Italia di babak final. Sang bintang, Roberto Baggio, seakan menjadi tertuduh tunggal, lantaran sepakannya jauh terbang tinggi di atas mistar gawang tim Brasil yang dijaga Taffarel. 

Di kedua piala dunia itu, tim Italia dan juga sepak bola Italia lagi bagus-bagusnya. Setidaknya siaran langsung liga-nya yang menyita perhatian dunia, jadi parameter termudah bagi penggila bola yang haus akan tontontan. Tetapi, Italia memang belum beruntung.

Kiamat sepertinya sudah menyingkir dari “Gli Azzuri” ketika trophy Piala Dunia 2006 digenggam, usai membekap Perancis. Hebatnya, Italia menang di babak tos-tosan dengan skor 5-3. David Trezeguet, eksekutor keempat Perancis, gagal. Sedangkan lima algojo Italia, sukses, yakni Pirlo, Materazzi, De Rossi, Del Piero, dan Grosso.

Dua Piala Dunia selanjutnya, 2010 dan 2014, Italia tidak banyak berbicara. Sampai tibalah pada babak playoff Piala Dunia 2018. Dan di sinilah kiamat Italia yang (mungkin) sebenarnya. Tepatnya, sepak bola Italia kiamat lagi setelah 50 tahun lalu juga kiamat. Italia, pada Piala Dunia 1958 di Swedia, juga absen.

Hanya saja, cerita kiamatnya Gli Azzuri kali ini lebih tragis rasanya. Kalah oleh Swedia yang bahkan sudah ditinggalkan sang bintang Ibrahimovic lantaran pensiun. Leg pertama Italia takluk 0-1 di Swedia. Leg kedua, skor kaca mata 0-0 di Italia. Benar Swedia kalah kelas, tapi menang permainan.

Menonton laga Swedia versus Italia seperti makan kacang garing yang tidak asin rasanya. Tidak menggigit serangan italia. Swedia yang bahkan beberapa kali membuat degup jantung fans Italia tak karuan. Mungkin Pirlo yang nonton laga itu, akan membanting gelas. Mungkin Pirlo agak menyesal karena barusan memilih pensiun.

Tak ada jendral di lapangan tengah yang mengoordinir permainan timnas negara asal Vespa dan Fiat ini. Italia era 90-an punya Baggio. Sesudah itu ada Pirlo. Sesudah Pirlo,  yang membawa Italia merengkuh jawara dunia 2006 serta finalis Piala Eropa 2012, tak ada yang menggantikan.

Hanya tersisa satu pemain berkharisma di skuat Italia. Dia adalah Gianluigi Buffon, yang jadi opsi utama di bawah mistar gawang Italia sejak tahun 1999. Gigi—panggilannya---kini berusia 39 tahun. Piala Dunia 2018 mestinya menjadi Piala Dunia keenamnya dan akhir kariernya tapi sayang rekor itu tak jadi terpatri.

Siapapun yang menyaksikan laga, pasti sepakat, kegagalan Italia bukan salah Buffon sang kapten tim. Bahkan, mungkin hanya dia saja pemain Italia di atas lapangan Stadion San Siro yang tampil bagus. Tak ada yang menyalahkan Buffon atas penampilan monoton nan menjemukan yang disajikan para pemain Italia.

Wajar ketika Buffon menangis di akhir laga. Kiper Juventus ini tentu tidak menangisi pensiunnya tapi absennya Italia di Rusia tahun depan. Seiring tangisan Buffon, penggila bola pun melongo, seakan tak percaya Italia absen tahun depan di Rusia.

"Lalu siapa yang akan mengalahkan Jerman,” kata seorang kawan yang yakin banget hanya Italia yang sanggup mengimbangi bahkan mengandaskan Jerman. 

Tapi pertanyaan besarnya, adalah Piala Dunia 2018 bakalan cemplang jika Italia tidak berpartisipasi. Masih agak gampang membayangkan Belanda yang absen. Tapi membayangkan Italia tidak masuk putaran final di Rusia nanti, tidak mudah. Baggio pun mungkin juga masih tak percaya. Bahkan juga Maradona.

Sang pelatih, Gian Piero Ventura, jadi kambing hitamnya. Permintaan maafnya, pun, tak cukup bagi publik Italia. Dia pelatih pertama Italia yang barangkali masih akan dihujat sampai bertahun-tahun ke depan. Pelatih tanpa prestasi di level atas, karena prestasi terbesarnya “hanya” membawa Lecce juara Serie-C1, kompetisi kasta lapis ketiga Italia.

Satu-satunya hal positif dari kegagalan Italia adalah, kita akan melihat Italia yang jauh berbeda, mungkin 2-3 tahun lagi. Permainan catenaccio alias gerendel andalan Italia yang terlihat “porak-poranda” di era Ventura, bisa jadi akan kembali dimunculkan. Tapi bisa juga Italia menjelma menjadi tim yang offensif nan efektif seperti Jerman. Bukankah pengalaman adalah guru paling berharga. Apalagi kalau pengalamannya termasuk pahit.

Italia tak pernah kekurangan talenta. Italia hanya kekurangan jenderal lapangan tengah yang kharismatik dan jadi panutan. Buffon barangkali bisa melakukan itu jika ia adalah seorang gelandang. Jika saya adalah pelatih Italia, dan bisa membawa Italia masuk putaran Piala Dunia 2022, Buffon harus masuk tim. Meski ia harus berstatus sebagai kiper ketiga. Setuju, kan?



foto mencomot dari internet...   

Baca juga :
Mencari Trio Belanda, Belum Ketemu
ENGGAK PERNAH BISA TIKI TAKA
KILAUMU BAGAIKAN MUTIARA
AKU DI BELAKANGMU, TIGER WONG
MAMMA MIA HERE WE GO AGAIN, ABBA AGAIN

Selasa, 14 November 2017

TRESNAMU NGUNGKULI TRESNANE


Sliraku ijih eling, Nimas, nalika sliramu uluk pitakonan sing uwis kapendem ning jroning atimu. Luh netes saka netramu. Sajak abot, anggonmu nata swara. Sliraku mangerteni.Saiki utawa mengko, kabeh kuwi bakal kedadeyan.

Ora ana sing kepenak, kahananku uga kahananmu. Nanging temtu kudu dilakoni kanthi semeleh amarga pancen kuwi sing paling becik, wektu iku. “Urip katon ora nyenengake, kangmas. Sliraku ora bisa gathuk karo liyane kejaba sliramu,” gunemmu kanthi mbrambangi.

Tak jaluk pangapuramu, Nimas. Sliraku uga ora kuwasa nadhang tresna marang liyane. Mbokmenawa kuwi pancen uwis ginaris lan ra orane bisa diendhani. Tresna iki ora bisa dijabarke kudu piye, utawa kudu karo sapa anggonku nyelehke ati. 

Nalika rasa tresna ini kadung temancep ning sawijining kenya sing ijih pernah sedulurmu, kuwi uga uwis ginaris. Arepa diwalik-jungkir, sing tak impi-impi tetap dudu sliramu, Nimas. Sanajan sliraku tekan saiki yo durung entuk slirane.

Sliraku tampa kahanan sing ora bisa miturut panjalukku. Semana uga sliramu, Nimas. Amarga kuwi, sliraku njaluk kanthi temenan, sliramu mesthi bisa nampa kahanan. Sliraku sarujuk, kahanan iki durung ana jabar-jereng rampunge kepiye. 

Sliraku mung bisa meneng, lan ngematke, semana uga sliramu. Atiku lara keranta-ranta, semana uga atimu. Wengi iki sliramu kepethuk sliraku. Sliraku ora bisa natap netramu sing bening kuwi metu luh’e. Tresnamu, Nimas, ngungkuli tresnane.

Jumat, 27 Oktober 2017

BERCERMINLAH, BERKACALAH (SEDIKIT), KAWAN

Entah mengapa, bunyi pesan masuk di ponselku yang sudah disetel volume lirih ini masih terdengar oleh telinga. Menyiagakan ragaku yang terbenam sekian jam dalam luapan tidur dan mimpi yang menyenangkan .

“Coba lihat status fesbukku,” begitu kalimat SMS di layar ponselku, yang diakhiri tanda seru dan emoticon orang tertawa renyah. Ah, ngapain juga buka fesbuk sepagi ini, gerutuku sambil melirik jam dinding yang jelas menunjuk angka 6.

Aku pun kembali terlelap dan mendengkur. Meski dua jam kemudian terbangun dan segera meloncat menyambar motor. Dan kembali menjalankan rutinitis, berkeliaran di jalanan. Jaket butut, sepatu buluk, tas sobek, dan topi kumal.

Sampai ketika malam hendak berganti pagi, baru kuingat pesan itu. Dengan malas kubuka media sosial yang entah mengapa tidak pernah membuatku tertarik untuk eksis. Berubah apanya sih temanku satu itu.

Dan aku mendadak tercekat kala membaca status fesbukmu itu, kawan. Seperti bukan kawanku yang menuliskannya. Segera ku menuju kotak percakapan dan menuliskan “Kamu berubah?”.

Tak lebih semenit, kamu langsung membalas panjang lebar yang inti omonganmu pun aku sudah tak paham. “Kamu paham enggak, sih? Mau jadi lebih baik, enggak, sih?” tanyamu di kotak chatting-an fesbuk.

Tak sadar kuketik kalimat ini. “Kamu aja tersesat, gimana bisa membuat aku lebih baik?”, dan kukirimkan kepadamu. Kamu pun membalas membabi-buta dengan sejuta kalimat pembenaran. 

Sepertinya mencari tanda silang di ujung layar komputer ini akan membuat nyaman. Klik, saja. Mau tidur. Besok pagi aku mau ke toko, membeli cermin ukuran cukup besar, yang akan kuhadiahkan untukmu, kawan. Untuk bercermin, sejenak saja.

BACA JUGA
JADI "GURU" DADAKAN DI PERBATASAN

Minggu, 08 Oktober 2017

GEK 'NDANG MILI

Lingsir wengi, kudu tangi..
Nuju turu, kudu ngisi..
Mbendina ngene, kapan prei..

banyu banyu mbok mili'ya..
jo nggawe kabeh rekasa..
tangga teparo dipekso ronda..

mata dijereng nganti kejenggit
lambe komat-kamit
nungga-nunggu banyu, ra wedi dhemit

duh, aduh, Pangeran
tobat encit tenanan
koyo ngene kahanan

ngenteni banyu koyo dolanan delik'an..
lena sithik, tandon ra keduman..
mantheng sewengi, banyu ra sowan..

nunggoni suara mancur..
krungune endah koyo tekukur..
selak awak ajur mumur..

BACA JUGA ARTIKEL LAIN:
MAMMA MIA ! FILM MUSIKAL FULL LAGU ABBA


Sabtu, 23 September 2017

AVANZA vs WULING vs XPANDER


Tahun ini, si kembar Avanza dan Xenia memulai pertarungan sesungguhnya seiring masuknya Wuling Confero dan Mitsubishi Xpander. Sejak tahun 2003 atau 14 tahun bertahta di nomor satu kategori MPV 7 kursi, wajar saja kalau si kembar tentu bikin gerah pabrikan-pabrikan sebelah.


Pertanyaannya, adalah, mampukah Avanza dan Xenia tergusur? atau setidaknya terganggu? Jawabannya adalah bisa, meski itu butuh waktu nan panjang. Masih inget sama Nokia yang jadi raja ponsel sejak era 90 sampai menjelang 2008? Akhirnya tumbang jua. Nokia dengan Symbiannya, terempas dengan cepat gegara android. Siapa yang dulu menyangka hal ini.

Avanza dan saudara kembarnya, Xenia, ini, hadir pertama kali tahun 2003 dan langsung mengguncang. Saat itu dunia permobilan Tanah Air memang tidak punya jenis kendaraan MPV 7 seat yang bentuknya rada ramping. AvXen muncul di saat tepat.

Barangkali, hanya ada Isuzu Panther dan Kijang Kapsul, yang dapat dimunculkan sebagai opsi mobil keluarga dengan mesin di depan. Suzuki dengan seabrek keluarga Carry-nya dan Mitsubishi dengan T-120 SS nya, juga opsi. Tapi jelas beda segmen.

Avanza dan Xenia adalah gebrakan yang dirancang matang. Mengawali tren mobil keluarga jenis MPV yang "fleksibel". Juga solusi atas kondisi ekonomi. Saat muncul AvXen ini termasuk murah lho untuk ukuran mobil baru. Terbuki dua sejoli ini kelamaan bertahta sebagai mobil terlaris yang dimiliki sejuta umat. Di sini senang di sana senang, di mana-mana hatiku senang. Eh, di mana-mana ada Avansa Xenia.

Ertiga yang coba menggoyang 8 tahun kemudian, termasuk rada telat. Ertiga ternyata sampai tahun ini, belum kunjung menyundul. Chevrolet Spin, giliran muncul kemudian. Tapi pabrik yang bikin Spin, di Bekasi, pun ternyata tutup, setelah dua tahun buka. Sebagian orang kecewa.

Keinginan sambalbawang melihat Spin merangsek klasemen atas, pupus sudah. Spin pun harus rela menemani Ertiga, sama-sama (rutin) di belakang AvXen dalam penjualan. Pasca-Spin dan Ertiga, Mobilio yang lalu nongol. Mobilio bikinan Honda ini, ternyata juga masih belum bisa nyundul maksimal.

Pertengahan tahun ini, muncul Xpander dan Confero. Mereka yang sudah bosen AvXen bersorak. Hore ada pilihan lain. Tapi, bisa apa ya, keduanya menghadang AvXen? Antara ragu, penasaran, pesimis, optimis. 

Xpander dan Confero nampaknya mesti mengenal pasar Indonesia yang unik. Coba kita tengok ke belakang, mengapa Ertiga dan Spin belum bisa menggusur AvXen. Alasannya simpel. Karena Ertiga dan Spin tidak (dianggap) banyak memberi apa yang diinginkan pasar (dibaca : orang Indonesia yang ingin membeli mobil 7 kursi penumpang).

Gampangnya gini. Asal mau persis, AvXen bisa ditandingi para kompetitor. AvXen menang karena "mengenal" jalanan dan aspal. Maka dari itu, masukkan juga faktor kondisi jalan. Dan gimana cerewetnya orang kita untuk urusan mobil. Pasar ingin mobil MPV 7 seat yang ground clearance (jarak terendah ke tanah) cukup tinggi, kuat di tanjakan, ukuran cukup mungil, bentuk oke, easy driving, dan ruang kabin lega.

Kompetitor mesti ngalahkan AvXen di situ. Iya, di situ. Bikin ground clearance lebih tinggi, jadi satu syarat utama. Kabin wajib lega, dan ruang belakang mesti bisa untuk muat 4 galon air. Jangan sepelekan ini. Sayangnya, ini yang tidak dilakukan oleh Ertiga, Mobilio, dan bahkan Spin sekalipun. Keempatnya malah lebih panjang dan lebih lebar dari duo kembar Toyota-Daihatsu.

Kedua, tanjakan butuh mobil penggerak roda belakang. Ini seperti kuat mana, narik (penggerak roda depan) dengan mendorong (penggerak depan). Ertiga, Spin, Mobilio malah berpenggerak roda depan.Tidak salah sih. Penggerak depan toh punya sisi plus, seperti lincah bermanuver, irit BBM, hingga kenyamanan. Sambalbawang mengamini itu.

Tapi, orang Indonesia pingin mobil yang seperti AvXen, sebab kadung jatuh cinta. Penggerak roda belakang, lebih tahan banting. Maklum, sebab, kondisi jalan kita masih gini. Banyak masih ancur kayak kulit jerawatan. Coba deh menjelajah jalanan Kalimantan. Penggerak roda depan, bisa terancam remuk. 

Hal lain, orang kita ingin mobil yang servisnya nyaman. Kesampingkan suku cadang ya dan purnajual, karena kalau hanya itu parameter, AvXen menang telak. Servis, penting. Penampilan dan pelayanan, Toyota-Daihatu, sejauh ini, unggul.

Okelah pabrikan lain juga bisa menyamai. Tapi butuh waktu. Ertiga sudah 6 tahun. Tambah Mobilio, dan Spin. Belum juga menggeser AvXen, terutama si-Av. Terbukti kan, teori sambalbawang. Penggerak roda depan dan ground clearance adalah kuntji.

Pasar Indonesia, yang bisa mulai bergerak jenuh (bosan dengan AvXen) agak meleset ditangkap pabrikan lain. Bertahun-tahun begini. Sekarang, Wuling dan Mitsubishi masuk. Wuling punya pengalaman di negeri sana. Termasuk mobil laris. Tapi Mitsubishi? Xpander adalah coba-coba yang “ngeri”. Xpander paling susah diraba pasarnya.

Xpander mengusung penggerak roda depan. Wuling, memilih penggerak roda belakang. Okelah, sekali lagi, kenyamanan dikedepankan. Tapi yang memakai MPV tidak hanya keluarga yang butuh kenyamanan berkendara, tapi juga rental mobil yang butuh mobil dengan biaya operasional dan perawatan terjangkau. Jumlahnya mobil yang dijalankan rental, cukup banyak lho.

Dengan asumsi itu saja, Xpander bakal sulit menembus menyeruak ke atas menggeser AvXen. Wuling mungkin yang malah pelan-pelan merangsek, tapi belum keliatan sekarang. Pasar masih menunggu. Satu-dua tahun ke depan, Wuling akan “berbicara” banyak.

Xpander memang laris di bulan-bulan awal, tapi kondisi ini agak mirip dengan kemunculan Ertiga, Spin, dan Mobilio. Respon pasar baru akan terbaca tahun depan, setelah sekian pengguna bertestimoni. Iya, nggak.

Wuling sambalbawang rasa yang akan memenangkan pertempuran dalam 2-3 tahun mendatang, setidaknya mengungguli Xpander. Faktor harga yang murah menjadi pertimbangan menarik.

Avanza tetap di nomor satu nampaknya, meski semakin tipis market share yang didapat. Avanza, khususnya, tetap akan di nomor satu, karena makhluk satu ini paling ngerti kebutuhan masyarakat. “Sudah sejak 2003 dipercaya....” begitu paling slogan Avanza yang juga disetujui pihak Xenia. Hehe.

Dua-tiga tahun lagi, mungkin kondisi berubah di mana Mobilio, Ertiga, mungkin akan gantian bertengger di posisi 2-4. Ertiga paling mungkin sering duduk di posisi dua dan Xenia di posisi tiga. Wuling sepertinya bakal masuk peringkat lima atau enam. Prediksi sih, merek itu (wuling) banyak di lima.

Spin, dan Xpander, pertarungan akan sedikit dimenangkan Xpander, untuk merebut posisi enam. Tapi selisihnya bakal dikit. Brand Mitsubishi akan sangat menolong Xpander sehingga bisa saja sesekali nyundul minggirkan Wuling. Lalu, kok bisa selisih dikit? Karena Wuling mengusung jargon murah. Versi tertinggi Wuling pun, harganya masih di bawah versi termurah Avanza. Ngeri-ngeri sedap, bukan.

Memang, itu hanya prediksi. Tapi mestinya beberapa bulan lagi prediksi itu idealnya saya ganti lagi. Penasaran lihat ekspansi Wuling. Swear. Pasar masih “trauma” dengan motor Cina, dan itu PR terbesar Wuling. Masih inget motor Cina di era tahun 2000 yang ternyata gagal total. Chery QQ, city car bikinan Cina, juga bisa jadi gambaran. Cuma jualan doang, mana laku di Indoesia. Kualitas saja belum cukup. Klise ya.

Oya, menengok dikit di lini penjual, sebagai ujung tombak diler, ada cerita menarik terhimpun. Ternyata ada temen bilang kalau sales-sales Avanza paling gigih, setidaknya lumayan rutin, memberi informasi produk dan harga. Iseng-seng akan sambalbawang buktikan. Dan, eh, bener juga.

Padahal cukup berharap ditelpon sales Wuling atau Xpander, juga Mobilio dan Ertiga untuk sekedar test drive. Hahaha. Maklum, beberapa kali sengaja duduk di mobil-mobil itu pas pameran. Sembari koleksi brosur. Siapa tahun besok pagi langsung ke dealer, beli mobil guna kulakan kain dan benang.

Tentu prediksi bisa meleset. Sambalbawang kan bukan cenayang. Namanya juga coret-coret sesuai isi hati. Untuk mobil idaman, tetep, sedan. Selalu di hati. Kemarin pas ada pameran di mal, sempat melirik Suzuki Baleno. 

Hanya saja, ketika menengok isi dompet dan saldo tabungan, sambalbawang mesti menghela nafas panjang (banget). Masih lumayan jauh cita-cita itu terwujud, hehe. Brosurnya dulu yang bisa diboyong pulang ke rumah. Mobilnya sih, ya, entar-entar doeloe.. pakai banget, pula.

Begitulah.

BACA JUGA  :  TENTANG HONDA (1) DARI HONDA PISPOT SAMPAI UNYIL
BACA JUGA  :  TENTANG HONDA (2) DARI ASTREA 700 SAMPAI ASTREA 800
BACA JUGA  :  ABBA TALENTA TERBAIK MUSIK SWEDIA

Jumat, 25 Agustus 2017

SEGELAS TEH DARI IBUMU

Seraut wajah ayu yang sudah keriput itu, sangat mengenalku. Ah, kembali kuterabas batas hatiku yang semakin menipis. Sore yang aneh. Tatapan mata yang iba itu benar-benar menusuk sampai relung jiwaku. Seakan palu godam, tapi tak jua terhujam.

Gemetar langkah kaki memasuki rumahnya. Wajahku menunduk, dan kepala semakin tertunduk ketika suara tertuju kepadaku. Menata serpihan hati yang diremukkan anakmu, tidak mudah mengucapkan bahwa aku sore ini kembali lagi, mencari buah hatimu.

Kursi kayu ini pun benar-benar terasa panas, seakan aku duduk di atas lembaran seng yang seharian tersengat terik mentari tanpa ampun. Kulihat lagi wajahnya. Senyum di bibirnya, teduh tatapannya, aku tahu engkau pernah dalam situasi seperti ini. Situasi yang sekarang dialami anakmu. Hanya saja, barangkali kisah dan ending-nya berbeda jauh.

Engkau tersenyum lagi. Lembut kau panggil buah hatimu. Gadis 16 tahun, berambut pendek, dengan kerling mata nan jenaka, dan lesung pipit, itu, masih bersembunyi di kamar. Selalu begitu. Samar kudengar suaranya, menjawab panggilan ibunda tercinta. Aku semakin gemetar.

Kursi kuremas kuat, mulut mengatup rapat, keringat dingin mulai mengalir. Aku sebenarnya tidak lagi sanggup menatap wajah sang remaja ini. Masih sedikit sanggup kutatap wajah ibundanya. Tapi menatap dia, sungguh mendebarkan.

Detik serasa menit. Menit serasa jam. Engkau akhirnya menampakkan diri. Duduk di depanku. Mengenakan kaos putih bergambar logo sekolah kita. Tak ada kata terlontar sampai ibundamu memecah keheningan dengan menawarkan membuat minuman teh. Ah, ibu.

Aku mengiyakan. Aku tahu engkau memberiku waktu dan kesempatan untuk berbincang dengan putri tersayangmu. Meski selama sepuluh menit sebelum teh terhidang, nyaris tak ada kata terlontar dari anakmu. Selain tentu saja, menanyakan mengapa aku masih datang.

"Aku datang untuk kamu. Seperti biasa. Aku hanya mencoba datang di hadapanmu," kataku. Kamu terdiam. "Jika kehadiranku tidak membuatmu berkenan, bolehlah kamu anggap kedatanganku hanya untuk menyapa orangtuamu,"

Tak ada reaksi. Aku tahu saatnya pergi. Tak ada lagi yang bisa kuharapkan dari gadis yang siang-malam kupuja dalam sunyi ini. Kuputuskan pulang. Entah, sore ini adalah kegagalanku yang keberapa untuk mengajakmu membuka suara.

Segelas teh yang telah tersaji, kuminum. Sepet-manis yang pas. Saatnya berpamitan. Ibundamu muncul, dengan tatapan mata yang teduh. "Lain kali datang lagi, ya, dik," katanya. Aku mengangguk pelan. Aku tahu itu hanya untuk menghiburku.

"Pasti, bu," jawabku seriang mungkin meski aku tahu engkau menangkap kesedihanku. Aku pasti akan datang lagi untuk bersilaturahmi denganmu, ibu. Tidak ada yang salah dengan anakmu. Dan tidak ada yang salah juga dengan diriku.

Akhir pertemuan sore itu, ternyata masih berlangsung beberapa menit lagi. Sial. Motor butut yang setia menemaniku, ini, kembali ngambek. Seperti tuannya. "Macet lagi ya dik, skuternya," kata ibundamu dengan tatap mata iba.

Aku hanya bisa mengangguk sembari meringis malu.

BACA JUGA ARTIKEL LAIN :

"MAMA" by PAULINA, PROYEK LAGU PERTAMA
MENGAPA HARUS NGEBLOG
DI RELUNG KAMARKU (cerpen)
BASA WALIKAN
THE AQUARIAN ?

Kamis, 24 Agustus 2017

WELCOME, KIMI SI KURA-KURA

Suatu sore yang cerah. Sambalbawang tengah bersantai memeluk gitar. Mendadak terdengar suara "braaak". Cukup keras bunyinya. Sesuatu pasti jatuh dari atas dan menimpa atap seng rumah. Celingak-celinguk. Sebentuk benda terlihat, berwarna kehijauan. Mendadak benda itu bergerak-gerak.

Segera kacamata dipasang dan cepat berlari mendekat. Apa itu gerangan? Badalaaah.. Seekor kura-kura brazil !!. Seberat hampir sekilo. Berkedip-kedip matanya, mungkin dia bingung dirinya berada dimana. Sama seperti herannya sambalbawang. Mestinya dia tahu, ini halaman belakang rumah.

Tapi dia tidak tahu, pastinya. Entah jua darimana dan bagaimana dia bisa terjatuh dari atap. Dugaan terbesar, naik lantai dua rumah tetangga. Dan meluncur turun. Putus asa? Bunuh dirikah? Emang dalam sejarah kura-kura, pernah putus asa lalu tetiba bunuh diri?

Dikonfirmasi ke tetangga, tidak ada yang merasa memiliki si kura-kura. Sampai ada satu warga yang merasa itu kura-kuranya, tapi hilang setahun lalu. Entah juga ini kura-kuranya atau tidak, hanya si kura yang tahu. Habis wajah mereka sama semua.

Tapi sudahlah, yang pasti, dia menjadi anggota keluarga besar Samantha Modiste Balikpapan. Sehari setelah kejadian si kura-kura ijo terjun bebas ini, kami sudah dapat nama untuknya. Kimi.

Dan begitulah si Kimi. Sukanya makan, berendam, jalan-jalan mengitari halaman, berjemur, seperti layaknya kura-kura brazil lainnya.

Baca juga :
KILAUMU BAGAIKAN MUTIARA
DI RELUNG KAMARKU (CERPEN)
JADI "GURU" DADAKAN DI PERBATASAN
MENGAPA HARUS NGEBLOG
"MAMA" by PAULINA, PROYEK LAGU PERTAMA
THE AQUARIAN ?

LILAC, SEPENGGAL CERITA TENTANG PASSION BERMUSIK 

Sabtu, 08 Juli 2017

MODISTE IKUT PAMERAN ? ITU KAMI, SAMANTHA PROJECT BALIKPAPAN

Sambalbawang belum pernah melihat penjahit busana mengikuti pameran. Setidaknya begitu. Sampai kemudian menemukan, dan, hehe, asyiknya, itu adalah stan sendiri. Setelah setengah tahun membuka lapak, pameran pertama itu muncul. Tak terduga.

Balikpapan Loop Pop Up Market, event pertama, sungguh menggoda. Nyaris tidak ada persiapan, sambalbawang dan saudara bojo kelabakan. Keasyikan menerima order, dan sendirian mengerjakan, berimbas tiadanya stok.

Nggak lucu dong kalau ngikut pameran tapi cuma bawa mesin jahit. Dua minggu sebelum pameran, Agustus 2015 lalu, saudara bojo pontang-panting membikin baju untuk dipajang. Nggak lucu pula, kan, kalau hanya majang sehelai baju.

Saudara bojo mendadak juga butuh manekin. Juga butuh rak kayu untuk memajang baju. Dipetakan sekilas, ruang stan masih cukup lapang, Tante dari sodara bojo yang notabene perajin tas, memberi secercah peluang.

Namun juga tetap harus berburu rak susun untuk meletakkan tas-tas handmade ini. Mesti pula beli tempat pajangan kain, yang akhirnya diputuskan seminggu sebelum hari-H. Langsung order dua unit ke perajin rotan, yang untunglah disanggupi.

Urusan masih panjang. Balik lagi ke tukang kayu untuk pesan papan nama. Masih pesen lagi dua gepok kartu nama. Sodara bojo menjadi "komandan" untuk urusan tata letak dan pemilihan bahan, Diputuskan pula, sepeda tua di rumah, ikut diangkut.

Pameran kedua, Welcoming Days Telkomsel 4G-LTE pada 1-4 Oktober 2015 di parkiran Mal Balikpapan Super Block (BSB). Hal uni terjadi di sini, yakni pembayaran memakai T-Cash. Uang elektronik. Rada ribet, tapi mengasyikkan juga karena baru pertama kali begini. Merasakan pertama kali "bayaran" dengan cara "digesek", hehe.

Pameran ketiga, 31 Maret-3 April 2016, bertajuk Telkomsel Loop Pop Up Market, dihelat di parkiran mal Balikpapan Baru. Di tempat yang sama, pameran keempat, berjudul Pop Up Market, diadakan, 28 September-2 Oktober 2016.

Lalu dilanjutkan pameran kelima di roof top Bandara Sepinggan, Balikpapan, 3-7 Mei 2017 lalu. Di empat pameran pertama, Samantha mengisi puncak acara, yakni trunk show, fashion show skala kecil. Para model dari Srinthil Agency Balikpapan, didandani mbak Samantha, menyita perhatian para pengunjung pameran.

Sedangkan pada pameran kelima, urung digelar trunk show, lantaran hujan deras. Pawang hujan nampaknya kurang "perkasa" menangkal hujan. Rada sebel, sih, tapi tidak mengapa, namanya juga hujan. Alam tak bisa dilawan. Setidaknya karya masterpiece kami bisa dipajang di bengkel mode Samantha di Cluster Berau, Wika.

Dan inilah tampang stan Samantha saat pameran keenam, Mei lalu. Samantha berbagi kapling dengan Barakati, produsen rok nan kece, di Balikpapan.



Ah, jadi gimana dan kapan pameran keenam Modiste Samantha a.k.a Samantha Project? So pasti seru, lah.Jadi tunggu saja tanggal putarnya. Tertarik dan penasaran gimana modiste Samantha, silakan kunjungi web kami :  MODISTE SAMANTHA BALIKPAPAN
Atau instagram  : @samanthaproject


BACA JUGA  :  24 FINALIS DUTA WISATA BALIKPAPAN PAKAI BAJU SAMANTHA
BACA JUGA  :  ABBA TALENTA TERBAIK MUSIK SWEDIA
BACA JUGA  :  GATOTKACA TAK HANYA OTOT KAWAT BALUNG WESI
BACA JUGA  :  KELAS SHIBORI ALA SAMANTHA PROJECT BALIKPAPAN

Sabtu, 24 Juni 2017

BALIKPAPAN JADOEL - NOSTALGIA SEBENTAR SAMA BARANG LAWASAN

Semakin ke sini, generasi 90 semakin menunjukkan ke-eksis-annya, kejadulannya. Jaman memang sudah berubah bahkan berlari, tetapi generasi era ini masih bercita-cita merasakan lagi nostalgia. Istilah kekiniannya, susah move on.

Sambalbawang termasuk bagian generasi 90. Makanya tidak heran, ketika dikasih tahu ada pameran bertopik serba jadul, langsung saja girang hati dan bodi. Segera tancap gas ke lokasi pameran bertitel “Sound of Ramadhan” di Pentacity Mall Balikpapan, 17 Juni lalu, bersama sodara Bojo yang juga pecinta lawasan.


Om Yudi, salah satu kolektor barang lawasan di Kota Minyak, lagi jaga stan malam itu. Mengawal sederet “harta karun” yang terhampar, bikin mata-berkunang-kunang karena kepengen. Pakai banget, lagi. 

Masuk ke pameran, mata langsung “ditampar” beberapa walkman jadul. Ada Sanyo M-G31 yang masih “sarungan” kulit. Kata Om Yudi, nih walkman bikinan tahun 1979. Ini mah tahun sambalbawang lahir.

Mendengarkan "Chiquitita", tembang lawas ABBA, pakai walkman itu, saat itu, pasti mengasyikan. Anti mainstream. Karena yang mainstream adalah tape compo dan tape deck yang kagak bisa dijinjing, apalagi dicantolkan pinggang.

Balik lagi ke pameran. Merek lain di jajaran walkman, diwakili oleh Sony dan JVC, dua brand asal Jepang. Oke. Oh iya, barangkali masih ada yang penasaran, mengapa walkman begitu legendaris? Untuk menjawab, kita mesti balik arah dulu ke era sambalbawang masih duduk di bangku SD dan SMP.

Siapa yang bawa walkman, bisa dipastikan akan terkenal. Khazanah musiknya di atas rata-rata, juga isi kantongnya. Sedikit banyak juga menggambarkan gimana “strata” sosial. 

Sambalbawang punya walkman pertama kali ketika duduk di kelas 2 SMP. Mereknya Sunny, bahannya plastik. Harganya, yah kira-kira seperlima walkman merek Jepang yang termurah. Dibeli di supermarket setelah menabung beberapa minggu. 

Di pameran yang langka ini, ada juga real tape portabel merek National, bikinan tahun 1960-an. Kata om Yudi, isi di dalamnya adalah rekaman suara Titiek Puspa saat nyanyi dan sedang siaran. Ini piranti wajib radio-radio kala itu, ya.

Ada pula tape compo bermerek Telesonic. Wah, ini satu lagi merek asal negeri sakura, yang (dulu) amat terkenal, tapi tak lagi berlanjut. Ada pula tape merek Sanyo MS400K dobel speaker, yang sayangnya tidak berfungsi. Selain merek-merek di atas, dipajang tape dek merek Nakamichi. 

Gramaphone engkol juga ditaruh sebagai penanda ini adalah zona jadul "garis keras". Saudara bojo tak henti-henti menatap alat itu. Kayaknya rada takjub menyadari bahwa kita pernah hidup di masa ketika pemutar musik hanya bisa dilakukan memakai gramaphone. Duh, susah banget ya menikmati musik, kayaknya. 

Dan satu hal lain yang juga asyik, adalah ratusan kaset terhampar. Rapi jali berderet di susun di rak kayu dan di atas meja kayu. Ada beberapa kaset grup legenda semisal Gigi, Nugie, GNR, Metallica, Green Day, Sheila on7, Dewa, Jamrud, sampai Karakatau. Kaset Hari Moekti, Vina, dan Crisye, juga ada.

Kaset-kaset Nirvana, White Lion, Muse, Scorpions, Halloween, Santana, dan Bon Jovi, ada. Oscar Harris pun, ada. Dan yang mengharukan, ada satu kaset Sanggar Cerita. Jadi kepengen nanyi “Slamat berjumpa dengan sanggar cerita, dalam kisah lagu dan cerita, lalala. Mari kita dengarkan, mari kita nikmati..”

Di tengah stan pameran, ada satu kotak terlihat, dan isinya ternyata sejumlah piringan hitam (vynil). Mendadak jadi inget turntable sambalbawang yang sudah 4 bulan ini koit, tidak bunyi. Hm, sebagian kaset dan vynil ini boleh dibeli pengunjung. Namun mayoritas kaset, tidak untuk dijual. Hiks.

Om Yudi juga menjual satu box set The Beatles. Nyaris pingsan melihatnya. Ada 14 album ditambah buku tebal berisi foto-foto empat musisi asal Liverpool itu. Secara sambalbawang termasuk die hard-nya Beatles sejak SD, it’s amazing.

“Yang satu box set ini saya jual murah,” kata om Yudi, yang di instagram bernama “babetopbs” ini. Nah siapa berminat? Murah lho. Tinggal telpon saja si-om Yudi. Mau nanya seputar servis barang lawasan, bisa ngontak dia juga.

Pameran seperti ini penting bagi Balikpapan agar terus terjaga kejadulan warganya, terutama para generasi 90-an. Jadul itu keren, dan ketje bukan? Enggak jadul, enggak seru. Enggak jadul, ke laut aje. Enggak jadul, ketinggalan zaman. Enggak jadul, cape dech.

Semakin keren dan wawawa, karena sambalbawang bisa menebus dan membawa pulang satu kaset Metallica yang black album. yang kovernya item memplak itu loh. Ini adalah kaset ketiga black album milik sambalbawang, setelah dua sebelumnya sudah pensiun. Nggak usah tanya mengapa kaset-kaset bisa pensiun.

Begitulah, jreng.





Baca Juga  :  THE BEATLES FOREVER
Baca Juga  :  KILAUMU BAGAIKAN MUTIARA
Baca Juga  :  SARADAN





Sabtu, 10 Juni 2017

KISAH NASI GORENG DAN BRIGHT GAS MUNGIL


Dari sekian banyak masakan yang pernah sambalbawang bikin, nasi goreng termasuk amat sangat jarang. Meski kalau ditanya, ya suka-suka saja sama nasgor. Untuk urusan nasgor, lebih banyak hasil masakan sang belahan jiwa.  

Nah ternyata pada suatu ketika di bulan ramadhan ini, ada pengumuman lomba memasak nasi goreng. Journalist Cooking Competition, begitu judulnya. Tempat kejadian perkaranya ada di halaman kantor Pertamina Balikpapan, Sabtu 10 Juni 2017 sore. Dari judulnya sudah ketahuan siapa saja peserta lomba hore ini.

Lomba memasak, sebenarnya sudah banyak bertebaran. Tapi yang cukup unik kali ini, event-nya juga untuk mempopulerkan Bright Gas tabung 5,5 kg. Si Pinky mungil yang nongol di bumi etam sejak Februari 2016 ini termasuk elpiji nonsubsidi sekuel bright gas 12 kg.

Barangkali, gegara asyik mantengin pinky kecil yang masih mulus catnya, hati jadi adem. Hahaha. Imbasnya, sambalbawang mengikuti lomba dengan tenang, kalem, dan ceria. Sementara peserta lainnya “ngebut” dengan kecepatan 80-90 km per jam. Sambawalbawang tetap woles.

Batas waktu 30 menit, sebenarnya kan cukup. Dan terbukti tiga menit sebelum waktu habis, sajian nasgor sudah selesai. Lho kok mepet? Lha wong, 15 menit setelah peluit wasit berbunyi, sambalbawang baru mulai menggoreng.

Sesuai konsep awal, nasi goreng pun tampil sederhana. Meniadakan saus yang merah, menepikan lada, juga menyingkirkan terasi. Vetsin di-skip, sementara kecap hanya dituang tiga tetes. Nasgor nampak kalem, hanya berwarna putih-kekuningan. Beda jauh dengan 12 tim peserta lain yang nasgornya sampai berwarna merah membara.

Tapi jangan salah, ini bukan sembarang nasgor. Ini nasgor spesial. Coba sampeyan dekatkan hidung, dan cium aromanya. Full bawang putih, bukan? Ya iya, lah, kan memakai 7 siung. Bawang putih ini juga untuk menjauhkan arena lomba dari serbuan drakula, hehe.

Tak hanya bawang putih, namun juga disertakan 8 cabai rawit, sebagai penegas bahwa nasgor tetaplah berkarakter. Vitamin C nan pedas memenuhi menu ini. Nggak pedes, nggak rame. Nggak pedes, kelar hidup loe. Gitu sodara,

Panitia memberikan dua butir telur ayam. Cocok. Satu telur difomat ceplok dan dibikin seayu mungkin, lalu ditidurkan di puncak gunung nasgor. Satu butir telur lainnya melebur dalam hamparan butir-butir nasi. Irisan tomat dan timun, cukup beberapa, dan disematkan di akhir penyajian.

Tandem masak, om Riyadi, pemuda yang masa mudanya dulu aktif di eskul pramuka ini, bekerja optimal sampai sempat tergores sedikit jarinya karena pisau panitia superduper tajam. Sekadar info, kami tergabung di tim “Solar”.  Cukup ngeri juga pilihan nama tim yang diacak panitia.

Tapi oke-oke saja. Setidaknya "Solar" masih ada kesan garang dan laki banget. Sesuai karakter mesin diesel berbahan solar, hasil akhir masakan memang sederhana. Solar untuk mesin diesel yang kuat di tanjakan dan tidak rewelan. Dan seperti itulah karakter nasgor “Solar” .

Tantangan berat lomba adalah, nasgor-nya enggak boleh dicicipin karena belum waktunya berbuka. Jadilah, selama lomba, semua peserta akhirnya "meraba-raba" bagaimana rasa masakannya. Kurang garam enggak ya, atau kurang pedes.

Panitia juga menggariskan, peserta enggak boleh bawa bahan dari rumah, Jika diperbolehkan, sambalbawang sih sudah menumpuk kerupuk "memagari" nasgor. Bukankah hakekat nasgor adalah juga berpadu harmonis dengan suara "kriuk" ?

Dan begitulah, kisah lomba memasak nasgor yang sudah kedua kali sambalbawang ikuti. Lomba pertama tahun 2013 lalu di Pasar Segar Balikpapan. Saat itu sambalbawang berduet dengan belahan jiwa, memasak nasgor jamur.

Tidak ada piala dan piagam dari dua lomba itu. Tapi tidak mengapa, karena ini kan hanya lomba. Hanya celemek yang dibawa pulang, hati sudah cukup gembira kok. Hal terpenting adalah menikmati lomba itu sendiri. Jarang lho ngikut lomba kayak gini.

Barangkali, dua lomba ini akan membuka kesempatan untuk semakin memikirkan peluang membuka warung nasgor. Jika pakai si pinky, barangkali bakal jadi warung nasgor pertama di Indonesia yang memakai bright gas 5,5 kg. Cukup mengharukan, bukan?

Tetapi keinginan yang mendadak terlintas di benak tersebut, segera hilang, karena lebih kuat dorongan untuk membuka warung gudeg. Hahaha. Begitulah.

Baca Juga :  AKHIRNYA MENEMUKAN GUDEG
Baca Juga :  TEH NASGITEL - PET
Baca Juga :  ANGKRINGAN OH ANGKRINGAN
Baca Juga :  PENGEMIS BBM SUBSIDI
Baca Juga :  TEH VS KOPI
Baca Juga :  JAHIKAN KAINMU KE MODISTE SAMANTHA BALIKPAPAN
Baca Juga :  DI RELUNG KAMARKU (CERPEN)

Minggu, 28 Mei 2017

MAMMA MIA ! FILM MUSIKAL FULL LAGU ABBA

Mamma Mia. Supergrup asal Swedia, ABBA, merilis lagu berjudul itu tahun 1976, dua tahun setelah mereka dikenal dunia karena memenangkan Eurovision Song Contest.  Mamma Mia diadopsi dari bahasa Italia, yang berarti “ibu saya”. Tapi definisi lebih fleksibelnya, Mamma Mia berarti “aduh mak”.



Mamma Mia hanya satu dari banyak lagu ABBA yang membukukan hits. Garis besar lirik lagu ini tentang seorang cewek yang patah hati, berpisah sama yayangnya. Namun dalam lubuk hati masih merindu. Ada kesalahan pada si cowok, tapi si cewek merasa ikut andil salah. Dan ketika si cowok (agaknya) datang lagi, si cewek tak kuasa menolak.

ABBA meracik lirik dan judul secara jenius dalam Mamma Mia. Dengan nada riang-menggelitik, Mamma Mia cepat menarik perhatian. ABBA memang sudah bubar tahun 1982, namun tidak dengan lagu-lagunya. Dan begitulah film Mamma Mia ! lahir, jelas dari mereka-mereka para fans grup yang berjaya di tahun 1974-1982 ini.

Film Mamma Mia ! dirilis tahun 2008, atau 32 tahun setelah hits Mamma Mia tercipta. Rentang waktu yang panjang. Film itu pun sebenarnya terinspirasi dari pertunjukan drama musikal berjudul sama, Mamma Mia, yang dipentaskan tahun 1999. Dihitung sekarang, berarti film Mamma Mia ! sudah 9 tahun silam.

Rada telat untuk membahas film itu, tapi enggak apa-apa. Sebagai fans berat ABBA saya pun merasa wajib untuk mengungkit film asal Amrik itu. Di samping itu, tahun depan kabarnya dirilis sekuel film ini. Betapa.... Jadi, mari kita kulak-kulik dikit nih film. Sebagai kata pembuka, perlu dicatat bahwa genre film ini musikal, berbalut komedi. Tidak banyak yang berani bikin film genre musikal, dan tidak semua sukses.

Di sinilah letak keberhasilan gambling semua “arsitek” film ini. Jika belum pernah nonton film ini, segeralah nonton. Sungguh. Ini film bagus, tak hanya sekadar menggali memori akan ABBA. Satu hal yang jelas terbaca dalam film ini adalah alur cerita yang sederhana, tapi kuat dalam penyajian.

Didukung pula oleh beberapa nama tenar, seperti Meryl Streep, Pierce Brosnan, Christine Baranski, Julie Walters, Colin Firth, Stellan Skarsgard, dan Amanda Seyfried.  Menyadari ini film juga menampilkan keromantisan, latar belakang film pun dipilih yang pas: Skopelos, sebuah kepulauan kecil di Yunani.

Donna Sheridan (Meryl) tinggal bersama putri semata wayangnya, Sophie Sheridan (Amanda) di sana. Mengelola sebuah penginapan lawas. Meryl yang tumbuh dewasa sebagai gadis cantik, hendak menikah dengan Sky (Dominic). Cerita mulai bergulir dari rasa penasaran Sophie akan siapa ayahnya.

Donna tidak pernah cerita. Entah bagaimana Sophie suatu kali menemukan buku diari ibunya dan menemukan tiga nama pria yang dalam diari itu dikisahkan menjalin hubungan romantis dengan ibunya. Mungkin juga pernah titik titik titik (tahu sendiri lah). Itu pun tertuang di diari.

Sophie yang merindu sosok ayah, berniat mengundang mereka bertiga menghadiri resepsi pernikahannya. Sam Carmichael (Pierce), Harry Bright (Colin), dan Bill Anderson (Stellan). Sophie yakin bingits segera tahu siapa ayahnya begitu melihat wajah mereka.

Donna jelas tidak tahu rencana itu. Di sisi lain, Donna pun mengundang dua sohib karibnya yang dulu sama-sama gokil. Ketiga cewek paruh baya ini yang nantinya kebagian nyanyi banyak lagu ABBA di film tersebut. Sophie juga mengundang dua karibnya, yang juga kebagian nyanyi-nyanyi.

Bisa ditebak, kekacauan apa yang silih berganti bermunculan. Sam, Harry, dan Bill yang tidak saling kenal, diminta Sophie untuk mendampingi saat pernikahan. Ketiganya memang pernah deket sama Donna di waktu muda, dan gokilnya lagi, mereka semua mengira masing-masing adalah ayahnya Sophie.

Donna jelas gelagapan ketika pada akhirnya tahu ketiga pria itu ada di depan mata. Lha wong dia sampai tidak yakin siapa ayah anaknya. Dan selama ini menyimpan rapat selama 20 tahun semua kenangan itu. Tapi, kini malah berantakan. Pierce, eh Sam, sepertinya yang paling membekas di hatinya dulu. Celakanya lagi, atau untungnya, Sam kini berstatus duda, dan mengaku (di tengah film) bahwa pernikahannya kurang bahagia.

Akhir film cukup asyik. Sophie menunda pernikahannya karena ingin jalan-jalan dulu keliling dunia. Yang menikah justru Donna dengan Sam. Dua karib Donna juga lalu pedekate dengan Bill dan Harry. Susah-susah gampang kan ditebak alur cerita film ini.

Lagu-lagu ABBA, berseliweran sepanjang durasi film. Ada 22 lagu, antara lain Dancing Queen, The Winner Takes It All, Super Trouper, SOS, Take A Chance, I Have A Dream, Chiquitita, Slipping Through My Fingers, Lay All Your Love On Me, Thank You For The Music, Honey Honey,  I Do I Do I Do, Money Money Money, Does Your Mother Know, Waterloo, Voulez-Vous, The Name of The Game, Our Last Summer, When All Is Said And Done, dan tentu saja Mamma Mia. Gimme Gimme Gimme, yang intronya melegenda ini, ditampilkan beberapa kali.

Menariknya film ini, tak bisa dimungkiri karena Meryl Streep, aktris kawakan penyabet Oscar beberapa kali. Meryl bisa memerankan sosok ibu separuh baya umur 45-50 yang bertransformasi. Dari “liar” sewaktu muda (termasuk dalam hal pacaran), menjadi seorang ibu yang tenang dan menenangkan. Namun menyisakan juga sisi tomboy dan kikuk.

Dalam Mamma Mia !, setiap lagu dicarikan penggal film yang cocok. Ketika tiga pria masa lalunya muncul, Donna dimotivasi dua karibnya, diingatkan bahwa Donna muda adalah gadis yang penuh gairah. Dengan kata lain, hadapilah fakta kehadiran tiga pria itu. Maka, lagu Dancing Queen-lah yang keluar. Lalu, saat Donna menangis, dua sohibnya duet melantunkan Chiquitita. Oh iya, Chiquitita ini artinya gadis kecil dalam bahasa Spanyol. 

Di saat Donna tersudutkan pada (kekewaan) situasi masa lalu yang terbawa sampai tua, ia menyanyikan lagi The Winner Takes It All. Dalam cinta segitiga waktu mudanya, Donna merasa sebagai pihak yang kalah. Ketika Sam berlutut melamar Donna, dan meminta jawaban, keluarlah lagu I Do I Do I Do yang dinyanyikan rame-rame oleh para tamu undangan. 

Ketika Sophie membaca diari ibunya, Sophie menyanyikan Honey Honey. Ini satu hal menarik, jika tahu dan hapal lagu itu. "And now I know what they mean, you're a love machine. Oh you make me dizzy..." Hoho, ternyata Donna muda adalah seorang perempuan yang "membara".  

Dalam adegan lain, kala salah satu karib (cewek) nya Donna merasa ada peluang pedekate sama dua pria masa lalunya itu, lagunya Take A Chance. "If you're all alone, when the pretty birds have flown, Honey I'm still free, take a chance on me. Gonna do my very best, and it ain't no lie, if you put me to the test, if you let me try". Sambar aku, mas, sambar aku.. Gitu mungkin, maksud si cewek. 

Di bagian awal dan menjelang akhir film, muncul lagu I Have A Dream, yang melukiskan perasaan Donna. Impiannya. Saat Sophie meyakinkan cintanya ke calon suami, ia bernyanyi Lay All Your Love On Me. Lalu, ketika salah satu sahabat Donna malah (sialnya) didekati seorang cowok muda, anak pantai, coba tebak apa lagu ABBA yang muncul? Yup, Does Your Mother Know. 

Bagi penggemar musik ABBA, seperti saya, film Mamma Mia ! cukup memberi hiburan. Memang ada beberapa adegan slapstik seperti ketika Donna jatuh dari atap ke bawah, gegara ngintip kamar (loteng sebuah bangunan) yang ditempati Sam, Bill, dan Harry. Jatuhnya pas jerami, pula. Tapi tak mengapa, karena tidak mengganggu jalinan cerita.Toh ini juga film rasa komedi.

Membahas keasyikan film ini, tentu tidak sah jika tidak nyentil kekurangannya. Ada beberapa hal yang jadi nilai minus, Salah satunya, adalah, lagu-lagu ABBA tidak terdengar cukup merdu. Sebab, yang nyanyi ya semua aktor dan aktris. Padahal kita semua, seisi dunia, bahkan janin pun tahu, gimana seksi dan kece badainya suara Agnetha dan Frida (duo vokalis ABBA). 

Memang tidak berharap banyak, di film ini, para aktor dan aktris menyamai suara mereka berdua-juga berempat (dua anggota ABBA lainnya kan cowok). Jadi sebelum nonton film harus bersiap dengan kenyataan itu.Tapi okelah, lumayan suara Meryl. Tetapi, vokal pakde Pierce, haduh... Sementara kualitas vokal Sophie, meski cukup centil, tapi ya rada pas-pas-an.

Kalau tentang kualitas berakting, sih, aman-aman saja. Enggak buruk, meski juga tidak istimewa. Namun, Meryl kiranya menjadi pembeda yang akhirnya “menutup” keseluruhan penampilan. Dari segi kesesuaian lagu dan cerita, cukup bagus, tidak bikin kecewa. Lirik lagu yang sesekali diubah-menyesuaikan kondisi-tidak bertabrakan atau tidak terkesan dipaksakan nyambung dengan cerita. Nampak di pas-pas-kan, tapi tidak maksa. Gitu deh.

Kekurangan lainnya film ini, yakni, ada hal yang rada-rada enggak logis. Misalnya, mengapa Donna memilih tidak menikah. Meski tidak tahu persis siapa yang menghamili, setidaknya kan ada tiga pilihan pria. Toh mereka juga pernah (di masa itu) menyandang predikat sebabagi boyfriend-nya Donna. Bener, enggak? Tapi,, baiklah, tak jadi soal. 

Mereka yang berharap mendengar lagu ABBA setidaknya terlantun cukup merdu, jelas bakal kecewa. Tapi ini kan film musikal beraroma komedi, jadi ya masih dalam batas kewajaran. Hal yang menarik, menurut saya, film ini cocok buat mereka yang kenal lagu-lagu ABBA tapi tidak terlalu ngefans, juga mereka yang awam ABBA. Sekadar informasi, terjemahan lirik lagu ABBA, ternyata cukup puitis.

Kita diajak bernyanyi di sepanjang film yang juga cukup full dansa ini, sehingga tak terasa 1,5 jam berlalu begitu cepat. Mamma Mia besutan sutradara Phyllida Lloyd ini sukses besar dan dikabarkan meraup pendapatan hingga 609,8 dollar AS.  Pemilihan Mamma Mia sebagai lagu utama di film ini, terbukti tepat dan "menjual".

Sebagai penikmat film, yang belum bisa disebut kritikus film, saya menganggap film ini lumayan asyik dan pil mujarab nan wajib bagi para fans ABBA. Hanya saja, ada beberapa adegan dewasa yang terlalu berlebih diumbar. Menurut saya sih, dihilangkan atau direm “kadar” adegan itu, tidak menghilangkan substansi.

Tapi karena bukan saya yang bikin film Mamma Mia ini, ya terserah kehendak sutradara bagaimana jalan ceritanya. Tapi bolehlah kita mengritik sedikit sebagai fans ABBA. Sebagai penutup, jika film ini harus diberi skor dalam rentang 0-10, maka saya beri nilai 7. Enggak boleh protes ya.