Kejadian 30-an tahun silam itu masih teringang di benak. Memang wajar kalau ibu lantas berang karena menangkap basah aksi mangap-mangap sambalbawang ini hampir tiap hari. Enggak pagi, enggak siang, enggak malam. Cuma pas tidur, kebiasaan itu hilang. Saradan memang bikin malu meski sepertinya orangtua yang paling malu.
Sebenarnya, saradan itu apa sih? Dalam bahasa Jawa, saradan diartikan sebagai kebiasaan menggerak-gerakkan bagian tubuh secara berulang-ulang demi kepuasan hati. Ini dilakukan dalam kondisi sadar, tahu bahwa tidak cukup baik untuk diteruskan, tapi tak bisa menahan.
Hal yang menarik dari saradan ini adalah bentuknya tidak
sama tiap orang. Ponakan punya saradan
mengibaskan tangan secara tiba-tiba seperti gerakan tangan penari. Dan untuk
yang mangap-mangap ini saya tidak sendiri, karena ada ponakan yang ngikutin.
Hihi.
Ada yang menggetar-getarkan leher sembari merem-melek, seperti
orang ayan mendadak kumat. Ada yang nendang-nendang meja. Ada yang mendongakkan
dagu naik-turun, dan ada yang mengernyitkan mata seperti kelilipan tapi
skalanya akut. Ada yang saradannya mencabuti rambut kepala, dan ada yang menggoyangkan kaki. Ada pula yang punya saradan menggigit-gigit kuku, mengingatkan pada seorang cewek
manis di masa lalu. Eh...
Ada yang saradannya menggertakkan gigi maupun menggoyangkan rahang. Ada
yang hanya merentangkan jari-jemari seperti mau senam. Dan ada juga yang punya
saradan menjedukkan (menabrakkan) jidat ke tembok, meski hanya sebatas benturan
manja.. Ahahaha. Masih banyak seabrek saradan lain, tapi nggak mungkin kita
paparkan satu demi satu.
Saradan kadang berlanjut di usia remaja, bahkan dewasa.
Meski kadang berganti, namun hakekatanya tetap sama, saradan. Semua sepakat itu
tidak baik, setidaknya jika mengacu ada sebagian saradan yang seperti menyiksa
badan, maupun alasan tidak etis. Kadang saradan ini tetep muncul meski sudah beneran direm
pol.
Entah kenapa pula, saradan bisa hilang seiring waktu. Ajaib, kan. Sebenarnya pula, sambalbawang
ingin menulis tentang saradan ini sejak beberapa bulan lalu, tetapi baru niat
sekarang. Alasannya? Kemarin pas di jalan, ada seorang pengendara motor di depan yang menyita perhatian. Dia sering
menoleh ke kiri secara mendadak.
Karena penasaran, sambalbawang sengaja ikuti orang itu sampai 6-7 km. Agak kurang kerjaan, sih, tapi kok ya pengen mbuntutin. Untunglah, dia serute sama sambalbawang. “Busyet, mau matahin leher sendiri, tuh orang,” begitu suara dalam batin. Sampai tak sadar, ternyata mbatinnya itu pun sambil mulut saya mangap-mangap.
Karena penasaran, sambalbawang sengaja ikuti orang itu sampai 6-7 km. Agak kurang kerjaan, sih, tapi kok ya pengen mbuntutin. Untunglah, dia serute sama sambalbawang. “Busyet, mau matahin leher sendiri, tuh orang,” begitu suara dalam batin. Sampai tak sadar, ternyata mbatinnya itu pun sambil mulut saya mangap-mangap.
BACA JUGA :
GATOTKACA TAK HANYA OTOT KAWAT BALUNG WESI
PELUKAN (CERPEN)
MENGAPA HARUS NGEBLOG
BLOGER BALIKPAPAN RAYAKAN HARI BLOGER NASIONAL 2019
GATOTKACA TAK HANYA OTOT KAWAT BALUNG WESI
PELUKAN (CERPEN)
MENGAPA HARUS NGEBLOG
BLOGER BALIKPAPAN RAYAKAN HARI BLOGER NASIONAL 2019
Mungkin ada penjelasan secara ilmiah tentang "saradan" itu. Terutama berkaitan dengan kinerja syaraf..Jadi, emang di luar kontrol otak kita.
BalasHapus