Sebetulnya, kalau tidak mengingat pekerjaan, malas keluar rumah untuk
merayakan pergantian tahun. Bukan malas keluar rumahnya, tapi malas menembus
kemacetan lalu lintas, malas berdesak-desakan, dan bete mengirup asap bekas
petasan terbakar. Juga bosen mendengar suara petasan bertubi-tubi nan memekakkan telinga.
Mungkin faktor U, atau mungkin juga faktor dari dulu tidak suka
perayaan yang gegap gempita. Nyatanya, sampai sekarang pun enggak suka
hiruk-pikuk. Tepatnya susah menikmati kehiruk-pikukan, kecuali pertunjukan
musik hehe. Kalau mas-mas dari Metallica manggung, atau Jamrud, atau Kla, atau
Slank, atau SO7, ya itu perkecualiannya.
Tadi malam, bersama belahan jiwa, berkeliling melihat situasi. Menikmati
suara petasan dan terompet yang memekakkan telinga di salah satu sudut kota Balikpapan.
Seperti biasa, ramai, riuh, musik campur sari, dangdut, pedagang tumplek-blek,
jejeran motor yang parkir sebisanya, dan tentu saja, sampah tersebar di
mana-mana.
Anak-anak muda keluar naik motor, berkendara zig-zag,
ketawa-ketawa, berboncengan, dan tanpa mengenakan helm. Orang yang setengah
tua, pun, demikian. Anak-anak kecil berbaur bersama orang-orang dewasa yang
mengepulkan asap rokok dan asap rokok elektrik tiada henti.
Ada juga petasan yang harus dinyalakan di tengah jalan raya. Iya,
di tengah jalan, bro. Kendaraan-kendaraan terpaksa berhenti hanya untuk dipaksa
menonton pesta kembang api yang berpendar dan menggelegar di atas aspal. Bagi
mereka yang menyalakan petasan, itu menarik. Bagi saya, sama sekali tidak.
Jadi merayakan tahun barunya gimana dong?
Setelah 2,5 jam
berkeliling kota dan nongkrong menanti detik-detik pergantian tahun, ya, cukuplah.
Saatnya duduk tenang di rumah, membuat segelas coklat panas, menyalakan
televisi. Liverpool vs Manchester City sudah menanti. Skor 1-0 untuk Liverpol. You'll never walk alone..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar