Senin, 27 April 2020

CHINMI JAGOAN KUNGFU DARI KUIL DAIRIN

Seorang jago kungfu diramalkan muncul setelah 100 tahun berdirinya Kuil Dairin. Tangannya sekeras baja, kakinya mampu menghancurkan batu, matanya setajam mata elang, dan otaknya jenius. Dia yang akan menyempurkan kungfu kuil itu.

Kemunculan sang jagoan tertulis pada kitab kuno yang diwariskan turun-temurun di Dairin. Pak Tua, utusan kuil, berangkat mencari siapa gerangan orang itu. Sekaligus menguji dan memastikan apakah ada tahi lalat di kening--sesuai ramalan tersebut. Lalu membawanya ke Kuil Dairin untuk menimba ilmu.

Pak Tua lantas menemukan remaja laki-laki bernama Chinmi. Lugu, tingkahnya jenaka, ramah, baik hati, tapi juga sedikit usil. Chinmi selalu ditemani Goku, karibnya yang adalah seekor monyet. Chinmi sehari-hari membantu kakaknya membuka warung mi.   

Tanda lahir Chinmi ditemukan secara tak sengaja ketika alisnya tergores. Itu setelah Chinmi berduel melawan dua pendekar yang tidak mau membayar makanan di warungnya. Pak Tua yakin Chinmi-lah yang dicari. Singkat cerita, tawaran ke Dairin diiyakan, dan perjalanan panjang Chinmi dimulai.

Tak hanya di Kuil Dairin, Chimi juga--sendirian--berkelana menimba ilmu ke beberapa guru dan mampir dari desa ke desa. Merampungkan ujian demi ujian yang tingkat kesulitannya melebihi batas usianya sendiri. Melewati banyak laga “hidup-mati” melawan banyak jagoan kungfu dari berbagai aliran dan jurus.  
 
Begitulah “benang merah” Kungfu Boy (tekken Chinmi),  komik yang sangat populer di kalangan para remaja Indonesia tahun 1990-an lalu. Kalau enggak percaya, coba deh tanya sama mereka yang kini berumur 40-an tahun—sebagian mungkin lebih familiar dengan “Chinmi” ketimbang “Kungfu Boy". Kalau enggak kenal, berarti dulu kurang jauh dolan-nya, hehe.

Ini serial manga paling terkenal karya Takeshi Maekawa, komikus asal Jepang. Di negeri itu, tekken Chinmi sudah nongol sepuluh tahun sebelumnya. Kungfu Boy—yang di Indonesia terbitan Elex Media Komputindo, Grup Gramedia ini--awalnya terbukukan dalam 37 edisi. Namun ada pembaharuan di cetakan selanjutnya. Tahun 2011,  komiknya dimunculkan dalam “edisi premium” dengan cover sampul berbeda—lebih kekinian. Komik dimampatkan jadi 18 edisi (jilid) pada edisi premium. Satu buku jadi lebih tebal, hingga 400-an halaman.

Chinmi melawan total 60-an pendekar--semoga sambalbawang tidak salah hitung—baik kubu jahat maupun kubu baik semisal lawan tanding. Perkiraan jumlah lawan itu di luar para guru yang menguji Chinmi, lho. Kalau untuk duel-duel yang tidak melibatkan Chinimi, juga enggak sambalbawang hitung. 

Oh iya (lagi), lawan Chinmi yang bukan orang, seperti beruang, harimau, serigala, babi hutan, sampai kelelawar, juga enggak masuk kalkulasi. Entar jadi kebanyakan, atuh. Hm, ngomong-ngomong, kok kayaknya kurang kerjaan banget ya, sempat-sempatnya menghitung berapa jumlah lawan Chinmi. Biarin... Ini kan termasuk komik favorit sambalbawang yang memorable banget. Harap maklum, hehe.

Banyak hal menarik di komik ini, seperti nama-nama pendekar berikut jurus dan penggambarannya, serta plot cerita. Lawan duel pertama Chinmi misalnya Kepala Batu Bersaudara yang punya jurus andalan “Kepala Peluru Penghancur Batu”. Serem, tapi juga lucu. Chinmi mengalahkan secara santai dan jenaka. Dia menjepit kumis mereka secara berbarengan, lalu menendang ke atas hingga dua lawannya nyemplung di gentong. Kepala duluan, ciiin.


   
By the way, di samping adalah vlog sambalbawang tentang komik jadul legendaris ini. Silakan ditonton, hehe. Oke, lanjut obrolan tentang lawan-lawan Chinmi. 

Lawan berikutnya, Ryuhi, pimpinan Gerombolan Kokuen--yang bersenjatakan tombak. Chinmi “menghilangkan” tanda-tanda keberadaannya (di ruangan gelap) sehingga tak terdeteksi dan bisa melancarkan serangan mendadak. Berikutnya ada Dick Stainer, pelaut Barat yang jago tinju. Chinmi di ambang kekalahan karena terus kena pukulan. Chinmi pun berstrategi. Ia memakai laju tendangan pertama—yang berhasil ditangkis Stainer—untuk memutar badan dan kembali menendang. Telak mengenai kepala Stainer.

Selepas melawan Stainer, Chinmi menguasi Kungfu Peremuk Tulang ajaran Guru Yosen. Jurus inilah andalan Chinmi untuk “mengkanvaskan” banyak lawannya kelak. Peremuk Tulang mengonversi tenaga dari hentakan kaki (ke tanah) yang kuat, dibantu kekuatan dorongan dari putaran badan untuk menyentakkan tenaga dalam melalui telapak tangan, menuju badan lawan. Hanya “setipis kertas” jarak telapak Chinmi dari permukaan gentong. Begitu penggambaran saat Chinmi memelajari jurus tadi.

Lawan-lawan Chinmi berikutnya antara lain Sion (Kungfu Angin Puyuh), Lo Eng (Kungfu Sabetan Maut),  Kai dan Sho Sin (Kungfu Telapak Baja), Hizo bersaudara (Kungfu Swastika Sabit Iblis), dan Gozui (Kungfu Rantai Neraka). Lalu melawan tiga bersaudara: Tenshu (Kungfu Bulan Sabit); Suishu (Kungfu Pisau Berputar); Chishu (Kungfu Kuku Naga).

Berikutnya, Bikei (Kungfu Katak), Giou (Kungfu Tongkat Melengkung), Gazel (Kungfu Kutukan Neraka), dan tiga bersaudara—Genba, Genkei, Genyo—yang menguasai Kungfu Ombak. Lalu ada pula Genma, pimpinan Gerombolan Berkuda yang kejam. Oudow, mantan murid Dairin juga ikut antrean sebagai lawan Chinmi.

Oudow menyerang Dairin ditemani dua harimaunya untuk balas dendam. Dulu, dia murid Dairin, tapi diusir dari kuil itu—lantaran berkelakuan buruk. Suasana Dairin langsung chaos. Tak ada pendekar Dairin sanggup menandingi Oudow—yang lalu menyandera Biksu Ketua. Oudow yang bersenjatakan cambuk ini mampu membaca aliran tenaga dalam, sehingga serangan lawan terprediksi. Chinmi yang masih berkelana segera pulang ke Dairin.

Sasaran Oudow menguasai jurus pamungkas Kuil Dairin yakni “Dewa Petir”. Jurus yang menggabungkan tenaga dalam dan totokan titik darah itu ada di kitab yang disimpan rapat di kuil. Jurus ini dilarang diajarkan karena langsung membunuh lawan. Orang terakhir yang menguasai jurus itu ternyata… Guru Yosen.  Tapi dia hanya sekali memakainya dan syok. Hingga ajal tiba, Yosen tak pernah mengajarkan Dewa Petir ke siapa pun.
   
Sebelum mengawali Dewa Petir, harus menotok dulu 4 titik di tubuh sendiri. Reaksi selanjutnya adalah telapak tangan akan bersinar. Lalu menyentuh tiga titik pada tubuh lawan: dahi, ulu hati, dan leher. Dewa Petir adalah jurus yang mengirim tenaga dalam untuk merusak organ dalam lawan. Jauh lebih mematikan dari Peremuk Tulang. 

Sebelum ketahuan Oudow, Pak Tua sempat memberikan kitab itu ke Chinmi. Terdesak kondisi, Chinmi cepat menguasi jurus pamungkas itu. Oudow pun dikalahkan. Tapi karena tenaga dalamnya hebat, Oudow tak mati seketika. Namun sekarat. Biksu Ketua berbaik hati  menyalurkan tenaga dalamnya sehingga Oudow selamat—yang lalu karena malu bergegas meninggalkan Dairin. Sang guru masih mengasihi mantan muridnya yang durhaka. Pelajaran yang menarik, bukan?

Lawan Chinmi yang paling berat adalah Sie Fan (Kungfu Tongkat Berpilin).  Awalnya, Chinmi yang diundang kaisar, menerima tawaran untuk ikut bertanding dalam kejuaraan bela diri kerajaan. Chinmi mengenal Sie Fan sebelumnya sebagai anak baik dan pemalu. Namun Sie Fan menjelma menjadi orang berbeda. Semua lawan dibabat Sie Fan tanpa ampun.

Ternyata ada dokter Sinsai di balik perilaku aneh Sie Fan. Sinsai ingin balas dendam membunuh kaisar—karena dulu diusir dari kerajaan. Sie Fan diperalat—memakai jarum yang ditusukkan ke kepala. Konspirasi Sinsai terbongkar berkat bantuan teman Chinmi—yang sebelumnya jadi lawan tandingnya, seperti Tan Tan (Kungfu Kaki Melingkar).  Chinmi harus masuk final untuk menghadang Sie Fan. Setelah mengalahkan beberapa pendekar, keduanya bersua di laga puncak. Duel berlangsung sengit, dan Sie Fan akhirnya roboh terhantam Peremuk Tulang—yang menembus tongkatnya.

Menarik bukan cerita Kungfu Boy? Penuh adegan laga dan petualangan. Chinmi mengalahkan setiap lawan tanpa punya niat membunuh. Sebagian bahkan kemudian berteman baik. Selain adegan baku hantam,  Chinmi diceritakan selalu tekun berlatih dan pantang menyerah menuntaskan ujian-ujian “unik” dari para gurunya misalnya saat dites “membelah” bulan.

Selain Yosen, salah satu guru yang menarik adalah dokter Loe. Ia punya jurus unik : Kungfu Satu Jari. Jurus ampuh tetapi hanya untuk menjungkalkan lawan, bukan membunuh. Cukup pakai satu jari telunjuk yang disentuhkan ke bagian pundak pada momentum tepat, bisa menjungkalkan lawan—yang sedang menyerang.  Chinmi mengalahkan beruang besar memakai jurus itu.

Cerita Kungfu Boy beneran asyik. Chinmi banyak memakai cara unik untuk mengalahkan lawannya. Dia memakai otaknya untuk menganalisis serangan lawan, mencari kelengahan jurusnya, juga senjata mereka. Chinmi memanfaatkan apa yang ada di sekitar lokasi laga—seperti pohon dan tembok, bahkan senjata lawan--dan menentukan menyerang di titik mana pada saat yang tepat.

Misalnya saat melawan Hizo Bersaudara, yang menyerang dari depan dan belakang memakai sabit. Jurus itu mengerikan karena lawan akan dibabat empat sabit--dari atas ke bawah, sekaligus kanan ke kiri. Chinmi mengambil momen begitu sabit akan diayun, dia melompat ke atas. Lalu berbalik menendang punggung salah satu lawan, sehingga terdorong maju. Akibatnya dua Hizo itu "terbabat" sendiri oleh sabetan sabit saudaranya.

Saat melawan Cishu, Chinmi juga berpikir cerdik. Jurus Kuku Naga lawannya ternyata berasal dari cakar besi yang disembunyikan di lengan jubah Cishu. Ketika cakar itu melesat--memanjang--menuju ke arahnya, yang dilakukan Chinmi justru menghadang. Yakin pada tangannya yang sekeras baja, Chinmi memukul tepat di tengah cakar besi itu ketika posisi cakar masih membuka--belum mengenai sasaran.

Saat menghadapi Lo Eng, Chinmi tahu bahwa Sabetan Maut milik Lo Eng adalah "senjata" benang yang dilesatkan cepat. Terkena lilitan benang tajam, urat nadi pergelangan tangan dan kaki akan putus. Semakin mengerikan, karena benangnya bisa ditegangkan untuk menusuk lawan. Chinmi malah menjemput "benang" itu dengan telapaknya. Tapi tepat sebelum benang menembus telapaknya, tangan Chinmi mengepal. Benang pun masuk lengan baju Chinmi, berbarengan tinju Chinmi yang sukses menghantam tangan Lo Eng sehingga retak.

Kemudian, saat versus Tenshu, Chinmi justru memanfaatkan senjata lawan. Tenshu punya dua pisau berbentuk bulan sabit, yang bisa dilempar seperti bumerang. Menghadapi Tenshu sementara di belakang ada pisau menyerang, jelas sulit. Chinmi melompat untuk menendang pisau yang berputar pulang ke pemiliknya. Tenshu tidak bisa menangkap pisaunya sendiri karena melaju lebih cepat dari perhitungannya. 

Chinmi lebih suka bertarung memakai tangan kosong. Dia hanya bertarung bukan untuk membunuh, melainkan membela diri dan melawan kejahatan. Berpihak ke rakyat lemah, melindungi desa, menumpas pejabat korup, hingga membela martabat Kuil Dairin. Tidak salah memang ramalan kitab itu, dan akhirnya Chinmi memang diangkat sebagai salah satu pengajar (termuda) di Kuil Dairin.

Kungfu Boy pastilah komik bermuatan positif. Gambarnya estetik-bagus, walau masih hitam-putih. Memang ada beberapa adegan “berdarah” tapi tidak dieksplorasi. Secukupnya, sedikit saja memakan ruang halaman. Penggambaran sosok Chinmi oleh Takeshi, meski komikal, tapi lumayan realistis. Edisi awal Kungfu Boy menampakkan Chinmi remaja yang polos dan kekanak-kanakan. Tapi, tampang Chinmi selepas edisi 10 sudah agak dewasa.  Oh iya, komik ini juga keluar versi film kartunnya.

Secara umum, komik ini bisa dinikmati usia remaja ke atas. Adanya adegan “berdarah” meski tipis-tipis dan bagian tubuh terpotong—meski tidak terekspos full—menjadikan Kungfu Boy masih kurang sesuai sebagai komik anak. Setidaknya usia SMP-lah, baru membaca komik ini.. Eh ada remaja zaman now yang masih kenal komik ini, kah?

Kembali ke komik. Apa di komik ini yang sekira “menganggu”, sepertinya dikit. Ada beberapa kata yang kayaknya selip. Misal ketika ada gerombolan perampok yang ketangkap, eh ada yang nyeletuk agar mereka diserahkan ke polisi. Kalau adegan, meski mustahil, ya sambalbawang maafkan deh. Seperti saat Chinmi pamer mengupas apel, atau waktu duet sama monyetnya, Goku--memeragakan aksi yang diistilahkan jurus “Monyet Double Stick”. Ah komik, mah, bebas..

Kungfu Boy memang mengais romatika lama. Dulu, sambalbawang---yang masih SMP--hanya bisa mendapat beberapa edisi. Cukup susah jua mendapat komik ini, apalagi harus ke toko buku besar.  Makanya sebagian besar edisi dituntaskan dengan cara meminjam ke taman bacaan. Dan semprul-nya, sejumlah halaman disobek sama orang tak bertanggung-jawab. Tegaaaa.

Nasib beberapa edisi Kungfu Boy milik sambalbawang berakhir tragis.  Beberapa buku enggak dikembalikan sama teman, dan ada yang terpaksa direlakan karena basah, lantaran kena air hujan akibat genteng bocor (hiks). Sampai akhirnya sambalbawang menemukan Kungfu Boy edisi premium edisi 01 di rak toko buku Gramedia Balikpapan, akhir 2011.

Komiknya enggak jreng muncul sekaligus semua edisi (jilid), tapi hadir secara ngecer “urut kacang”. Bisa dibilang nyaris tiap minggu sambalbawang menyambangi Gramedia. Kadang dapat 1 edisi, pernah juga 2 edisi, dan kadang juga apes. Sabar…Gregetan pula. Haduh, penasaran gimana kelanjutan duel asyik si Chinmi. Cerita komik ini beneran nagih.  

Tapi ngomong-omong, ada enggak ya jurus di komik itu yang beneran ada di dunia nyata? Nanti sambalbawang telusuri (kalau bisa), hehe. Tapi yang pasti, Peremuk Tulang punya cerita tersendiri. Saat Chinmi menghancurkan gentong besar—memecahkan rahasia jurus itu-- sepertinya dinobatkan sebagai “adegan termenarik” oleh sebagian penggemar Kungfu Boy.  
Adegan "mukul gentong" dulu pernah lumayan viral. Banyak yang iseng mencoba, termasuk sambalbawang. Pengen juga lah, jadi jagoan kungfu meski hanya menguasai satu jurus tadi. Waktu itu, medianya pakai gentong kecil yang ditaruh di atas kursi.

Kuda-kuda sudah persis, kaki dihentakkan, telapak tangan pun disorongkan, dan huuup…. Jedaar... Hasil akhirnya : gagal. Kebablasen nih telapak tangannya. Kena gentong, dan akhirnya ya pecah, lha wong jatuh. Eh, jangan ketawa, coba sampeyan menengok youtube, ada yang memperagakan jurus itu lho. Untuk lucu-lucuan, lah, pastinya. Saking terinspirasi--terbawa kenangan--hebatnya jurus tersebut.

Dari sekian pendekar lawan Chinmi, siapa yang menurut sambalbawang paling asyik? Hm, cukup susah menjawab. Tapi agaknya sambalbawang bakalan pilih Tan Tan dan Bikei. Selain kocak, Tan Tan punya jurus asyik hanya dengan dua kakinya saja. Kaki Chinmi saat menendang pun bisa Tan Tan "tangkap" pakai telapak kakinya. Bagaimana dengan Bikei? Wuiiih, asyik deh liat gelombang "sapuan" kakinya. Dua telapak kaki Bikei, di sisi terluar, tajam bak pisau--karena diserut.

Eh ngomong-omong, masih ada yang belum baca Kungfu Boy? Wajib baca dong, dan bacanya dari kanan ke kiri, lho, ya. Semoga masih bisa dapat komik edisi awal, tapi kalau dapatnya cetakan versi baru--seperti gambar satu ini (sambalbawang comot 6 jilid dari total 18 jilid), tetap oke. Sama kok gambarnya, juga cerita, dan serunya. Dan... terakhir untuk (eyang) Takeshi Maekawa---semoga dirimu membaca artikel ini--sambalbawang mau bilang : terima kasih, matur tengkyu. Ini komik kereeeeeeeeeeeeen bangeeeeeet....