Selasa, 29 Maret 2016

GATOTKACA TAK HANYA OTOT KAWAT BALUNG WESI

“Raden Arya Gatotkaca, satriya ing Arimbiatmaja. Kacarita, otot kawat balung wesi. Sumsum gegana, dengkul paron, daging kencana, kulit tembaga, pupu mriem, driji gunting, sikut palu. Ora tedhas tapak paluning pande sisaning gurinda. Ngganggo caping basunanda, kotang antakusuma. Yen udan ora kudanan, yen panas ora kepanasen. Bisa mletik tanpa suthang, bisa mabur tanpa elar”
Yuhuu, apakah pernah mendengar atau membaca (kalimat) lirik di atas? Pernah tahu atau barangkali lupa? Hmm, okeh, kalau begitu sambalbawang mau cerita sedikit. Lirik itu adalah semacam "lagu" tentang Gatotkaca.. Sedikit tahu karena pernah diajarin sama bapak guru Bahasa Jawa sewaktu SD.
Terjemahan lirik itu dalam bahasa Indonesia begini : "Raden Arya Gatotkaca, satria dari Arimbiatmaja. Tersebutlah dalam cerita, otot kawat, tulang besi. Sumsum awan, lutut (dari atau seperti) baja penempa besi, daging emas, kulit tembaga, paha meriam, jari tangan gunting, sikut palu (godam). Kebal terhadap semua pukulan, tendangan, dan senjata yang terbuat dari besi/baja. Mengenakan caping basunanda, kostum (penutup tubuh) antakusuma. Jika hujan tidak kehujanan, jika cuaca panas tidak kepanasan. Bisa melesat tanpa kaki, bisa terbang tanpa sayap".
Lirik itu memang bukan lagu dalam arti sebenarnya (dinyanyikan). Namun lebih seperti lirik yang mungkin bisa dilagukan. Intonasinya dibikin bervariasi untuk memberi sejumput "penekanan" pengucapan tentang si Gatotkaca, tokoh wayang yang top dan sakti mandraguna ini.
Banyak yang kenal "tagline" Gatotkaca hanya sebatas "otot kawat balung wesi". Padahal kesaktiannya nggak cuma segitu. Nah yang saya tuliskan adalah semacam versi lengkapnya. Sebelum lupa, sambalbawang mencatumkannya di blog ini. Setuju, kan? ... (oh iya, saya belum menemukan lirik ini diunggah di dunia internet, sampai artikel blog dibikin).
Btw ini nih tampang mas Gatotkaca nan perkasa dalam wujud wayang. makasih yang udah upload gambarnya via internet... Yuk kenalan sama mas Gatot..
 
    Gatotkaca adalah putera kedua dari Wrekudara (Bima), dan ibunya adalah Dewi Arimbi, seorang raksasa di Kerajaan Pringgondani. Ketika lahir, Gatotkaca berwujud raksasa, bernama Putut Tutuka. Dalam bahasa Sansekerta, "Gatotkaca" berarti "mempunyai kepala seperti kendi". Dalam pewayangan Jawa, Gatotkaca digambarkan seperti yang kita lihat dalam pentas maupun wayang. Tapi dalam Mahabarata (India), Gatotkaca digambarkan berkepala plontos. Menengok kanan-kiri di jagat maya, nama Gatotkaca banyak diartikan sebagai rambut gelung (bentuk) bundar. Saat lahir, Gatotkaca diceritakan sudah punya rambut (berbentuk bundar).

    Si bayi juga langsung bikin geger karena tali pusarnya tidak bisa dipotong dengan senjata tajam apapun. Bahkan sampai setahun. Hanya panah Kunta yang bisa memotongnya. Maka, pergilah Arjuna-adik Bima-bertapa untuk mendapat senjata tersebut. Sementara itu, (Adipati) Karna, panglima dari Kerajaan Astina, ternyata juga bertapa, untuk meminta senjata pusaka. 

     Dua keinginan yang berbeda, sebenarnya. Namun, Batara Narada, selaku utusan kahyangan, salah memberikan senjata tersebut ke Karna. Ini karena wajah Arjuna dan Karna, sangat mirip. Arjuna pun bergegas mencari Karna, dan ketemu. Karna tentu saja tidak mau memberikan senjata itu, sehingga mereka bertarung. Arjuna memang tidak bisa merebut senjata tersebut, tapi sarung pusakanya didapat. Pulanglah Arjuna.
    Ternyata sarung senjata yang terbuat dari kayu mastaba itu pun bisa memotong tali pusar Gatotkaca. Bahkan, anehnya, malah masuk ke dalam tubuh Gatotkaca, sehingga kesaktiannya berlipat ganda. Bayi Gatotkaca lantas “dimasak” dan “diisi” dengan aneka macam kasekten (kesaktian). Salah satunya ya otot kawat dan tulang besi itu, hohoho....
    Gatotkaca ternyata juga mendapat beberapa "hadiah" dari para dewa. Yang paling dikenal yaitu “kostum” terbang yang disebut “kotang antakusuma”. Dengan kostum ini, Gatotkaca bisa terbang sangat cepat -- bisa jadi lebih cepat ketimbang Superman, hahaha. Kemudian, “caping basunanda”, agar Gatotkaca tidak kepanasan saat cuaca terik panas, tetapi juga tidak kehujanan tatkala menembus hujan. Dan satu lagi hadiah : sepatu “pada kacarma”, agar aman jika melewati kawasan angker.
   Gatotkaca, yang dirupakan dalam wujud setengah manusia setengah raksasa ini, setelah gede, diangkat sebagai raja di Pringgondani. By the way, Gatotkaca pun menikah, lho, mempersunting Dewi Pregiwa, puteri tercinta Raden Arjuna. Gatotkaca-Pregiwa memiliki anak bernama Sasikirana, yang nantinya menjadi panglima perang di Astinapura. 

   Dalam sejumlah cerita dikisahkan Gatotkaca juga mengalami kisah asmara yang membuatnya kebingungan menahan rindu. Bahkan sampai menabrakkan diri ke gunung-gunung batu, yang tentu saja gunung batu itu yang hancur. Kisah asmara Gatotkaca-Pregiwa terdokumentasikan dalam "Gatotkaca Gandrung", tarian asal Jawa Tengah, yang tingkat kesulitan menarikannya, tinggi.

        Gatotkaca punya sejumlah julukan, antara lain krincing wesi. Dia bisa terbang secepat kilat, setelah sebelumnya menjejak bumi dengan kakinya. Karena itulah, Gatotkaca sering digambarkan berperangnya di angkasa. Dalam wayang kulit, Gatotkaca digambarkan sebagai raksasa, namun dalam perkembangan selanjutnya, Gatotkaca dirupakan dalam wujud ksatria yang gagah, berbadan tegap, dan memiliki kumis "baplang" mirip ayahnya, Bima. 

     Sayang, Gatotkaca disuratkan dalam takdir untuk mati, di usia muda pula, dalam perang Kurukshetra--atau yang dalam pewayangan Jawa disebut perang Bharatayuda. Ini perang antara klan Pandawa melawan klan Kurawa. Gatotkaca, sebagai senopati Pandawa, digambarkan sangat digdaya, memporak-porandakan pasukan Kurawa tanpa ampun. Salah satu perwira Kurawa, Lembusa, diangkatnya tinggi-tinggi ke angkasa, lalu dibanting ke bumi sekeras-kerasnya hingga tubuh Lembusa hancur lebur. 
    Cara berperang Gatotkaca benar-benar menggentarkan pasukan Kurawa. Cepat dan mematikan. Bahkan tak ada satu pun taring para raksasa yang bisa menembus kulit Gatotkaca. Kotang antakusuma yang dikenakan Gatotkaca, memancarkan sinar yang sangat terang, menyilaukan mata musuh-musuhnya. Sedangkan di malam hari, kesaktian Gatotkaca justru semakin meningkat. Benar-benar mimpi buruk bagi Kurawa.
      Sebenarnya menarik kalau lebih banyak literatur menceritakan cara berperang Gatotkaca. Sayangnya belum ketemu. Secuil ceritanya ada jika mundur ke belakang, Gatotkaca pernah diceritakan membunuh Sekipu, patih di Gilingwesi. Sekipu jadi korban gigitan taring Gatotkaca. Memang ada cerita kalau taringnya lantas dihilangkan, dipotong oleh Kresna. Tapi DNA yang separuh raksasa, boleh jadi masih tertanam. 
      Ada cerita juga kalau Gatotkaca punya ajian Brajamusti dan Brajadenta. Mereka sebenarnya paman Gatotkaca, tapi harus (terpaksa) meregang nyawa di tangan Gatotkaca. Keduanya memberontak karena tidak setuju Gatotkaca diangkat jadi raja Pringgodani. Arwah keduanya menyatu ke Gatotkaca, menjadi tambahan kesaktian. Pukulan Gatotkaca diceritakan jadi punya kekuatan sangat keras, dan siapa saja yang digigit Gatotkaca, bakal mati.

      Kembali ke perang besar tadi. Tak ada celah dan cara mengalahkan Gatotkaca. sehingga memaksa Karna harus melepas senjatanya, (panah) Kunta. Sebab, tak ada senjata dari para ksatria Kurawa yang sanggup melukai tubuh Gatotkaca. Sudah tersirat bahwa hanya panah Kunta yang bisa membunuhnya. Senjata panah yang hanya bisa dipakai sekali itu, awalnya untuk membinasakan Arjuna. Namun panah harus segera dilepaskan menuju Gatotkaca sebelum seluruh pasukan Kurawa habis terbantai. 

     Panah itu pun dilepas, dan menembus dada Gatotkaca. Kematian Gatotkaca membuat seluruh pasukan Pandawa menangis, duka tak terkira. Tetapi kemudian mereka mengamuk secara luar biasa di medan perang. Tak terkecuali Bima, ayah Gatotkaca, yang sembari menangis, mengayun-ayunkan gada besarnya dengan kekuatan luar biasa, memporak-porandakan pasukan Kurawa.


  Dan, konon, sebelum mati jatuh (dari angkasa) menghujam bumi, Gatotkaca membesarkan tubuhnya sebesar gunung untuk kemudian menghantam seribu raksasa pasukan Kurawa... Tjakep !    

Senin, 28 Maret 2016

SUZUKI NEX, IRIT, LINCAH, MANTAP, KALEM

Dua tahun lalu (2014), sambalbawang alias saya hehe, terbesit ingin mengoleksi motor matik di garasi. Pilihan yang rada sulit, mengingat saat itu sudah berjejalan aneka makhluk matik di pasaran. Meredupakan pamor motor bebek (underbone), sekarang memang era matik. Orang kalau berkendara tidak lagi mau repot.

Persiapan dan suvei ala-ala dimulai beberapa tahun sebelumnya, untuk memantapkan buruan. Jika dihitung, barangkali sudah 10 lebih skutik milik teman pernah saya jajal. Sejak matik pertama pabrikan Jepang mbrojol hingga matik keluaran negeri asal pizza. Sambalbawang juga pernah punya skutik Korea lansiran tahun 2000 yang bodinya gambot dan berkubikasi 150 cc.

Banyak mencicip aneka skutik malah bikin bingung menentukan, sampai kemudian terlintas keinginan menebus Suzuki Nex saja.Lha kok jadinya malah Nex? Sebelum lanjut, yuk lihat dulu tampang Nex saya.

Kembali ke mengapa beli Nex? Ya enggak apa-apa kan. Penasaran kan boleh. Sambalbawang setidaknya pernah mencicip Nex versi karbu punya kawan. Sepertinya asyik. Maka berangkatlah ke diler Suzuki di Balikpapan. Eh kok mas-mas di diler bilang Nex karbu sudah mau paripurna, lantaran muncul Nex versi Fuel Injection (FI). Ah, ya sudah, boyong saja yang versi kekinian. Era karbu, sepertinya juga masa lalu. Btw, kenapa meminang Nex, alasannya karena (masih) penasaran dengan produk pabrikan berlogo huruf “S” ini. 

Yeah, penasaran karena sambalbawang tahu, Suz.. (saya panggil lagi dengan sapaan ini ya), terkenal karena kualitas produknya. Hanya saja, kok gaungnya makin ke sini makin senyap. Suz Nex apalagi, gemanya sayup-sayup sampai, terhempas promosi matik tetangga sebelah dan tetangga depan rumah, baik yang sekelas kubikasi mesinnya, maupun setingkat di atasnya. Apa mau dikata, pabrikan lain terlihat lebih gigih dan masif menelurkan telur-telur skutiknya.


Memelihara Suz Nex selama dua tahun, apa yang terjadi? Tanpa masalah, sih, bahkan lumayan puas dengan performanya. Sambalbawang jadi penasaran untuk mengulas sedikit tentang Nex ini. Biar jadi sedikit gambaran untuk bro and sis yang barangkali minat mau mengangkut motor ini dari diler terdekat.
 
Sambalbawang tidak akan membahas keunggulan Suz Nex yang dikabarkan punya banyak sensor semisal Throttle Position Sensor (TPS), Intake Air Pressure Sensor (IAPS), hingga Oxygen Sensor (02S). Terlalu rumit, dan sambalbawang pun ndak paham-paham amat. Maklum rakyat biasa--yang hanya seneng berkendara.

Jadi, mendingan membeberkan apa kesan dan pesan selama memelihara Nex saja, yes. Dimulai dari kelebihan Suz Nex FI, kesan pertama terlintas adalah bentuknya yang beneran imut. Bodi cuman punya dimensi panjang 1,85 meter, lebar 0,66 meter, dan tinggi hanya 1,04 meter. Ini matik terkecil. Matik terimut, begitu kata bini. Jelas cocok untuk kaum hawa. Tapi kaum adam juga bisa berdendang tatkala mengendarai.

Posisi tubuh sambalbawang yang tingginya 171 cm dan berat 72 kg, baru bisa nyaman setelah duduk agak mundur dikit ke tengah areal jok. Barulah siku bisa dilurusin dan rasanya lega. Jok yang penampangnya kecil, tidak terlalu masalah. Jika merasa masih kurang nyaman, tinggal geser lagi ke belakang.

Sambalbawang lumayan kaget ketika handel gas Nex FI mulai dipelintir. Mesin 113 CC yang tertanam di bodi mungil ini ternyata cukup dasyat menyemburkan power. Tak usah mikir berapa torsi atau rasio kompresi, nikmati saja letupan mesinnya. Kawasan perbukitan di Balikpapan jadi saksi power-nya Suz Nex. Lekuk gang demi gang yang cukup curam, masih dilibas. Mesin SOHC-nya memang meraung keras waktu dipaksa naik-naik ke puncak gunung, namun bukan raungan pilu yang berakhir dengan ogah nanjak.

Seorang teman yang punya tunggangan matik pabrikan sebelah, ikut terkejut dan mengakui kemampuan Suz Nex mendaki. Berboncengan sama sambalbawang, tuh, Suz Nex bisa naik-naik ke puncak gunung. Saat digeber kecepatan tinggi, di jalan datar, kalau tidak salah 70 km/jam, dia berujar, bahwa Suz Nex masih anteng. Akselerasi, oke.

Sambalbawang sendiri hanya pernah sekali memacu hingga 85 km/jam--di jalan agak menurun. Bukaan gas sepertinya belum mentok, atau dikiiiit lagi mentok, tapi detak jantung tak mengizinkan. Nah, kalau untuk berboncengan, maksimal membukukan 70-an km/jam. Mungkin gas masih bisa dipelintir, tapi sambalbawang memilih tidak. Berkendara yang santai saja, lebih hore. 
 
Untuk urusan dibawa lari-lari, motor ini bisa melaju ringan, juga lincah bermanuver, dan menikung-nikung asyik. Selap-selip bisa kedap-kedip meski berboncengan yang muatannya dua manusia seberat total 130-an kg. Urusan handling, Suz Nex bisa dipercaya. 

Saat mendaki tanjakan, sendirian tapi, pernah sambalbawang merasa tanjakan itu tidak bakal tergapai. Tetapi Suz Nex masih bisa melahap pelan walau tetap meraung. Tapi erangannya tidak berlebihan. Coba saja ke Balikpapan jika masbro mbakbro penasaran menjajal gimana tanjakan-tanjakan dalam kampung.

Menyoal mesin, teriakan Nex cukup anteng, meski pencetan tombol starter-nya bersuara menyentak keras. Sepertinya suara merdu Nex ikut disebabkan karena pertamax adalah minumannya. Hari gini motor injeksi ditenggakin premium? Pertamax-lah.

Yang bikin terkesima adalah, starter kaki Suz Nex enteng dipancal. Sambalbawang punya kebiasaan pada pagi hari menendang Suz, eh menendang kick starter. Baru sesudahnya starter listrik yang dipencet. Kombinasi ini jos, untuk memperpanjang usia aki.

Untuk menilai suspensi motor, sambalbawang akui, Suz Nex cukup mumpuni. Boncengan maupun sendiri, lumayan mantap. Pernah berboncengan di jalan tanah berkerikil-berbatu, Suz Nex anteng saja. Bukan berarti suspensinya sempurna, namun tidak bikin uring-uringan. Masih bisa senyum.

Menyoal ke pengereman, Suz Nex masuk kategori cukup. Rem belakang tidak terlalu pakem, tapi rem cakram depan pakem. Saling melengkapi, berimbas pada pengereman yang aman. Asal jaga jarak, tentunya. Turun bukit, juga nyaman. Melibas hujan deras yang sangat deras, pernah sambalbawang mengalami, dan ternyata Suz Nex aman tanpa masalah. Tetap menderu cuek, bahkan menyalip para bebek mesin yang susah payah berenang.

Melongok tangki BBM, ternyata Nex hanya sanggup terisi 2,75-3 liter. Namun ini dikompensasi dengan keiritan. Sambalbawang tidak mau membandingkan dengan barisan matik dari merek lain. Katanya sih, Nex paling irit dibanding teman-teman sekelas dan seangkatan. Namun satu liter pertamax yang diminum Suz Nex milik sambalbawang, dalam kondisi berboncengan, sepertinya melahap rute lebih dari 50 km. Itu aja cukup sebagai gambaran gimana konsumsi Suz Nex.
 
Beranjak ke urusan tampang dan kelengkapan, Suz Nex masuk (lagi) kategori cukup. Ruang di bawah jok, cukup untuk membawa satu potong mantel hujan ukuran dobel. Plus satu botol air ukuran kecil 300 ml. Bagasi bawah setang, dua buah, kanan-kiri. Cukup untuk nyimpen teh kotak plus ponsel, dan satunya lagi payung kecil.

Bagaimana dengan lampu? Ohohoho. Lampu “bego-nya” sudah menganut LED (eh bener ya), terang benderang seperti lampu Philips. Spion juga cukup akurat, dan pas posisinya, untuk mengabarkan suasana di belakang punggung. Tuas-tuas semisal sein dan lampu jauh-dekat cukup nyaman digapai pakai jempol.

Meloncat ke bagian panel, fitur komplet, minus pembaca RPM-tentu saja. Material plastik bening pelindungnya, nampak cukup sip. Dari sudut pandang pengendara, good looking. Setang bagian atas nampak kecil, simpel. Tidak terkesan mewah, namun juga tidak murahan. Teriakan klaksonnya juga cukup merdu, untuk ukuran klakson.

Mengelilingi bodi Nex, dari depan, samping, belakang, atas, semua nampak kompak. Sama-sama mungil. Desain knalpot yang kalem, menambah imej kalau matik spesies ini memang tidak neko-neko. Ban depan-belakang yang ukurannya 70/90 dan 80/90 memang imut, namun karena Suz Nex dilahirkan imut, ya cocik, lah.

Sapuan cat dan stiker, untunglah, tidak terkesan norak. Menyoal berat, Suz Nex hanya 87 kg, berat kosong tanpa isi bensin dan mantel. Ini matik paling ringan, bro sis. Juga matik paling kecil dan paling ramping. Mudah diangkat jika terjebak di parkiran padat. Ngeliat celah parkir dikit, Suz Nex bisa langsung disumpelin ke situ.

Dari sisi kemudahan, satu hal yang segera kita tahu adalah gampangnya "kasih turun" standar tengah. Enteng, semudah ganti sepatu. Tinggi jok yang dipatok 735 mm, dan ground clearance 130-135 mm, memang rada rendah. Namun karena suspensi Suz Nex tergolong tidak mudah ambles, maka masih aman-aman saja melibas poldur. Kalau dirasa poldur ketinggian, ya tinggal angkat pantat sat melewatinya.

Nah dengan setumpuk kelebihan Suz Nex, rasanya tidak adil kalau tidak membahas kelemahannya. Apa saja itu? Kita urutkan saja. 
 
Yang pertama, adalah kenyamanan boncenger. Kalau boncenger bertubuh mungil dengan tinggi badan kurang 160 cm dan beratnya kagak sampai 50 kg, Suz Nex masih enak disemplak. Tapi kalau boncenger tingginya udah di atas 165 cm dan (termasuk) endut, ini dia masalahnya. Sebab jok Nex mungil ukurannya. Berkendara 25 km saja, dan meski cuman melahap jalan aspal doang, kaki dan punggung boncenger akan pegal.

Kelemahan kedua, adalah hanya tersaji satu indikator lampu sein. Jadi, mau belok kanan, kek, atau belok kiri, nek, ya satu lampu itu aja yang nyala. Bisa gagal paham, dan lupa, lho. Juga bikin lumayan bingug. Ini mungkin sepele, tapi bagi sambalbawang yang terbiasa juga memakai motor tetangga sebelah, terasa menganggu. Heran juga mengapa Suz tidak ngasih lagi satu lampu indikator. Kan murah.

Kelemahan ketiga, matik ini jelas tidak cocok untuk bikers yang endut-nya di atas rata-rata. Memang, motor jelas masih bisa jalan. Namun apa ndak malah seperti beruang sirkus naik sepeda anak seperti film Madagaskar. Satu lagi, matik kurang berjiwa muda. Dengan mudah anak muda berpaling ke merek sebelah yang konsep matiknya futuristik-meruncing-bersudut tajam. Suz Nex kelewat kalem untuk matik yang lahir setelah tahun 2010.

Kelemahan keempat, sambalbawang yakin adalah promosi yang kurang dari pihak diler dan pabrikan. Nyaris tidak terdengar, bukan, promosinya. Padahal dengan setumpuk keasyikan yang ada, mulai dari power, suspensi, sampai suara mesin, Nex sebetulnya punya amunisi untuk bertarung sama tetangga sebelah yang berisik. Mbok coba Suz Nex dihidupkan lagi, disempurnakan-tapi tidak dibikin gambot-dan menggarap iklan dengan menggaet bintang terkenal, seperti Lionel Messi. Atau dik Citra Skolastika, atau dik Isyana Saraswati.

Kelemahan kelima adalah urusan melahap lubang. Ban ukuran kecil memang enteng bin asyik. Melibas jalan tanah hingga aspal, nikung cepet, masih anteng. Namun kena batunya ketika menghajar lubang yang gede. Ban kecil langsung terbenam cukup dalam, menimbulkan efek kejut yang bisa menganggu keseimbangan--termasuk hentakannya ke badan. Hiks. Satu-satunya yang melegakan, suspensi Suz Nex cukup meredam guncangan.  

Kelemahan keenam, adalah jaminan tersedianya sparepart. Ketika mendengar Suz Nex disuntik mati, maka Suz mengulang “kesalahan”. Gimana publik bisa ngefans kalau pabrikannya saja malah ndak pede dengan desain sendiri. Masa harus pemilik Suz yang njelasin asyiknya motor Suz. Orang Indonesia itu pengennya motor simpel, mudah suku cadang, harga bersahabat, servis mudah dan cepat.



Kelemahan ketujuh, adalah harga jual. Hebat kan, orang Indonesia. Mau beli motor saja sudah mikir harga jualnya. Tapi itulah Indonesia. Pabrikan sebelah butuh puluhan tahun untuk membangun imej “harga jual tinggi”, namun mereka mengimbangi dengan membangun tempat servis, promosi gencar, dan kemudahan suku cadang. Muaranya ya harga jual. Memang ada anggapan bahwa kalau beli Suzuki berarti untuk dipakai jangka panjang, bukan untuk dijual. Atau siap jual dengan harga banting. Itu benar, tapi masa musti mengamini pendapat tersebut sampai abad mendatang?

Kelemahan kedelapan, tampang Suz Nex tidak terlihat gahar. Ini hasil permenungan sambalbawang. Jadi, ada sedikit kesimpulan, orang zaman sekarang tidak mau desain yang kalem. Maunya cari yang gahar. Celakanya Suz Nex bertampang imut seperti gadis pujaan hati sambalbawang tatkala bersekolah di SMP deket rumah sakit Sardjito, Yogyakarta. Suz Nex ini, mau dipandang dari sudut mana saja, ya kalem. 

Nah sampailah pada kesimpulan. Nex adalah matik imut, yang sebetulnya cocok untuk para cewek imut atau cowok kalem yang tidak butuh motor sebagai wujud eksistensi. Motor ya alat transportasi, yang syaratnya handal dan tidak rewel-an. Ini matik paling murah, hanya Rp 13 jutaan (dua tahun lalu).. jadi paling bisa dijangkau isi kantong yang pas-pasan. Apalahi seken-nya, kayaknya bisa terpangkas harga 50 persen.

Kalau ingin punya matik yang tidak sering lihat mengaspal, ya Suz Nex ini bisa jadi jawaban. Kesampingkan saja kecemasan akan kabar keterbatasan suku cadang, dan kendarai saja Suz Nex-mu. Pelintir gas-nya, selap-selip-lah, ajak nikung-nikung dikit, dan jangan lupa cuci jika kotor bodinya.

Dua tahun memelihara Suz Nex warna merah, dengan km hampir menyentuh 6.000 km, sambalbawang tidak mendapat keluhan berarti. Cat bodi pun masih cukup mengkilat pertanda sapuan catnya cukup oke. Dibawa berpanas ria dan berhujan lala, tidak ada penurunan performa.


BACA JUGA  APA KABAR SUZUKI 
BACA JUGA  7 MOTOR BEBEK TERBAIK SEPANJANG MASA
BACA JUGA  MOTOR-MOTOR OKE YANG JEBLOK DI PASARAN
BACA JUGA  SUPRA GTR 150 BEBEK RASA SPORT
BACA JUGA  TENTANG HONDA (1) DARI PISPOT SAMPAI PITUNG
BACA JUGA  FORD LASER SONIC - BALADA FORDI (1)
BACA JUGA  BANYAK MOTOR SEDIKIT MEREK - SEDIKIT MOBIL BANYAK MEREK
BACA JUGA  NASIBMU SUZUKI
BACA JUGA  MOTOR APA YANG PALING NYAMAN ?
BACA JUGA  LEBIH BAIK NAIK VESPA
BACA JUGA  LILAC, SEPENGGAL CERITA TENTANG PASSION BERMUSIK

Selasa, 22 Maret 2016

FORD LASER SONIC - BALADA FORDI (1)

Akhir Januari lalu, Ford Motor Indonesia (FMI) bikin pengumuman yang mengagetkan. Agen Pemegang Merek mobil Ford ini akan menghentikan kegiatan bisnisnya, tahun ini. Waduh, gimana dong, urusan servis rutin berikut ketersediaan suku cadangnya?

Sebagai salah satu pengguna mobil Ford yang sudah 6 tahun memelihara, otomatis saya ikut mengernyitkan dahi. Hanya saja, istri buru-buru menimpali,"Lha, kamu kan servisnya di bengkel Pak *****. Yang penting kan dia masih bisa menangani mobil tua itu,"

 Oh iya, baru inget, mobil saya memang sudah uzur. Sedan tua bangkotan yang sebentar lagi berulang tahun ke-25.Dan terakhir kali masuk bengkel resmi (beres) Ford tahun 2011, langsung mendapat predikat mobil Ford terlawas yang diservis ke beres.

Membaca komentar-komentar orang yang mengeluhkan pelayanan Ford, sepertinya ada beberapa yang cukup senada dengan saya. Tetapi tak usahlah saya menambahi dengan cerita saya. Cukup satu cerita yang saya alami setahun lalu.

Sederhananya gini, ada suku cadang tertentu yang saya butuh. Maka telponlah saya ke pihak beres. Mungkin 2-3 kali saya telpon. Dijawab oke nanti dikabarin, dan sampai sekarang tidak ada kabar yang mampir. SMS sebiji pun, tidak singgah ke hape.

Benar, benar, ketika banyak orang bilang mobil Ford nyaman dikendarai. Setidaknya sedan bangkotan saya yang belum power steering, apalagi power window, ini, sudah membuktikannya selama 15 tahun terakhir.

Lho kok 15 tahun, katanya tadi 6 tahun? Iya, yang 6 tahun itu saya miliki. Sisanya masih atas nama kakak. Jadi, selama sedan bangkotan ini saya pegang, bisa dibilang performanya lumayan. Lumayan untuk ukuran sedan lawas...

Irit pertamax/pertalite, senyap di kabin, handling cukup oke, rem sip, Posisi mengemudi asyik. Mungkin karena jenis satu ini juga ikut dipasarkan di negara lain, jadi orang tinggi-besar, masih bisa duduk manis di kabin. Mesin, eksterior interior masih 90 persen asli.

Sedan bangkotan ini baru terasa menjengkelkan tatkala butuh pergantian sparepart. Karbu ori misalnya, di salah satu toko onderdil, dibanderol Rp 3,1-Rp 3,3 juta. Saat rumah kopling-atau apa namanya gitu-bermasalah, musti pakai onderdil Ranger. Nangis, kan, jadinya.

"Karbu merek lain, banyak yang tidak cocok. Karbu Mazda 323 udah tidak nemu. Tapi ada yang cocok, karbu ******," gitu kata mekanik bengkel langganan, setelah beberapa hari saya minta keliling mencari karbu agar sedan bangkotan ini tidak dangdutan-mulu RPM-nya.

Lha trus, kalau melihat kondisi, gimana kalau sedan bangkotan saya ini butuh sprepart anu tahun depan? "Ganti dosin, lah," ujar seorang kawan. Ide menarik. Hanya saja, mantengin brosur mobil-mobil keluaran baru, kok ndak tertarik. Bentuknya aneh.
 

"Harganya mahal, ya," seloroh bini. "Tapi uang mukanya cukup miring, nih," sanggah saya. "Trus cicilannya?" istri tanya balik. "Ya bisa, lah, setidaknya bisa mencicil sampai setahun," sahutku. "Habis itu?" serang istri. "Embuh," jawab saya.

"Kalau beli mobil, uang kita tidak cukup untuk beli benges untukmu, Bun?" kataku menutup percakapan. Pedal gas kupancal dalam, Fordi, sedan bangkotanku, melesat kencang tanpa protes, membelah jalanan Kota Balikpapan.

Nih Fordi saya ajak piknik ke Pantai Tanah Merah, Kutai Kartanegara. NB yg di foto itu bukan saya, tapi istri yang sering jadi sopir oplosan antarkota...


BACA JUGA ARTIKEL LAIN :

SONIC LASER-BALADA FORDI (2)
ZUNDAPP LAMRETTA JAWA CB200 NONGOL DI PAMERAN MACI BALIKPAPAN
SUZUKI NEX LINCAH IRIT LINCAH MANTAP 

7 MOTOR BEBEK TERBAIK SEPANJANG MASA 

TENTANG HONDA (3) INILAH STAR'S FAMILY 

AKU DI BELAKANGMU, TIGER WONG
LILAC SEPENGGAL CERITA TENTANG PASSION BERMUSIK

MOTOR-MOTOR OKE YANG JEBLOK DI PASARAN 
GATOTKACA TAK HANYA OTOT KAWAT BALUNG WESI

TEH NASGITEL-PET 

KOLEKSI BUKU DAN MAJALAH PERANG DUNIA II YANG TERUS BERTAMBAH

Jumat, 18 Maret 2016

APA KABAR SUZUKI ?



Apa kabar Suzuki? Saya penggemar beratmu, lho. Buktinya ada Nex, nih di dalam garasi. Di tengah gempuran pabrikan sebelah yang masif, saya tetap memilihmu. lho. Tanpa kamu membujuk, saya yang berangkat sendiri ke diler, dua tahun lalu.

Cuman, ngomong-ngomong, saya kaget, tatkala mendengar kabar bahwa Nex bakal disuntik mati, menyusul kakaknya, Spin, yang duluan ditidurkan. Aduh, kenapa? Nex kan motor kenceng-irit-handal, tapi mengapa malah dipensiun dini? Ada apa?

Larimu bakal semakin berat, Suz... (saya panggil Suz saja ya, biar kesannya mesra) dibelantara otomotif negeri ini... Sekarang pun, tiga pabrikan mengepungmu. Kamu hanya punya andalan Satria di kelas ayam jago, yang sudah 10-an tahun dipoles sedemikian rupa. Kokok ayam jago-mu, pun, kini tersaingi ayam tetangga. 

Memang ayam, eh Satria-mu tetap keren, tapi sadarkah kau kalau ayam sebelah semakin galak? Ayam-mu mungkin jagoan bertempur sendiri. Namun ini pertempuran massal, bung, eh, Suz.. Sampeyan butuh teman. Ibarat, Satria itu pesawat pengebom, ujung-ujungnya kan butuh pula dukungan pasukan infanteri.



Minggu lalu saya sengaja dolan sejenak ke salah satu dilermu, di Balikpapan, lho. Tapi saya heran, mengapa hanya terpampang sebiji Address, beberapa Satria-termasuk yang karbu-dan Burgman. Kemana para bebekmu, juga Nex's family, serta Lets yang menjadi wakil satu-satunya dari jalur matik retro? Mbak Sales cuma bisa menggeleng.

Saya dan mbak Sales lalu sejenak mengobrol, diselingi canda-tawa. Ujung tombak-mu di lapangan ini, semangat menjajakan daganganmu. Meski rada kurang paham sepak-terjangmu dulu di era 1980-an, hingga era 2000-an. Maklum, masih muda. Jadi, saya yang sudah menjelang tua ini, sejenak bercerita tentang masa jayamu dulu. Dia antusias menyimak.

Jadi gini, Suz ..ingkatkah kamu pada A100, RC100 Bravo, Crystal, Shogun R, Tornado, RGR 150, hingga  Smash? Itu beberapa hasil karyamu yang mendapat tempat di hati masyarakat Indonesia. Swear demi Barcelona vs Real Madrid, dah. Jika kamu agak lupa, mari sejenak saya ingatkan.

A100-mu yang mengusung mesin 2 tak, mengawali masuknya kamu di belantara motor laki tanah air, tahun 1973, bersamaan dengan bebek FR70 mu. Bebekmu yang ini, sayangnya, tidak terlalu ngetren, tapi A100-mu sukses, lho. Sempat dalam durasi cukup lama, bapak-bapak polisi dan karyawan PT Pos Indonesia, mendaulat A100 sebagai motor dinas. Btw, saya sempat lho menjajal A100, dan cukup puas.

Lalu kamu mengusung keluarga RC, dengan lini masterpiece-nya adalah RC Bravo, yang di era 90-an kamu bikin-sebagai penyempurnaan paling ciamik dari keluarga RC-menarik perhatian. Kesampingkan borosnya BBM yang ditenggak, performa Bravo memang jempolan. Saya pernah menjajal satu Bravo milik saudara yang baru beberapa bulan dibeli. Tembus 100 km per jam sesuai pembacaan spedometer, dalam posisi gas belum maksimal dibejek.

Crystal, yang kamu keluarin tahun 1990, cukup menganggu pabrikan sebelah yang tengah masa jaya menggeber bebek dua tak-nya. Kakak membeli Crystal sebagai motor pertamanya, dan saya ikut kebagian merawat. Tentu juga mengendarainya.  Crysta desainnya keren, ramping, dan larinya ngibrit. Kelemahan Crystal-mu itu hanya pada konsumsi BBM, spion yang terlalu kotak, dan knalpot yang masih bertipe cerutu (yang akhirnya sukses kamu revisi). Crystal sukses menuntaskan era kedigdayaan Bravo.

Tornado-mu yang dua tak juga cukup oke. Meski belakangan, seiring meredupnya era dua tak, spesies satu ini lebih sering dijadikan doorprise acara jalan sehat, sepeda gembira, atau pentas-pentas. Dan swear, Tornado-mu itu asyik. Meski secara desain, agak lebih oke Cystal dikit. Penulis pernah menggeber Tornado milik kawan, untuk lintas kota. Anteng.

Selanjutnya Shogun R, itu juga masterpiece-mu, Suzuki. Ingatkah kamu ketika anak-anak muda ngefans berat dengan Shogun R? Dan tahukah kamu, bahwa saya punya sejumlah teman yang sengaja memilih Shogun R sebagai motor pertamanya? Bahkan ada yang sampai sekarang tetap dipelihara. Kalau boleh saya bilang, Shogun R adalah desain bebek Suz yang terkeren.

Balik ke era 90, masih ingat kan, kamu mengenalkan RGR 150, motor sport berkubikasi 150 CC yang desainnya bikin ngiler. Termasuk saya, bahkan pernah ngiler beneran. Merasakan dasyatnya RGR 150-mu, yang bahkan belum menganut pendinginan radiator. Hebat, deh, kamu, Suzuki. RGR 150-mu itu, jawara.

Setelah ada aturan pemerintah soal pembatasan emisi gas buang, mungkin tahun 1997-an, kamu sedikit limbung. Maklum jualan andalan dua tak, dan era mulai bergeser ke empat tak, yang sudah hampir 30 tahun disegel olah pabrikan sayap mengepak. Namun Shogun R-mu bisa menjawab. Bahkan juga para Smash edisi awalmu.

Smash-mu ini agak unik. Berperang melawan motor-motor “low entry”, mau tidak mau kamu menelurkan Smash, tahun 2003. Kakak penulis punya Smash, yang kemudian sempat menjadi motor tunggangan penulis saat bertugas di Klaten, Jawa Tengah. Untuk ukuran motor yang gitu, Smash yang paling unggul. Terlepas dari beberapa kekurangan, Smash punya pelintiran gas yang responsif, bertenaga, dan bunyi mesin yang khas.

Tapi setelah era Smash awal, dan kamu melanjutkan dengan Smash era baru, lalu Shogun lagi yang CC-nya lebih besar, kamu mulai kalah berlari, Suz.. Spin, matik pertama yang kamu bikin, hanya bertahan seumur jagung. Diganti Nex karbu, lalu sedetik kemudian dikoreksi Nex injeksi. Dari segmen skutik retro, Lets pun tak berkutik. Padalah matikmu tidak buruk.

Nex-mu, saya tahu, beneran keren. Setidaknya dari sisi mesin, performa, serta handling, cukup oke. Kemarin saya barusan ngajak Nex naik-naik ke puncak bukit (di Balikpapan tidak ada gunung).  Nex tidak protes, padahal saya boncengan sama bini. Pernah ke Balikpapan, kan? Sekitar 75 persen daerahnya perbukitan, lho, Suz.


Dua tahun memelihara Nex, dan sudah menempuh hampir 6.000 km, tidak ada keluhan. Tidak ada penurunan performa, selain bekas stiker di panel spedo yang susah dihapus. Oh iya, Suz Nex ini dibekali kunci stang biasa. Tidak rela kalau raib, sambalbawang ganti dengan kunci bermagnet punya varian Suz lain.

Balik lagi ke dagangan, kok sekarang jualanmu cuma Satria, Suz? Mengamati satu demi satu bebek, matik, dan sport bikinanmu, rasa-rasanya susah mengejar kompetitor. Satu demi satu pula, bebek, matik, kamu suntik mati. Padahal after sales-mu saja, masih banyak dikeluhkan. “Trus gimana nasib Nex saya lima tahun mendatang, jika musti ganti spare part ini dan itu?”

Saya duga, Suz terlalu terbawa arus, terutama arusnya pabrikan sebelah. Padahal kamu punya karakter. Yang mesti dilakukan adalah, kamu mendengarkan suara pelangganmu, termasuk saya yang adalah fans. Buatlah motor sesuai selera orang Indonesia. Jika perlu lahirkan kembali produk andalanmu dulu.

Bikin lagi RGR 150 versi baru yang segar. Bikin dengan mesin empat tak, ditambahi radiator, ban tubless, dan keluarkan dua versi, naked dan fairing.  Bikin agak rampingan di sisi tanki, jok, dan buritan, seperti sport genk ijo. Panel dibikin digital ful, rem cakram depan dan belakang. Comot konsep RGR 150, dan ubah sedikit saja. Pasti laris, deh.

Atau bikin lagi motor bebek yang rada plek dengan Shogun R. Rem belakang yang masih teromol, buang. Kapasitas mesin 110, dongkrak hingga 125 atau 135 CC. Lampu ganti LED, bagasi sedikit diperbesar. Atau dibikin modelnya menganut Smash. Mungkin Smash versi “ningrat” yang hanya bisa meminum pertamax atau pertalite.

Untuk matik, coba Nex disulam lagi, ya Suz.. Tetap dibikin imut seperti asalnya, tapi ditambah beberapa detail seperti kunci bermagnet, ban yang lebih gede, tanki sedikit lebih lapang, dan kapasitas CC ditambah dikit biar genap 113 CC. Suspensi yang sudah cukup empuk, dibikin yang lebih cakep lagi. Panelnya digital. Jangan lupa, pertahankan kualitas finishing dan pengecatan bodi yang sudah diakui para fans.

Setidaknya itu dulu saja. Jika bisa dilakukan, publik akan kembali menoleh padamu. Ah, seandainya 
petinggi Suz di Jepang sana, membaca keinginan para fans termasuk saya ini, mungkin akan lain ceritanya, ya. Seandainya, dan seandainya. Yang sudah biarlah berlalu.

Hal yang penting kan masa depan, toh. Saat krismon, Suz bisa bertahan dan beralih menelurkan bebek empat tak mumpuni. Masa sekarang kagak bisa. Ayo Suz bikin lah motor yang sesuai selera orang Indonesia: motor yang good looking, handal, berkualitas, irit, dan oke aftersales-nya.


Baca juga:  

MOTOR-MOTOR OKE YANG JEBLOK DI PASARAN
ZUNDAPP LAMBRETTA JAWA CB200 NONGOL DI PAMERAN MACI BALIKPAPAN
7 MOTOR BEBEK TERBAIK SEPANJANG MASA
SUZUKI NEX LINCAH DAN IRIT
FORD LASER SONIC - BALADA FORDI 1
NASIBMU SUZUKI
SUPRA GTR 150 SI BEBEK RASA SPORT