Pertengahan tahun 1997. Stadion Mandala Krida Yogyakarta penuh sesak oleh kawula muda. Sambalbawang salah satunya. Tercenung menatap lembar soal yang selama beberapa jam terus dibolak-balik. Bangku beton tribun penonton ini, bukan kursi yang nyaman untuk mengisi bulatan di lembar jawaban dengan arsiran pensil.
Selesai sudah. Kami, sambalbawang dan beberapa kawan sekelas, melanjutkan obrolan dan bercanda. Menanti saat yang mendebarkan, yang mencengangkan. Sekian speaker yang ditempel seantero stadion pun berteriak mengabarkan satu demi satu manusia beruntung siang itu.
"Kira-kira gimana ni kansmu mendapat doorprize?" tanya kawan. Sambalbawang hanya mengangkat bahu, sembari memegang kertas berisi nama peserta tryout persiapan menghadapi UMPTN ini. Tertulis disitu "Dimetrio Albertoto".
Tidak ada hubungannya dengan legenda AC Milan yang namanya Dimetrio Albertini. Namanya juga cuma iseng. Iseng-iseng berhadiah.Tipis peluang menang, bahkan untuk sekedar mendapat hadiah hiburan, mengingat peserta tryout ini saja sepertinya menyentuh 3.000 kepala.
Dan, betul, saja. Satu demi satu hadiah berpindah tangan. Sampai speaker nun jauh di panggung "berteriak" saatnya memilih pemenang utama. Hadiahnya, waw, sepeda gunung. Cocok untuk mengganti sepada gunungku yang mulai tidak bersahabat.
"Kalau aku menang sepeda itu, motorku kamu bawa," ujar sambalbawang ke seorang kawan di sebelah. Dia menyeringai. Dan detik-detik menjelang siapa pelajar beruntung itu dilontarkan, aku berkata, "Sepeda itu, aku yang menang.."
"Dimetrio Albertoto !!!" suara spiker menyalak menggema. Sambalbawang terbelalak dan melongo. Memandang ke kanan ke kiri, celingukan. "Dimetrio Albertoto !!!" teriak si MC via speaker, mengulangi. "Itu kan, nama yang tadi kamu daftarin..." kata kawan sembari menepuk pundak sambalbawang. Haaaa??
Bukan mimpi. Ini nyata. Serasa mengambang ketika sambalbawang berjalan ke arah panggung. Memadang ke arah sepeda. Beneran nih dapat sepeda? Oh Tuhan. "Ayo sepedanya dinaiki, putar-putar stadion," kata si pembawa acara.
Sejenak, sambalbawang pun berkeliling menjajal sepeda itu beberapa putaran, diiringi tatapan mata sekian orang dan sorak-sorai membahana. Ada perasaan yang aneh berkecamuk, sambalbawang tak bisa menjelaskan. Tapi ini menyenangkan. Sambalbawang tertawa kegirangan.
Sambalbawang mengayuh, meluncur pulang, beriringan bersama kawanku yang gantian naik motor butut sambalbawang. Plastik masih membungkus sepeda ini. Sekian kayuhan, aku melintasi Gereja Kotabaru. Mendadak ingin sebentar mampir. Hendak bertanya sama Tuhan, tentang kejadian barusan.
Sekian puluh menit sambalbawang bersimpuh di depan altar. Tetap tak tahu apa yang baru saja terjadi. Sampai ketika sampai di rumah, ibu menyambut. Kutumpahkan seluruh cerita padanya. "Tuhan tahu kamu perlu sepeda baru. Tuhan sayang kamu.." kata ibu.
BACA JUGA ARTIKEL LAIN :
BLOGER BALIKPAPAN RAYAKAN HARI BLOGER NASIONAL 2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar