Senin, 14 Maret 2016

TEH KOTAK DAN CHIKI

Ada suatu masa ketika dua benda ini: Teh Kotak dan Chiki, menjadi bagian penting dalam hidup. Jika tidak ada keduanya, barangkali sambalbawang tidak bakal lulus Taman Kanak-kanak (TK). Certanya dimulai saat hari-hari pertama sekolah.

Masa-masa indah saat duduk di bangku TK--karena hanya bernyanyi dan tepuk tangan--teh kotak dan chiki mulai menjadi jajanan favorit ini. Entah kandungan apa di kedua produk itu sehingga menjadi dambaan anak-anak, dan akhirnya sambalbawang usulkan sebagai bekal (bersekolah). Aturannya adalah : tak ada keduanya, artinya batal sekolah.

 

Pernah suatu ketika jajanan itu tidak didapat ibu, maka sambalbawang mutung. Ibu pun kelabakan mencari dari warung ke warung. Wafer Superman, wafer Khong Guan, ampyang, coklat koin, disodorkan, tapi tidak mempan. Ketika teh kotak diganti teh hangat dalam termos kecil, juga bukan solusi. Sambalbawang terus merapal jurus andalan : rewel.

Sambalbawang sungguh tidak peduli dunia bakal runtuh, atau kesamber geledek, sebab yang penting ada Chiki dan Teh Kotak. Sekali lagi, entah apa "resep" rahasia dalam Chiki dan Teh Kotak sehingga otak ini seperti tersihir, pengin lagi dan lagi. Apa pun itu, yang pasti adalah kombinasi asyik untuk dinikmati di dalam kelas, atau ketika acara bermain.

Apakah Teh Kotak dan Chiki membuat sambalbawang lantas giat bersekolah? Sayangnya, ternyata tidak juga. Karena itu masih ditambah dengan ibu yang wajib ada di dalam kelas. Selama tiga bulan di hari-hari pertama bersekolah, ibu menemani masuk kelas. Sambalbawang duduk di bangku, ibu bersimpuh di lantai.

Semua sindiran dan bujukan dari para guru, benar-benar tidak mempan. Sampai suatu hari, ibu sambalbawang pingsan di pasar dekat sekolah. Di sela-sela acara bermain bersama teman, saat itulah ibu bisa pergi ke pasar. Ternyata ibu kecapekan, ditambah masuk angin.

Gegerlah seisi sekolah. Sambalbawang pun akhirnya "disidang" khusus di ruang guru. Dasar mbeling, ya tetap saja sembari menyeruput Teh Kotak dan mendekap Chiki. Awalnya tidak tahu apa yang terjadi. Namun sepertinya ada sesuatu yang serius terjadi, dan ibu dikerubuti banyak orang, dan itu penyebabnya sudah jelas sambalbawang.

Dan entah mengapa, sejak itu sambalbawang "mengizinkan" ibu untuk tidak perlu masuk kelas--ya iya lah, memang yang sekolah seharusnya siapa. Meski beberapa waktu lamanya tetap ada syaratnya, yakni ibu harus mencatelkan tas belanjaan di pintu kelas. Ini agar sambalbawang merasa ibu hadir di kelas.

Memori yang tidak bisa dianggap indah, karena bikin malu. Namun tetap membekas. Tiga puluh tahun kemudian, sambalbawang ternyata juga masih sesekali membeli Teh Kotak dan Chiki. Memang, sudah tidak lagi terobsesi pada rasanya yang dasyat, tapi sekadar memanggil memori.

Ada cerita, banyak cerita yang terbayang tatkala memandangi Teh Kotak dan Chiki. Love you, mom. with all my heart. I love you, I love you.

Baca juga ARTIKEL LAIN:
HANACARAKA, AKSARA JAWA YANG INDAH
YEN ING TAWANG ANA LINTANG
MAMMA MIA HERE WE GO AGAIN, ABBA AGAIN
BLOGER BALIKPAPAN RAYAKAN HARI BLOGER NASIONAL 2019

LUAR BIASA, BEGITU BANYAK FILM DOKUMENTER PERANG DUNIA II 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar