Kamis, 03 Maret 2016

SELALU ADA WAKTU UNTUK MESIN-MESINKU

Jelas merepotkan memelihara lebih dari satu kendaraan, apalagi usia kendaraan tak lagi muda. Tambah merepotkan kalau pengennya kendaraan senantiasa tampil prima dan bersih. Namun di sinilah letak keasyikannya. Selalu ada waktu untuk membersihkan dan mencucinya, juga ke bengkel.

Selalu ada waktu untuk menyalakan satu per satu mesinnya, dan selalu ada waktu untuk mengecek fungsi kelistrikan hingga membersihkan busi. Maklum besi "piaraan" sambalbawang ada juga yang berjenis skuter lansiran 1977 dan mobil keluaran 90-an.

Tidak semuanya diserahkan ke bengkel resmi. Urusan mengecek dan memompa ban, bisa dilakukan di rumah. Urusan yang remeh-temeh, tetapi cukup menghemat duit. Hitung saja jika satu kali mengisi angin Rp 2.000, dan setiap tiga minggu sekali mesti mengeraskan ban.

Itulah mengapa sambalbawang kadang heran mengapa banyak pengendara tidak memiliki pompa angin, dan "memilih" menjadi peserta rutin di kios pompa angin. Mungkin sama herannya dengan warga kompleks yang melihat saya memompa ban mobil dengan pompa angin.

Khusus motor, memang tercipta untuk masih bisa melaju dengan perawatan minim. Meski ban sudah sehalus kulit bayi, rantai kendor dan berkarat, rem kurang pakem, tarikan gas tidak lancar, bahkan lampu mati pun, pengendara masih berani keluyuran. Shock breaker keras, knalpot hampir copot, dan tanpa spion, pun, juga masih bisa dikendarai.

Namun, sambalbawangmenempatkan kenyamanan berkendara sebagai hal penting. Dengan kata lain, kondisi di atas tidak bakal terjadi. Mari penulis beritahu sedikit. Sambalbawang pernah melihat seseorang terjungkal gara-gara rantainya putus mendadak di tanjakan. Rantainya ternyata berkarat dan kendor, dan sebenarnya itu sudah disadari si empunya motor.

Apakah dengan perawatan, kendaraan dijamin tidak mogok'an? Sebenarnya tidak juga. Motor bebek sambalbawang pernah mendadak ogah berenang gegara busi mati mendadak. Skuter, apalagi. Walaupun diservis rutin, rajin minum pertalite, hingga menenggak oli yang kualitas prima, masih suka ngadat hingga mogok.

Ketika ada sesuatu yang tidak beres, entah itu lampu-lampu mati, mesin terdengar "kurang merdu", atau rem mendadak aneh rasanya saat dipijak, bergegas pula kabur ke bengkel. Apalagi jika itu terjadi pada mobil.

Tidak ada cerita tentang tentang rem yang tidak pakem. Tidak ada cerita tentang panel instrumen yang padam. Tidak ada cerita tentang kick starter yang sulit "ditendang". Tidak ada cerita kehabisan air accu (aki). Tidak akan ada cerita soal ban yang gundul.

Demi kenyamanan berkendara, tentu banyak "pengorbanan" yang hanya bisa dipahami oleh mereka para penikmat berkendara. Dan maaf, penikmat berkendara seperti sambalbawang tidak peduli dengan aksesoris tambahan yang bikin boros pengeluaran tanpa hasil signifikan.

Dulu, di zaman muda, sambalbawang pernah berkeinginan mengilapkan blok mesin peliharaan saya, motor dua tak keluaran 70-an. Dengan batu hijau (watu ijo). Caranya begini: batunya diiris sekeping, lalu dicampur dengan pengilap (cairan) Braso. Lalu gosokkan ke blok mesin, pakai kain gombal. 

Agar jelaga tidak menumpuk di dinding silinder, maka silinder wajib rutin dibuka untuk dibersihkan. Diamplas dindingnya. Knalpot juga tak ketinggalan ikut dicopot, dibakar dalamnya, lalu disodok dengan besi panjang untuk mengeluarkan jelaga yang "mengristal".

Busi Denso atau NGK selalu tersedia. Sekring cadangan pun nangkring di dalam "rumah"-nya. Motor dua tak butut yang selalu kinclong ini, pun, seakan nurut sama penulis. Tatkala hujan deras, memang sering terkentut tapi tidak macet. 

Sedan tua milik sambalbawang pun juga masih terasa nyaman. Masih pula orisinil. Tidak bisa mencapai level seperti sedan kelas premium karena memang beda kelas, namun sudah cukup oke sebagai pembawa badan kemana-mana. Masih sering ke bengkel untuk perawatan, tentu saja, ketimbang terpaksa ke bengkel gegara macet mendadak di jalan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar