Kamis, 20 Agustus 2015

30 LAGU BARAT TERBAIK SEPANJANG MASA

Setelah mencoba mengurutkan mana saja motor-motor terbaik versi sendiri, ehem, sekarang giliran tema lainnya saya luncurkan. Apa itu? Cuma lagu saja, kok. Biar gampang, maka, untuk edisi pertama tulisan ini, hehe, saya batasi dulu hanya pada lagu-lagu barat.

Ngemeng-ngemeng soal lagu, mana saja yang bagus, jelas mengarah soal selera. Karena memang sudah ditakdirkan demikian, pilihan lagu maupun genre musik yan paling "ter...", menjadi sangat subyektif. Belum tentu saya sepaham sama yang lain.

Jadi, di sini saya membatasi lagu terbaik hanya 30 lagu saja. Enggak perlu banyak-banyak karena makin susah memilih dan mengurutkan. Kriterianya simpel saja, yakni lagu itu tak lekang dimakan waktu, easy listening tapi bukan lagu murahan. Dan tentu saja, lagunya dikenal oleh banyak orang.

Ada 30 lagu yang saya anggap terbaik, dari genre rock dan pop, juga campuran keduanya. Dimulai dari nomer urut 30 ya, lalu menuju ke nomer 1 sebagai lagu terbaik sepanjang masa pilihan saya.

30. Wherever I May Roam (Metallica)
29. Teenage Senorita (Teddy Randazzo)
28. Sweet Child O'Mine (Guns N Roses)
27. How Do You Do (Roxette)
26. Ode To My Family (Cranberries)
25. Making Love Out Of Nothing At All (Air Supply)
24. The Man Who Sold The World (Nirvana)
23. November Rain (Guns N Roses)
22. Nikita (Elton John)
21. Heal The World (Michael Jackson)
20. Smells Like Teen Spirit (Nirvana)
19. In These Arms (Bon Jovi)
18. Just As I Am (Air Supply)
17. If It Wasn't For The Night (ABBA)
16. Even The Night Are Better (Air Supply)
15. Imagine (John Lennon)
14. Hasta Manana (ABBA)
13. And Your Bird Can Sing (The Beatles)
12. One (Metallica)
11. Let It Be (The Beatles)
10. Love of My Life (Queen)
09. If I fell (The Beatles)
08. The Ballad of John and Yoko (The Beatles)
07. A Kind of Magic (Queen)
06. Hasta Manana (ABBA)
05. La Isla Bonita (Madona)
04. Something (The Beatles)
03. Dancing Queen (ABBA).
02. I want To Break Free (Queen).
01. Bohemian Rhapsody (Queen).

Selesai. Jadi begitulah, 30 lagu barat terbaik pilihan saya. Kalau ada yang tidak cocok, ya muaap, kan selera orang berbeda, seperti sudah dipaparkan di atas. Hoho. Tapi yakinlah, milih 30 lagu itu saja, juga sulit. Maklum ada ratusan kandidat. Oh ya satu lagi, mungkin saja 30 lagu di atas ini besok bisa berubah.
Jadi, jangan ke mana-mana. Tetap pantengin sambalbawangkangadi.

BACA JUGA

LILAC, SEPENGGAL CERITA TENTANG PASSION BERMUSIK
MAMA by PAULINA, PROYEK LAGU PERTAMA
HANACARAKA AKSARA JAWA YANG INDAH
BASA JAWA (3) DARI MECUCU SAMPAI NYANDRA

Selasa, 04 Agustus 2015

TEMPE BACEM BU DINI

Bu Dini, begitu sambalbawang memanggilnya. Perempuan berumur 60-an tahun, berperawakan kecil, keriput di wajah dan sapaan yang hangat. Dia penjual tempe - tahu bacem terenak di muka bumi ini, setidaknya itu pendapat saya dulu. Menu andalannya, tempe bacem.

Hampir tiap pagi, sebelum ngacir ke sekolah, sambalbawang rutin menyambangi Bu Dini, yang warung jualannya hanya warung tempel-beratap seng yang nempel di tembok Alun-Alun Selatan, Yogyakarta. Bersama suaminya dia mengelola usaha tersebut.

Bisa dibilang sambalbawang-lah peserta rutin di warungnya kala pagi. Tempe bacem Bu Dini yang paling saya suka, dan itulah yang sering sambalbawang beli. Tentu dengan instruksi orang tua dan rupiahnya. Cukup berlari 15-20 detik, sudah sampai di warungnya.

Bu Dini tidak membuka warung makan, karena hanya berjualan di tempat. Sebuah wajan berukuran besar menjadi alat masak Bu Dini, dan bangku kayu kecil (dingklik) yang sudah kucel, menjadi tempat duduk khusus buat saya untuk menunggu Bu Dini menggoreng tempe bacemnya.

Tempe bacemnya sangat lezat. Diangkat dari panci usai dibacem saya sudah bikin saya berkejab-kejab, Apalagi ketika mulai diluncurkan ke wajan berisi minyak goreng mendidih. Bau harum menyeruak, menguar, membuat saya tak sabar.

Bu Dini paham kalau sambalbawang suka tempe bacem. Karena itu dia sering memberi bonus tempe bacem ke saya. Biasanya tempe bacem yang bocel, yang bentuknya tidak sempurna akibat proses membacem berjam-jam. Tapi tak masalah, yang penting enak.

Bonus tempe bacem itu, tentu saja tak masuk hitungan yang dibawa pulang kerumah, karena pasti sambalbawang habiskan di TKP. Bu Dini meletakkan tempe bacem itu di atas piring blek (seng) kecil, Dan sambalbawang biasanya duduk di bangku kayu kecil, persis dekat wajan, menunggu tempe matang.

Biasanya tempe bonus ini diberikan kalau saya harus menunggu beberapa kloter penggorengan. Maklum, tempe bacem Bu Dini sudah kesohor enaknya. Jika kebetulan sedang kehabisan, Bu Dini seperinya tidak sampai hati mengatakan.

Ibu sangat paham level kegemaran sambalbawang akan tempe bacem. Artinya, menyuruh membeli tempe bacem, bukan sesuatu yang sulit. Sering sambalbawangb bahkan sudah meloncat lari, sebelum ibu membuka dompet. Dan uang disusulkan belakangan ke Bu Dini.

Oh ya satu tempe bacem ini harganya Rp 25. Murah bukan? Tentu saja, lha wong itu harga tahun 1985-an. Ibarat kecanduan, saya tidak berenergi jika tidak menyantap tempe bacem Bu Dini. Bau harum bacemannya itu saja sudah bikin saya tergaga-gaga, dan mengangkat hidung. Endus-endus.

Saking ngefansnya sama tempe bacem Bu Dini, sambalbawang pernah sampai tidak masuk sekolah. Atau tepatnya pulang pagi. Ceritanya, saya menghabiskan 10 tempe bacem. Alhasil, belum genap sejam di sekolah, jadi terserang diare. Ibu pun menceritakan ke para guru tentang 10 tempe bacem itu yang semuanya sambalbawang makan. Betapa malunya...

Tempe bacem Bu Dini menemani sepanjang sambalawang duduk di bangku SD, minus 1,5 tahun ketika saya meneruskan sekolah ke Ambon. Selepas SD, atau sewaktu SMP, sambalbawang sudah tidak menjumpai lagi warung Bu Dini. Tak ada yang bisa menjelaskan ke mana Bu Dini pergi, atau pindah ke mana warung kecilnya itu. Ah.

Warungnya kembali menjadi  padang ilalang seluas 60-an meter persegi. Lalu ketika duduk di bangku SMA, lahan itu sudah ditumbuhi rumah. Beberapa kali melintasi gang di depan lokasi itu, sambalbawang membayangkan aktivitas pagi 30-an tahun silam.

Di sana, yah, di dingklik kayu itu, pernah ada seorang pria kecil, yang saban pagi duduk. Bermenit-menit, menunggu tempe bacem selesai digoreng. Dan kadang juga diselingi nasehat dari Bu Dini bahwa sambalbawang mesti rajin belajar. Ah (lagi)..

Sampai sekarang sambalbawang belum menemukan tempe bacem seenak tempe bacem Bu Dini itu...

BACA JUGA

MUSIK ZAMAN DAHULU VS ZAMAN NOW, MANA YANG BERKUALITAS?
KOKORO NO TOMO
10 BREGADA KERATON YOGYAKARTA YANG KEREN
TEH VS KOPI
BLOGER BALIKPAPAN RAYAKAN HARI BLOGER NASIONAL 2019