Memang beneran masuk dapur
rekaman, meski tak sebagai frontman alias bukan jadi tukang vokalis. Bukan juga sebagai musisi. Cuma sebatas jadi penulis lagu. Menuju studio rekaman pun hanya berbekal lagu, gambaran lagunya mau gimana, ditambah sapa, senyum, dan banyak bertanya dari ujung ke ujung. Begitulah, dan yang penting akhirnya jreeng... lahirlah single bertitel “Mama” yang dinyanyikan Paulina, teman sambalbawang di Balikpapan. Klipnya udah dirilis per 1 Desember 2019 lalu, lho, di youtube.
Mengapa akhirnya rekaman, memang terpantik kondisi tak
sengaja meski ada juga sih, unsur sengajanya. Beranjak dari pengalaman yang menyesakkan, yakni
kehilangan mama, ibu tersayang, awal Agustus 2019 lalu, sambalbawang ingin memberikan
hadiah untuknya. Sebuah lagu yang juga menyematkan foto sosok istimewa ini dalam klipnya. Oh ya, sebelum lanjut baca tulisan, ini lagunya di youtube. Langsung di klik, aja. Bisa banget sembari ikut nyanyi karena ada liriknya.
Keinginan 'tuk bikin lagu sekaligus bikin klipnya, sebetulnya sudah jadi bahan obrolan
sambalbawang bersama Paulina selama beberapa bulan. “Mama” sebenarnya malah bukan lagu utama
yang ingin direkam lebih dulu.
Namun seiring ada momentum, dan juga (waktu itu) sebentar lagi Hari Ibu 22 Desember 2019, kayaknya bakalan apik dan pas jika lagu
Mama muncul duluan. Oke. Maka disusunlah rencana, dan berangkatlah menuju Algaris, salah satu studio
rekaman di Kota Balikpapan tercinta ini. Sekaligus juga ngobrol untuk bikin klipnya.
Urusan musik serahkan ke Algaris, agar cepat digarap, segera kelar, dan juga karena lagu diputuskan hanya pakai iringan kibor. Rencana awal sih, pakai gitar bolong, hehe. Sudah jua sambalbawang bersiap dengan gitar dan sudah menumpuk pedenya. Cuma, akhirnya batal, karena merasa kok agak-agak kurang cocok jika gitar ikut mengisi musik. Oke, akhirnya pakai kibor doang.
Enggak punya pengalaman berurusan sama rekaman, sambalbawang ya main intuisi dan tanya sana-sini. Soal "jalan cerita" dan "larinya" lagu inginnya bagaimana, langsung diskusi sama anak-anak Algaris. Musik akhirnya selesai, dan selanjutnya adalah take vokal. Ternyata, ini bagian terakhir dalam proses rekaman. Lumayan menguras tenaga dan waktu, karena butuh berjam-jam, bahkan sampai lewat tengah malam baru kelar. Besoknya badan langsung meriang.
Setelah take vokal selesai, urusan berpindah ke penggarapan klip. Bikin klip lagu ternyata yang paling lama prosesnya. Apalagi enggak punya pengalaman bikin klip. Kendala mulai muncul. Materi klip pertama, dirasa enggak cocok. Setelah ganti konsep, akhirnya sambalbawang dan Pau—panggilan Paulina—sepakat mengangkat topik kawan-kawan yang mengekspresikan diri bersama ibu atau mendiang ibu mereka.
Enggak punya pengalaman berurusan sama rekaman, sambalbawang ya main intuisi dan tanya sana-sini. Soal "jalan cerita" dan "larinya" lagu inginnya bagaimana, langsung diskusi sama anak-anak Algaris. Musik akhirnya selesai, dan selanjutnya adalah take vokal. Ternyata, ini bagian terakhir dalam proses rekaman. Lumayan menguras tenaga dan waktu, karena butuh berjam-jam, bahkan sampai lewat tengah malam baru kelar. Besoknya badan langsung meriang.
Setelah take vokal selesai, urusan berpindah ke penggarapan klip. Bikin klip lagu ternyata yang paling lama prosesnya. Apalagi enggak punya pengalaman bikin klip. Kendala mulai muncul. Materi klip pertama, dirasa enggak cocok. Setelah ganti konsep, akhirnya sambalbawang dan Pau—panggilan Paulina—sepakat mengangkat topik kawan-kawan yang mengekspresikan diri bersama ibu atau mendiang ibu mereka.
Langkah selanjutnya, segera mengontak teman-teman. Hampir 30 orang yang dikabari dan diajak berpartisipasi. Dari yang remaja,
dewasa, bapak-ibu muda, pelajar, mahasiswa, sampai yang sudah 50-an tahun. Ada yang bawa foto dan mau ke
studio untuk diambil klipnya, tapi ada juga yang memilih mengirim foto seperti kawan di Bandung, Magelang, dan Bengkulu.
Ada juga yang bawa balita dan bayinya. Semua kalangan mama, masuk,
jadinya. Gado-gado-lah, komposisinya, tapi yang penting adalah semangatnya. Mereka juga punya cerita
masing-masing terkait kedekatan dengan sosok ibu. Ah. Klip "Mama" akan jadi dokumentasi unik pula bagi mereka.
Syuting memilih tiga lokasi, yakni studio Algaris, Mangrove Center Balikpapan, dan Son’s Coffee Balikpapan. Asyiknya lagi, di hari syuting, teman baik asal Gresik, sedang piknik ke Balikpapan. Langsung sambalbawang
angkut ke lokasi syuting. Ini dia foto bareng-bareng di sela-sela syuting di kawasan bakau Mangrove Center.
Ternyata syuting untuk klip, enggak mudah, dan lumayan lama. Baru tahu juga kalau saat syuting, memakai opsi lagu dipercepat--kayak suara chipmunk--sehingga si talent--vokalis--mesti bekerja keras menyesuaikan. Untung deh, sambalbawang bukan yang jadi vokalis. Slamet, slamet.
Ternyata syuting untuk klip, enggak mudah, dan lumayan lama. Baru tahu juga kalau saat syuting, memakai opsi lagu dipercepat--kayak suara chipmunk--sehingga si talent--vokalis--mesti bekerja keras menyesuaikan. Untung deh, sambalbawang bukan yang jadi vokalis. Slamet, slamet.
Setelah lagu selesai, segera didaftarkan ke platform Netrilis, dan akhirnya tayang (antara lain) di Spotify, Oktober lalu. Selang dua pekan, atau 1 Desember 2019, barulah klip diunggah ke yutub. Hehe, jadi lumayan
paham bagaimana kronologis mendaftarkan lagu agar setidaknya punya “hak cipta” penanda orisinalitas lagu.
Sambalbawang tak lupa memasukkan lagu Mama ke Smartfm, salah satu radio di Balikpapan, untuk diputar. Dengerin lagu sendiri, di radio, itu sesuatu bingits. Setidaknya itu diamini mereka yang pernah melewati masa muda di zaman jaya radio. Meski cara menikmatinya sekarang agak beda karena enggak pakai radio, tapi streaming.
Sampai pertengahan Januari 2020 ini, klip "Mama" sudah membukukan sekitar 1.600 views. Lumayan (banget) untuk sebuah proyek awal. Senengnya. Eh.... sebentar... tadi ngomong apa? Proyek awal? Hmm... apa maksudnya? Ehehe, iya, bleh… karena ada lagi proyek lagu lainnya. Tunggu tanggal mainnya yaks. Yang sabar menanti, dan selalu pantau kanan-kiri biar enggak ketinggalan info.
Sambalbawang tak lupa memasukkan lagu Mama ke Smartfm, salah satu radio di Balikpapan, untuk diputar. Dengerin lagu sendiri, di radio, itu sesuatu bingits. Setidaknya itu diamini mereka yang pernah melewati masa muda di zaman jaya radio. Meski cara menikmatinya sekarang agak beda karena enggak pakai radio, tapi streaming.
Sampai pertengahan Januari 2020 ini, klip "Mama" sudah membukukan sekitar 1.600 views. Lumayan (banget) untuk sebuah proyek awal. Senengnya. Eh.... sebentar... tadi ngomong apa? Proyek awal? Hmm... apa maksudnya? Ehehe, iya, bleh… karena ada lagi proyek lagu lainnya. Tunggu tanggal mainnya yaks. Yang sabar menanti, dan selalu pantau kanan-kiri biar enggak ketinggalan info.
Orait, kita kembali ke lagu. Mama sebenarnya bercikal
bakal lagu lawas yang sambalbawang tulis tahun 2000 lalu. Buset dah, lamanya. Itu mah jaman sambalbawang masih kuliah dan pas kurus-kurusnya. Hehe. Jadi
ceritanya gini. Sambalbawang dulu emang suka bikin lagu, salah satunya berjudul “Dikau”.
Bukti fisik—print lirik lagu—bahkan masih sambalbawang simpan, lho.
Tapi entah kenapa, selalu enggak puas
sama lirik dan beberapa nada di lagu Dikau yang (sepertinya) bergenre pop
menuju rock dan bernuansa love-love itu. Sempat ganti ke topik lingkungan, masih
juga enggak nemu nada yang pas. Bingung juga nih, lagu kayak ngajak "berantem", apa maunya coba?
Akhirnya lagu perlahan-lahan mengendap sampai
lumutan, menguap, dan nyaris terlupa. Tapi untunglah sambalbawang masih sesekali menyanyikan nadanya sembari gitaran, sehingga tidak lupa-lupa amat. Namanya juga lagu sendiri, kan, walau belum jadi tetep juga di genjrang-genjreng kalau keinget.
Begitulah. Hingga momentum kehilangan ibu, sepertinya saat yang tepat untuk "memanggil" lagu yang separuh jadi itu. PR pertama adalah lirik. Sambalbawang coba mengubah liriknya ke topik tentang ibu. Eh ternyata langsung dapet lirik dan lagu segera jadi dalam beberapa hari. Tempo lagu lantas disesuaikan, sehingga jadi lebih lambat dari tempo lagu awal (Dikau). Jadilah lagu "Mama" yang simpel dengan lirik yang sederhana. Sebagian lirik lagu adalah penggalan doa sambalbawang untuk ibu.
Begitulah. Hingga momentum kehilangan ibu, sepertinya saat yang tepat untuk "memanggil" lagu yang separuh jadi itu. PR pertama adalah lirik. Sambalbawang coba mengubah liriknya ke topik tentang ibu. Eh ternyata langsung dapet lirik dan lagu segera jadi dalam beberapa hari. Tempo lagu lantas disesuaikan, sehingga jadi lebih lambat dari tempo lagu awal (Dikau). Jadilah lagu "Mama" yang simpel dengan lirik yang sederhana. Sebagian lirik lagu adalah penggalan doa sambalbawang untuk ibu.
Capek, puas, aneh, asyik, dan amazing. Begitu gambaran
gimana rasanya setelah merampungkan lagu. Tak hanya jadi lagu, sambalbawang juga dapat ilmu, wawasan, dan pengalaman-pengalaman baru. Orang biasa pun bisa punya lagu. Era sekarang benar-benar memudahkan orang awam kayak
sambalbawang yang bukan musisi ini, untuk bersentuhan dengan musik, juga hal terkait lain, semisal klip lagu. Mereka yang punya hobi menyanyi, bisa menyanyi, dan punya mimpi, semakin punya akses mudah.
Bagi Paulina, yang punya warna suara sopran ini, sang ibu--di Flores--adalah sosok idolanya. Dan tentang masuk dapur rekaman, juga menjadi pengalaman pertama. Pau, begitu dia sering dipanggil, sudah beberapa kali ikut audisi menyanyi sehingga urusan menyanyi memang bukan hal baru.
Merampungkan rekaman, beberapa waktu lalu masih jauh dari bayangan. Mendadak jadi mengingat zaman dulu. Gimana ya 20 tahun lalu, jika sambalbawang beneran
masuk dapur rekaman. Kala itu, sih ya punya band. Setidaknya pernah di tiga band, yang semuanya belum pernah melangkah lebih jauh. Lha wong cuma band "ceria" beranggotakan tetangga, dan teman main. Dulu lumayan sering main di studio musik kecil, dekat rumah, yang begitu jendela
dibuka, bisa lihat sawah dan bapak ibu tani.
Cerita-cerita soal studio musik zaman dulu,
dan apa proyek sesudah lagu Mama, kita simpan untuk bahan tulisan artikel-artikel berikut. Kebanyakan sih, kalau dituang di tulisan satu ini, karena jadi
panjang bukan kepalang, dan mungkin bakalan capek bacanya. Tenang, masih banyak artikel topik terkait musik segera menyusul. Termasuk event live musik 22 Desember lalu, dan cerita-cerita di baliknya, juga ada apa sesudahnya. Pokoknya seru.
Balik lagi ke topik lagu. "Mama" juga
sambalbalbawang dedikasikan untuk semua ibu di muka bumi yang berjuang demi
anak-anaknya. Ibu adalah harta bagi anak. Berbahagialah mereka yang ibunya masih hidup. Masih bisa ditemui, dipeluk, dan diantar ke mana-mana. Sayangilah ibu kita masing-masing, dengan segenap hati. Jangan pernah bikin ibu kita menangis
sedih, kecewa, dan terluka.
Sebelum menutup tulisan di blog, ini lirik lagu Mama :
“Mama, mawar terindah. Cantik mewangi,
mewarnai hari-hari. Mama, rembulan sendu. Slalu memberi, tak mengharap tuk
diberi. Mama, ingatkan aku. Bila salah melangkah, dan bila salah bertutur.
Mama, peluk tubuhku. Kala batin terempas, tak tahu harus bagaimana. Kurindu
belaimu. Redakan sedihku, tangis, luka, dan marahku. Kurindu senyummu.
Tenangkan resahku, kecewa, sakit hatiku. Mama, ajari aku selembut hatimu,
seteduh tatap matamu. Mama, berikan doamu. Restu dan maafmu. Ku kan baik-baik
saja”.
Link Spotify Lagu MAMA: https://open.spotify.com/track/6mFoafcffNxOInrxqi8DMM?si=hkr0VyhMSGChaE70RvI4eg
Love you mom… ibuku, mamaku tersayang,
Anastasia Yuwiyati..
BACA JUGA :
HAPPY MOTHER'S DAY 2019, LIVE ACCOUSTIC "MAMA"
ABBA TALENTA TERBAIK MUSIK SWEDIA
THE BEATLES FOREVER
TATAG LANANG, FASHION SHOW TUNGGAL SAMANTHA PROJECT
REPOTNYA "MEMELIHARA" DUA BLOG
7 MOTOR BEBEK TERBAIK SEPANJANG MASA
GATOTKACA TAK HANYA OTOT KAWAT BALUNG WESI
HANACARAKA AKSARA JAWA YANG INDAH
JURASSIC WORLD VS JURASSIC PARK
APA KABAR SUZUKI ?
AKU DI BELAKANGMU, TIGER WONG
AMPAR-AMPAR PISANG, INI LHO ARTINYA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar