Sejak kecil, sambalbawang selalu suka menyanyikan lagu-lagu daerah.
Dari lagu-lagu daerah asal Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulwesi, Maluku, sampai Papua.
Dari lagu Manuk Dadali, Lir Ilir, Ampar Ampar Pisang, Angin Mamiri, Ayam Den Lapeh, Huhate, sampai
Yamko Rambe Yamko. Hapal semuanya.
Namun kok ya dulu sambalbawang tidak pernah tahu apa artinya lirik lagu-lagu daerah itu. Pernah sih, suatu
kali bertanya ke pak guru, juga nggak tahu artinya. Pokoknya disuruh nyanyi, ya nyanyi saja, sambil dikira-kira sendiri artinya. Untunglah lagu-lagu daerah itu memang asyik punya, dan enak dinyanyikan.
Salah satu lagu daerah yang artinya masih rada-rada ketangkap, barangkali hanya Ampar-Ampar Pisang. Meski tahunya ya 1-2 baris
kalimatnya doang. Hahahaa. Untung pula, sejak ada mbah Google, sedikit banyak arti lirik lagu
daerah tersebut, cukup terjelaskan. Namun memang tidak 100 persen memuaskan, karena
tetap terasa agak membingungkan. Maklum saya kan wong Jogja, ahaha.
Maka bertanyalah saya pada seorang teman yang asli orang daerah
bersangkutan. Todong aja langsung bang Gimbal, cowok asal Banjarmasin, Kalsel,
yang tinggal di Balikpapan, Kaltim, untuk menjelaskan artinya. Dan, si bang Gimbal
alias bung Novi Abdi, jurnalis yang hobinya naik gunung dan off road, ini pun menerangkan dengan suka hati. Cip.
Lirik lagu Ampar Ampar Pisang yang banyak sambaltemukan di internet,
dan kayaknya ini pula lirik lagunya yang dulu diajarkan saat sambalbawang sekolah, begini :
“Ampar ampar pisang, pisangku belum masak. Masak bigi dihurung bari-bari. Masak bigi dihurung bari-bari. Manggalepak manggalepok, patah kayu bengkok. Bengkok dimakan api, apinya cang curupan. Bengkok dimakan api, apinya cang curupan. Nang mana batis kutung dikitipi dawang. Nang mana batis kutung, dikitipi dawang,”
“Ampar ampar pisang, pisangku belum masak. Masak bigi dihurung bari-bari. Masak bigi dihurung bari-bari. Manggalepak manggalepok, patah kayu bengkok. Bengkok dimakan api, apinya cang curupan. Bengkok dimakan api, apinya cang curupan. Nang mana batis kutung dikitipi dawang. Nang mana batis kutung, dikitipi dawang,”
Dan, begini penjelasan bang Gimbal: Ampar ampar pisang, berarti pisang yang
dihamparkan. Lalu lirik selanjutnya, "masak bigi" itu kurang tepat, karena mestinya "masak sabigi". Dan, "masak sabigi dihurung bari-bari" ini, artinya masak/matang satu (pisang)
dirubung banyak lalat buah. Lanjut, "manggalepok-manggalepok" artinya bunyi "ketepak-ketepok" atau bersuara "krak". Trus, "bengkok dimakan api", nah ini bisa ketebak artinya: bengkok karena terbakar api.
Selanjutnya “Apinya cang curupan”, menurut abangku satu ini,
adalah kesalahan pendegaran yang diabadikan tulisan. Tidak ada kata “cang
curupan” dalam bahasa Banjar. Bang Gimbal yakin kalau frasa aslinya adalah “apinya
kakurupan”, yang artinya apinya kekecilan. Sedangkan “kurup” ini hanya dipakai untuk
api dan benda yang bersinar seperti lampu, api unggun, dan nyala lilin.
Lanjut ke lirik selanjutnya. “Nang mana batis kutung, dikitipi dawang” pun
dikoreksi oleh bang Gimbal. Sebab yang betul adalah “nang mana batis kutung, dikitip bidawang”. Nah, ini berarti siapa yang kakinya buntung, digigit bidawang. Dijelaskan lagi
oleh bang Gimbal, bidawang itu adalah bulus, labi-labi.
Sebagai penutup, bang Gimbal bilang, lagu Ampar Ampar Pisang ini
hanya pantun riang. Hanya mengambil rima dari setiap kata yang artinya bahkan
berlawanan. Kecuali soal pisang masak-juga buah apa pun-yang kalau terbuka (terkupas), kan pasti dirubung oleh lalat. Dan lalatnya pun tak hanya lalat buah. Lalu, untuk membuat patah kayu bengkok, justru apinya harus
besar (bukan malah kecil).
“Dan tidak ada orang yang kakinya sampai buntung
karena digigit bidawang. Bidawang itu kecil, paling sebesar laptop. Yang kami
takutkan dulu saat kecil, sedang berenang sembari telanjang di sungai itu
dikitip (digigit) buntal,” kata bang Gimbal lagi. Si ikan buntal ini, dikhawatirkan menggigit
di "kawasan" situ, tuh. Iyaa, di bagian itu.. Bahaya, kan, bleh. Nih menyoal masa depan... Wkwkwk..
Jadi, sodara-sodara sebangsa dan setanah air, lirik yang benar dari lagu Ampar-Ampar Pisang itu, begini:
“Ampar-ampar pisang, pisangku belum masak. Masak sabigi dihurung bari-bari. Masak sabigi dihurung bari-bari. Manggalepok manggalepok, patah kayu bengkok. Bengkok dimakan api, apinya kakurupan. Bengkok dimakan api, apinya kakurupan. Nang mana batis kutung dikitip bidawang. Nang mana batis kutung, dikitip bidawang,”..
“Ampar-ampar pisang, pisangku belum masak. Masak sabigi dihurung bari-bari. Masak sabigi dihurung bari-bari. Manggalepok manggalepok, patah kayu bengkok. Bengkok dimakan api, apinya kakurupan. Bengkok dimakan api, apinya kakurupan. Nang mana batis kutung dikitip bidawang. Nang mana batis kutung, dikitip bidawang,”..
Jelas
toh, kalau diurai begini... Myehehe... Ah, mendadak jadi pengen ke Banjarmasin lagi..
Baca Juga :
CHINMI JAGOAN KUNGFU DARI KUIL DAIRIN
LILAC, SEPENGGAL CERITA TENTANG PASSION BERMUSIK
"MAMA" by PAULINA, PROYEK LAGU PERTAMA
BANYAK MOTOR SEDIKIT MEREK, SEDIKIT MOBIL BANYAK MEREK
LINTAS GENRE, SATU BUKTI LAGI KUALITAS LAGU ABBA
GATOTKACA TIDAK HANYA OTOT KAWAT BALUNG WESI
HOMPIMPA ALAIUM GAMBRENG UNYIL KUCING
BASA WALIKAN
YEN ING TAWANG ANA LINTANG
KOKORO NO TOMO
MBANGUN DESA YANG NGANGENI
10 BREGADA KERATON YOGYAKARTA YANG KEREN
LAGU-LAGU ABBA, LIRIK DAN VIDEO
MUSIK ZAMAN DAHULU VS ZAMAN NOW, MANA YANG BERKUALITAS?
Baca Juga :
CHINMI JAGOAN KUNGFU DARI KUIL DAIRIN
LILAC, SEPENGGAL CERITA TENTANG PASSION BERMUSIK
"MAMA" by PAULINA, PROYEK LAGU PERTAMA
BANYAK MOTOR SEDIKIT MEREK, SEDIKIT MOBIL BANYAK MEREK
LINTAS GENRE, SATU BUKTI LAGI KUALITAS LAGU ABBA
GATOTKACA TIDAK HANYA OTOT KAWAT BALUNG WESI
HOMPIMPA ALAIUM GAMBRENG UNYIL KUCING
BASA WALIKAN
YEN ING TAWANG ANA LINTANG
KOKORO NO TOMO
MBANGUN DESA YANG NGANGENI
10 BREGADA KERATON YOGYAKARTA YANG KEREN
LAGU-LAGU ABBA, LIRIK DAN VIDEO
MUSIK ZAMAN DAHULU VS ZAMAN NOW, MANA YANG BERKUALITAS?
Masak sabigi woi bukan masak bigi. Artinya masak sabigi tuh masak sebiji/1 buah
BalasHapus