Minggu, 19 April 2015

(NYARIS) SEMUANYA MENUNDUK

        Pemandangannya nyaris sama, di hampir setiap tempat, waktu, dan kondisi. Menjadi terasing ketika sesungguhnya ada manusia di sekitar. Jiwa dikuasai benda segenggam yang menyampaikan kehebatan digital terkini. Merebut ruang-ruang pribadi.
        Tertawa kini tak lagi menjadi menu harian yang bisa mudah digapai bersama. Bahkan hanya sejengkal berlarian, barangkali tak lagi menarik. Teralihkan oleh layar sekian inchi yang mendorong kita agar (terus) dianggap melek teknologi.
       Aku merindukan anak-anak bercelana pendek warna merah dan berkemeja putih, berlarian di halaman sekolah. Merindukan mereka bergerombol muncul dari sebuah gang, pada sebuah sore, dengan bola sepak yang mereka tendang-tendang.
       Aku merindukan mereka yang menggenggam kelereng dan sepotong kreweng yang ditaruh di kantong celana. Merindukan mereka yang bersemangat menggaris tanah dan berteriak bahwa pertandingan dimulai.
      Aku merindukan mereka meronce karet gelang dan saling berdiskusi untuk memilih karet gelang terbaik untuk dirakit menjadi tali. Aku merindukan kibaran rambut anak-anak yang meloncat-loncat tanpa henti sembari tertawa.
     Aku merindukan melihat sesosok pria kecil yang pulang ke rumah dalam kondisi dekil namun tertawa girang. Dan orang tua mereka yang menyambut dengan sedikit marah, namun segera memupusya dengan segelas teh hangat.
     Aku merindukan mereka, yang menemani sang ibu berbelanja ke pasar dan membantu memasak meski hanya mencucikan sayuran dan mengupas bawang, Aku merindukan mereka yang menyapa sang ayah di kala sore, dan bercengkrama bersama.
     Benda ini semakin membuatku marah... Marah pada diri sendiri dan keadaan, tanpa tahu harus berbuat apa. Hanya bisa menghela napas panjang ketika melihat mereka, yang seharusnya berlarian, hanya terpekur di depan layar itu.
    Menunduk. Nyaris, nyaris semua anak-anak kini "takluk" pada benda itu.  Siapa yang jago main kelereng dan lompat tali, sekarang? Siapa yang masih mau menjamah dapur, untuk memasak menu untuk ayah bundanya?
     Keluh...

BACA JUGA
PETE YANG MENGHARUKAN
MAMMA MIA HERE WE GO AGAIN, ABBA AGAIN
BLOGER BALIKPAPAN RAYAKAN HARI BLOGER NASIONAL 2019









Tidak ada komentar:

Posting Komentar