Dan, menyalak-lah mesin jahit malam ini, seperti malam-malam
sebelumnya. Waktu yang nampaknya paling ideal bagi saudara bojo menuangkan
idenya. Merancang baju, atau mengerjakan order jahitan, dengan segenap jiwa.
Membawa bendera modiste Samantha Balikpapan alias “Samantha Project”.
Usaha jahit sudah ditetapkan. Skala rumahan. Tapi, jangan salah, ini bisa sama seriusnya seperti eyang Claudio Ranieri meramu
starting-XI pasukan Leicester City, wkwkwkw. Bedanya, eyang Ranieri
sehari-hari menganalisa video pertandingan di King Power Stadium sono, sedangkan
dek bojo mantengin buku mode dan tayangan fashion dari youtube di Ndalem Samantha yang full musik.
Tak terasa 1,5 tahun Samantha“mewarnai” Kota Balikpapan tercinta. Ada dua ranah dijabani seturut namanya itu. Pertama, usaha jahit pastinya, yang dikasih nama Modiste Samantha. Kedua, brand fashion yang dikasih label Samantah Project. Masih tergolong bayi, masih balita bingit, yang untuk jalan pun merangkak dan musti
pelan-pelan. Asyiknya, namanya juga bayi, melakoni hal baru dan menjumpai
barang baru, tentu bersemangat penuh.
Setelah meninggalkan dunia jurnalistik yang digeluti 6
tahun, menekuni pernak-pernik kerajinan selama hampir setahun, disambung nyambi
freelancer setahunan juga, saudara bojo banting stir ke dunia fashion. Buka lapak modiste, jadi tukang jahit.
Berguru di “Sri Jiwo Insitute” alias mamah sendiri sejak
kecil, sodara bojo akhirnya melengkapi takdir. Masuk ke dalam keluarga besar
penjahit, meski nggabungnya di kloter terakhir. Mungkin, ini semua memang soal waktu saja. Waktu
yang berbalut kesempatan, dan tempat, tentu saja.
Ketika menebus mesin jahit konvensional, empat tahun lalu,
saudara bojo masih belum minat. Mungkin masih terbayang keasyikan sebagai
jurnalis (dulu), maka tulis-menulis masih dihayati. Lha wong mendatangkan dollar
juga, ternyata, walau sebatas uang lelah.
Sejumlah karya “embiro” Samanta, lahir dari mesin jahit
konvensional ini, yang sekarang lebih banyak sambalbawang pakai sebagai meja untuk
meletakkan laptop. Termasuk baju-baju anak, yang dulu memang konsep awal Samantha
Project. Konsepnya bergeser seiring kenyataan bahwa yang suka tampil
modis-gaya, bukan si anak. Tapi ibuknya, hehe.
Tapi, mesin jahit konvensional lama-lama terlihat kurang
cepet “berlari”. Juga terasa lebih ribet. Posisinya mesti terdegradasi, menepi, digantikan
mesin jahit listrik. Dan sekarang, peralatan jahit-menjahit pun memenuhi ruangan rumah.
Kain-kain pun mulai disusun memenuhi rak, sebagai opsi bagi pelanggan untuk
memadu-padankan selera berbusana.
“Mbaknya desainer, belajar di mana?” begitu tanya beberapa
orang. “Belum desainer kok, saya masih tukang jahit. Belajarnya di Sri Jiwo Institute,” begitu kadang-kadang jawaban sodara bojo sembari
tertawa. “Mbaknya bisa nggambar sket baju?” tanya beberapa teman. “Masih
belajar nggambar,” balas sodara bojo.
Oh memang, sodara bojo masih belajar nggambar sket. Beberapa
gambarnya pun bikin Sambalbawang ngekek ketawa lantaran gambar kakinya
kepanjangan. “Ah tapi kan, yang penting bisa merancang, dan menjahit,” begitu
sambalbawang, menghibur.
Maka, dengan senang hati, Samantha Project meluncurkan satu
demi satu produk hand-made yang “tidak biasa”, desainnya “ringan” alias simpel-sederhana,
dan asyik dipakai harian. Hm.. mana kainmu, atau pilih dari koleksi kami, dan
jahitkan ke Samantha Project.
Penasaran? Silahkan
kunjungi Instagram kami:
@samanthaproject @samantha_project_storehouse
BACA JUGA ARTIKEL LAIN :
GATOTKACA TAK HANYA OTOT KAWAT BALUNG WESI
PETE YANG MENGHARUKAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar