Jumat, 20 September 2019

SERUNYA GRUP WHATSAPP TEMAN SEKELAS SD (2)

"Ceritakan weekend-mu sobat.." Begitu chat pertama yang muncul di layar ponsel hari ini, disertai link sebuah lagu barat, dan gambar sebuah cangkir. Jam menunjuk pukul 09.00. Sapaan pagi yang "renyah".

Seorang kawan, sebut saja Mister Le, berinisiatif mengawali obrolan di grup WhatsApp. Tak butuh waktu lama, bahkan di menit yang sama, sudah ada yang mbales. "Haloooo," seru anggota lainnya, sebut saja Miss D sembari mengirim emoticon cangkir berisi kopi bergambar jantung hati. 

Obrolan langsung seru dan "sengit". Dalam waktu satu jam, terbukukan hampir 100 chat. Siapa yang menyapa siapa, menjadi obyek sasaran obrolan yang diselingi ketawa. Baiklah, untuk yang satu ini memang masih tentang kenangan masa lalu. Memang pada susah move on mereka-mereka ini.

Ini masih tentang serunya grup WA yang anggotanya adalah temen sekelas saat dudung di bangku SD. Grup ini dibikin Maret 2013, hampir tujuh tahun, dan pesertanya 25 orang, alias sudah dua pertiga dari penghuni kelas.

Lumayan heran juga mengapa grup WhatsApp (WA) yang satu ini selalu bisa gayeng dan menemukan topik obrolan. Malah, masih ditambah agenda-agenda reuni, entah itu yang terencana hingga yang dadakan.


Nglumpukke balung pisah, ibaratnya begitu semangat grup satu ini yang dijalankan dengan cukup militan. Semua dapat bagian diguyoni, digarapi, dan tentu dicungkil ramai-ramai kisah masa lalunya 30-an tahun silam.


Intinya, apa yang bisa bikin ketawa dan "bergosip", itu yang dicungkil naik ke permukaan. Bisa dibahas seharian, malah. Enggak ada pangkat dan status kerjaan, di sini, semua sama rata. 

Satu hal yang sambalbawang suka dan salut, obrolan berbalut kangen-kangenan ini kadang berlanjut ke kopi darat (kopdar). Entah gimana, tapi asyiknya adalah, selalu ada semangat untuk reunian. Berapapun yang datang, pokoknya reuni.

Sambalbawang tahun ini sudah dua kali ikut reunian, Juli dan Agustus lalu. Satu yang terakhir saat sedang dalam suasana sedih, karena meninggalnya ibu. Sebagai pelipur lara, okelah, sebelum balik ke Bumi Etam (Kaltim), mari reunian. 

Peserta reuni bulan Juli ada tujuh. Lumayan, hampir seperempat dari total penghuni kelas—jika dihitung dari jumlah teman waktu kelas VI.  Ada yang dari Surabaya, pas di Kota Gudeg untuk urusan keluarga, menyempatkan diri hadir.

Mister Le, yang kini jadi juragan batako, datang. Pria yang dulu dikenal sebagai cowok berkharisma ini, mancal brompit alias motor dari Klaten, Jawa Tengah. Beberapa yang masih berdomisili di Jogja, dan mereka ini termasuk peserta rutin reunian, hadir pula. Dua orang yang datang, sudah jadi mamah-mamah, bawa buntut (anak). Generasi penerus "trah" ini sudah dilibatkan, bagus, hehe.  

Hanya berselang tiga pekan, sejak Agustus, eh ada lagi reunian. Momennya untuk menyambut ajakan seorang teman—sebut saja Mister D—yang kini menetap di Jakarta. Meski peserta hanya empat gelintir, reunian, ya, tetep jalan juga.

Untuk urusan reunian ini, tak hanya dijalankan di Yogyakarta saat ada kawan yang mudik atau mampir. Pernah pula dihelat di Jakarta dan Surabaya.  Dan tentu saja reunian di Balikpapan yang pesertanya hanya dua orang--walaupun secara visual, ada empat orang.

Sebab, “mantan pacar” dua orang itu, namanya persis seperti nama dua temen sekelas yang juga peserta grup. Entah ini kebetulan apa enggak, yang jelas, ini satu topik yang sering muncul untuk dibahas. Tentu dengan "bumbu-bumbu" dan "penyedap" lainnya.

Banyak “pengakuan” yang semakin terungkap lewat obrolan grup. Para anggota yang kini sudah berumur 40-an tahun, sebagian mulai berani “genit”. Celetukan seperti yang standar “met pagi”, lalu “met makan”, trus “lagi apa”, atau "mau aku suapin?", sampai “met bobo”, berseliweran tak karuan banyaknya.

Ditambah lagi kiriman beberapa gambar emoticon yang “begitu deh” nuansanya, namun malah bikin semakin gayeng nih obrolan. Yang sedang berjauhan sama bojone karena kerja di luar kota, digarapi. Yang sering “menyapa”, ya tetap digarapi. Dan yang jarang nongol, tetap juga digarapi dan dipanggil-panggil.  

Nah yang paling sering muncul di obrolan adalah mereka yang mengaku “enggak saru”.  Entah definisi “enggak saru” itu gimana, karena jelas itu hal yang debatable, setidaknya sampai hari ini. Hehe. Untunglah semua sudah pada gede-tuwo-lucu, dan “berjiwa besar” menghadapi obrolan-obrolan kayak gitu.

“Ojo kebayang aku terus to, nek nglindur pie jal,” celetuk peserta grup, sebut saja Mister B. Dan segera ditimpali oleh anggota cewek, sebut saja Miss M. “Iyo, e, sik tak lihat kok wajahmu. Mungkin ini yang dinamakan…laparr”.

“Dah makan belum?” celetuk Miss M di lain kesempatan yang langsung disamber Mister B. Obrolan lalu disambung si juragan batako, Mister Le, yang dulu sepertinya sempat menaruh perhatian sama Miss M.

Si Mister Le ini dulu sempat dianggap dekaaaat sama temen sekelas juga, sebut saja Miss S. Nah, si Miss S sekarang malah jadi istrinya Mister Pa yang sama-sama sekelas. Dulu, kita-kita enggak ada yang membayangkan kalau Mister Pa bakalan jadi suaminya Miss S.  Belum lagi kisah antara Mister L sama Miss D, atau polah tingkah Mister A dan Miss A--khusus yang ini nanti sambalbawang cungkilkan di tulisan blog edisi selanjutnya. Jika wes cukup bahan tulisannya.

Ada pula peserta super aktif, si Mister D tadi, yang selalu pede menyebut dirinya cakep—meski item. Sering jadi bahan candaan, tapi Mister D memang berhati baja. Tanpa Mister D yang bertipikal biker  ini, grup rasanya pasti sepi. Setidaknya ramainya obrolan berkurang 10-15 persen. Mister D sering kirim fotonya saat beraktivitas, yang tentu saja langsung sambalbawang delete. Hahahaha.

Mungkin hanya sekedar obrolan demi obrolan tanpa ujung di grup ini. Mungkin hanya sebatas menuntaskan kangen. Tapi, reunian cara begini cukup penting untuk menjaga kewarasan jiwa di tengah himpitan beban hidup yang berat. Gojek “kere” dan obrolan yang sepertinya 80 persen memakai Bahasa Jawa Ini, sungguh ngangeni dan nagih.

Dan inilah grup WA terlama yang masih eksis. Boleh nih, dikasih award ke adminnya. Award berupa salim dan sungkem, saja, sing murah. Semoga enggak pernah kehabisan obrolan sampai kapan pun. Semoga makin nambah anggotanya dan makin banyak “kisah-kasih” terungkap.






Baca Juga Artikel Lain :

2 komentar: