Mamma Mia. Supergrup asal Swedia, ABBA, merilis lagu berjudul itu
tahun 1976, dua tahun setelah mereka dikenal dunia karena memenangkan
Eurovision Song Contest. Mamma Mia
diadopsi dari bahasa Italia, yang berarti “ibu saya”. Tapi definisi lebih
fleksibelnya, Mamma Mia berarti “aduh mak”.
Mamma Mia hanya satu dari banyak lagu ABBA yang membukukan hits. Garis
besar lirik lagu ini tentang seorang cewek yang patah hati, berpisah sama yayangnya.
Namun dalam lubuk hati masih merindu. Ada kesalahan pada si cowok, tapi si
cewek merasa ikut andil salah. Dan ketika si cowok (agaknya) datang lagi, si
cewek tak kuasa menolak.
ABBA meracik lirik dan judul secara jenius dalam Mamma Mia. Dengan
nada riang-menggelitik, Mamma Mia cepat menarik perhatian. ABBA memang sudah
bubar tahun 1982, namun tidak dengan lagu-lagunya. Dan begitulah film Mamma Mia
! lahir, jelas dari mereka-mereka para fans grup yang berjaya di tahun 1974-1982 ini.
Film Mamma Mia ! dirilis tahun 2008, atau 32 tahun setelah hits Mamma
Mia tercipta. Rentang waktu yang panjang. Film itu pun sebenarnya terinspirasi
dari pertunjukan drama musikal berjudul sama, Mamma Mia, yang dipentaskan tahun
1999. Dihitung sekarang, berarti film Mamma Mia ! sudah 9 tahun silam.
Rada telat untuk membahas film itu, tapi enggak apa-apa. Sebagai fans
berat ABBA saya pun merasa wajib untuk mengungkit film asal Amrik itu. Di
samping itu, tahun depan kabarnya dirilis sekuel film ini. Betapa.... Jadi,
mari kita kulak-kulik dikit nih film. Sebagai kata pembuka, perlu dicatat bahwa
genre film ini musikal, berbalut komedi. Tidak banyak yang berani bikin film
genre musikal, dan tidak semua sukses.
Di sinilah letak keberhasilan gambling semua “arsitek” film ini. Jika
belum pernah nonton film ini, segeralah nonton. Sungguh. Ini film bagus, tak
hanya sekadar menggali memori akan ABBA. Satu hal yang jelas terbaca dalam film
ini adalah alur cerita yang sederhana, tapi kuat dalam penyajian.
Didukung pula oleh beberapa nama tenar, seperti Meryl Streep, Pierce
Brosnan, Christine Baranski, Julie Walters, Colin Firth, Stellan Skarsgard, dan
Amanda Seyfried. Menyadari ini film juga
menampilkan keromantisan, latar belakang film pun dipilih yang pas: Skopelos,
sebuah kepulauan kecil di Yunani.
Donna Sheridan (Meryl) tinggal bersama putri semata wayangnya, Sophie
Sheridan (Amanda) di sana. Mengelola sebuah penginapan lawas. Meryl yang tumbuh
dewasa sebagai gadis cantik, hendak menikah dengan Sky (Dominic). Cerita mulai
bergulir dari rasa penasaran Sophie akan siapa ayahnya.
Donna tidak pernah cerita. Entah bagaimana Sophie suatu kali menemukan
buku diari ibunya dan menemukan tiga nama pria yang dalam diari itu dikisahkan
menjalin hubungan romantis dengan ibunya. Mungkin juga pernah titik titik titik
(tahu sendiri lah). Itu pun tertuang di diari.
Sophie yang merindu sosok ayah, berniat mengundang mereka bertiga
menghadiri resepsi pernikahannya. Sam Carmichael (Pierce), Harry Bright
(Colin), dan Bill Anderson (Stellan). Sophie yakin bingits segera tahu siapa
ayahnya begitu melihat wajah mereka.
Donna jelas tidak tahu rencana itu. Di sisi lain, Donna pun mengundang
dua sohib karibnya yang dulu sama-sama gokil. Ketiga cewek paruh baya ini yang
nantinya kebagian nyanyi banyak lagu ABBA di film tersebut. Sophie juga
mengundang dua karibnya, yang juga kebagian nyanyi-nyanyi.
Bisa ditebak, kekacauan apa yang silih berganti bermunculan. Sam,
Harry, dan Bill yang tidak saling kenal, diminta Sophie untuk mendampingi saat
pernikahan. Ketiganya memang pernah deket sama Donna di waktu muda, dan
gokilnya lagi, mereka semua mengira masing-masing adalah ayahnya Sophie.
Donna jelas gelagapan ketika pada akhirnya tahu ketiga pria itu ada di
depan mata. Lha wong dia sampai tidak yakin siapa ayah anaknya. Dan selama ini menyimpan rapat selama 20 tahun semua kenangan itu. Tapi, kini malah berantakan. Pierce, eh
Sam, sepertinya yang paling membekas di hatinya dulu. Celakanya lagi, atau untungnya, Sam
kini berstatus duda, dan mengaku (di tengah film) bahwa pernikahannya kurang
bahagia.
Akhir film cukup asyik. Sophie menunda pernikahannya karena ingin
jalan-jalan dulu keliling dunia. Yang menikah justru Donna dengan Sam. Dua
karib Donna juga lalu pedekate dengan Bill dan Harry. Susah-susah gampang kan
ditebak alur cerita film ini.
Lagu-lagu ABBA, berseliweran sepanjang durasi film. Ada 22 lagu, antara
lain Dancing Queen, The Winner Takes It All, Super Trouper, SOS, Take A Chance,
I Have A Dream, Chiquitita, Slipping Through My Fingers, Lay All Your Love On Me, Thank You For The Music, Honey Honey,
I Do I Do I Do, Money Money Money, Does Your Mother Know, Waterloo, Voulez-Vous, The Name of The Game, Our Last Summer, When All Is Said And Done, dan tentu saja Mamma Mia. Gimme Gimme Gimme, yang intronya
melegenda ini, ditampilkan beberapa kali.
Menariknya film ini, tak bisa dimungkiri karena Meryl Streep, aktris
kawakan penyabet Oscar beberapa kali. Meryl bisa memerankan sosok ibu separuh
baya umur 45-50 yang bertransformasi. Dari “liar” sewaktu muda (termasuk dalam
hal pacaran), menjadi seorang ibu yang tenang dan menenangkan. Namun menyisakan juga sisi tomboy dan kikuk.
Dalam Mamma Mia !, setiap lagu dicarikan penggal film yang cocok. Ketika tiga pria masa
lalunya muncul, Donna dimotivasi dua karibnya, diingatkan bahwa Donna muda
adalah gadis yang penuh gairah. Dengan kata lain, hadapilah fakta kehadiran tiga pria itu. Maka, lagu Dancing Queen-lah yang keluar. Lalu, saat Donna
menangis, dua sohibnya duet melantunkan Chiquitita. Oh iya, Chiquitita ini artinya gadis kecil dalam bahasa
Spanyol.
Di saat Donna tersudutkan pada (kekewaan) situasi masa lalu yang terbawa sampai
tua, ia menyanyikan lagi The Winner Takes It All. Dalam cinta segitiga waktu mudanya, Donna merasa sebagai pihak yang kalah. Ketika Sam berlutut melamar Donna, dan meminta jawaban,
keluarlah lagu I Do I Do I Do yang dinyanyikan rame-rame oleh para tamu undangan.
Ketika Sophie membaca diari ibunya, Sophie menyanyikan
Honey Honey. Ini satu hal menarik, jika tahu dan hapal lagu itu. "And now I know what they mean, you're a love machine. Oh you make me dizzy..." Hoho, ternyata Donna muda adalah seorang perempuan yang "membara".
Dalam adegan lain, kala salah satu karib (cewek) nya Donna merasa ada peluang pedekate sama dua pria masa lalunya itu, lagunya Take A
Chance. "If you're all alone, when the pretty birds have flown, Honey I'm still free, take a chance on me. Gonna do my very best, and it ain't no lie, if you put me to the test, if you let me try". Sambar aku, mas, sambar aku.. Gitu mungkin, maksud si cewek.
Di bagian awal dan menjelang akhir film, muncul lagu I Have A Dream, yang
melukiskan perasaan Donna. Impiannya. Saat Sophie meyakinkan cintanya ke calon suami, ia bernyanyi Lay All Your Love On Me. Lalu, ketika salah satu sahabat Donna malah (sialnya) didekati seorang cowok
muda, anak pantai, coba tebak apa lagu ABBA yang muncul? Yup, Does Your Mother Know.
Bagi penggemar musik ABBA, seperti saya, film Mamma Mia ! cukup memberi
hiburan. Memang ada beberapa adegan slapstik seperti ketika Donna jatuh dari
atap ke bawah, gegara ngintip kamar (loteng sebuah bangunan) yang ditempati
Sam, Bill, dan Harry. Jatuhnya pas jerami, pula. Tapi tak mengapa, karena tidak mengganggu jalinan cerita.Toh ini juga film rasa komedi.
Membahas keasyikan film ini, tentu tidak sah jika tidak nyentil kekurangannya. Ada beberapa hal yang jadi nilai minus, Salah satunya, adalah, lagu-lagu ABBA tidak terdengar cukup merdu. Sebab, yang nyanyi ya semua aktor
dan aktris. Padahal kita semua, seisi dunia, bahkan janin pun tahu, gimana seksi dan kece badainya suara Agnetha dan Frida (duo vokalis ABBA).
Memang tidak berharap banyak, di film ini, para aktor dan aktris menyamai suara mereka berdua-juga berempat (dua anggota ABBA lainnya kan cowok). Jadi sebelum nonton film harus bersiap dengan kenyataan itu.Tapi okelah, lumayan suara Meryl. Tetapi, vokal pakde Pierce, haduh... Sementara kualitas vokal
Sophie, meski cukup centil, tapi ya rada pas-pas-an.
Kalau tentang kualitas berakting, sih, aman-aman saja. Enggak buruk, meski juga tidak istimewa. Namun, Meryl kiranya menjadi
pembeda yang akhirnya “menutup” keseluruhan penampilan. Dari segi kesesuaian
lagu dan cerita, cukup bagus, tidak bikin kecewa. Lirik lagu yang sesekali
diubah-menyesuaikan kondisi-tidak bertabrakan atau tidak terkesan dipaksakan
nyambung dengan cerita. Nampak di pas-pas-kan, tapi tidak maksa. Gitu deh.
Kekurangan lainnya film ini, yakni, ada hal yang rada-rada enggak logis. Misalnya, mengapa Donna memilih tidak menikah. Meski tidak tahu persis siapa yang menghamili, setidaknya kan ada tiga pilihan pria. Toh mereka juga pernah (di masa itu) menyandang predikat sebabagi boyfriend-nya Donna. Bener, enggak? Tapi,, baiklah, tak jadi soal.
Mereka yang berharap mendengar lagu ABBA setidaknya terlantun cukup
merdu, jelas bakal kecewa. Tapi ini kan film musikal beraroma komedi, jadi ya
masih dalam batas kewajaran. Hal yang menarik, menurut saya, film ini cocok
buat mereka yang kenal lagu-lagu ABBA tapi tidak terlalu ngefans, juga mereka yang awam ABBA. Sekadar informasi, terjemahan lirik
lagu ABBA, ternyata cukup puitis.
Kita diajak bernyanyi di sepanjang film yang juga cukup full dansa ini,
sehingga tak terasa 1,5 jam berlalu begitu cepat. Mamma Mia besutan sutradara Phyllida Lloyd
ini sukses besar dan dikabarkan meraup pendapatan hingga 609,8 dollar AS. Pemilihan Mamma Mia sebagai lagu utama di film
ini, terbukti tepat dan "menjual".
Sebagai penikmat film, yang belum bisa disebut kritikus film, saya
menganggap film ini lumayan asyik dan pil mujarab nan wajib bagi para fans ABBA. Hanya saja, ada
beberapa adegan dewasa yang terlalu berlebih diumbar. Menurut saya sih,
dihilangkan atau direm “kadar” adegan itu, tidak menghilangkan substansi.
Tapi karena bukan saya yang bikin film Mamma Mia ini, ya terserah kehendak
sutradara bagaimana jalan ceritanya. Tapi bolehlah kita mengritik sedikit sebagai fans ABBA. Sebagai penutup, jika film
ini harus diberi skor dalam rentang 0-10, maka saya beri nilai 7. Enggak boleh protes ya.