Lima hari lagi, 10 September 2013, masyarakat Kalimantan Timur akan memilih pemimpinnya. Menghelat Pemilihan Gubernur (Pilgub). Tiga kandidat memperebutkan kursi Kaltim 1 & Kaltim 2. Masa kampanye tinggal sehari, kemudian masa tenang sampai 9 September.
Hingga larut malam, menentukan siapa calon yang pas sesuai keinginan, ternyata susah. Swear. Tentu, saya bakal menyambangi Tempat Pemungutan Suara (TPS. Namun, kalau di dalam TPS, tetap belum punya pilihan, bagaimana? Ah jadi teringat Pemilu pertama yang sambal ikuti menjelang tahun 2000 lalu. Bingung di bilik.
Jadi teringat kicauan seorang teman, "Pilkada memang penting, kah? Emang kamu kenal siapa para calonnya? Tahu rekam jejaknya? Beneran? Bukan karena dia kenal kamu, kan?".
Sebagai jurnalis, tentu saja sambalbawang mengenal beberapa dari mereka. Tetapi hanya sebatas urusan kerja. Tidak secara penuh mengenal, bukan?
Sambalbawang cukup tahu garis besar program-program mereka, dan mengerti. Semua memang ingin membawa Kaltim sejahtera. Apa iya sekarang belum sejahtera? Ehm, nampaknya begitu.
Program dan janji selalu disuarakan untuk wong cilik. Ngomong-omong perihal wong cilik, sepertinya sambalbawang bisa (dan berhak) termasuk dalam kategori ini. Meski memang bukan wong cilik yang benar-benar "cuiiilik" dan total "terinjak-injak" sampe remuk.
Wong cilik di sini, dalam arti, golongan rakyat yang cuma bisa berharap dan mendorong agar semua berjalan baik. Sebagai jurnalis, ya mesti memberitakan apa yang layak diberitakan. Kabar yang buruk, dan yang baik, ya mesti disuarakan seimbang sesuai kode etik. Di sisi lain, sebagai warga ya tidak neko-neko. Yah begitulah.
Sebagai warga Kaltim, yang wong cilik, sambalbawang cuma ingin alam bumi etam ini tetap terjaga hijau, sungai yang tetap bersih, sayur-mayur melimpah. Juga sisi kenyamaanan serta ketertiban. Jangan hanya disodori janji di atas awan, dibalik pengerukan kekayaan alam.
Jadi teringat perkataan seorang ibu penjual bumbu racikan di pasar deket rumah. Dia pernah berujar, alam Indonesia ini sungguh kaya akan sumber daya. Salah satunya adalah bumbu-bumbu dan beragam.
"Semua bumbu masakan, saya yakin, ada di Indonesia," ujar si ibu itu sembari menyendok bumbu komplit untuk bahan masakan rawon, pesanan sambalbawang siang itu. "Yang tidak ada di Indonesia, sepertinya nggak ada," lanjut si ibu ini.
Lantas, apa hubungan antara Pilkada Kaltim, bumbu rawon, dan kebingungan sambalbawang memilih kandidat? Rada susah memang, untuk menjelaskan. Namun karena telanjur nulis begitu di atas, ya sudah sambalbawang akan coba jelaskan. Tidak boleh protes, hehe.
Begini, sambalbawang kok kepikiran, kira-kira 50 tahun lagi, apakah kita masih bisa menyantap menu-menu masakan asli Indonesia? Masih ada tanaman bahan baku bumbu? Apakah masih ada petani? Jujur, sambalbawang pesimistis.
Tentu saja, pemerintah pusat juga daerah, terus menggencarkan pertanian dan menyuarakan keberpihakan pada petani--juga nelayan. Para kandidat kontestan Pilkada juga banyak yang lantang teriak pentingnya pertanian--dan sektor perikanan.
Namun apakah 50 tahun dari sekarang, masih ada yang jadi petani padi? Masih ada petani sayur dan petani lain? Saat ini alam Kaltim dan semua tempat di bumi, menuju hancur.
Di bumi etam, masifnya tambang batubara membabat hutan, mengeruk tanah, hingga berlubang, sampai masifnya pembangunan perumahan, menguras lahan pertanian. Industri pun membuat perairan tercemar. Semua kini ngomong teknologi.
Siapa anak muda yang masih mau melirik pertanian? Dipersempit lagi, siapa yang mau jadi petani padi yang berjibaku di sawah? Indonesia dulu adalah negara agraris. Tetapi sekarang?
Bawang putih, beras, dan garam pun kita harus mengimpor. Apa yang terjadi? Apa yang salah? Siapa yang salah? Dan, saling lempar hingga "meratapi nasib" tak terelakkan. Hingga alasan "demi perut terisi".
Sambalbawang bermimpi, apakah ada kandidat, entah itu di tingkat legislatif, eksekutif, atau pejabat menteri atau presiden yang berani statemen untuk militan memperjuangkan pertanian. Benar-benar militan.
Mungkin seperti ini janji yang terbalut sisi militan: "Setiap petani akan saya jadikan PNS, dapat gaji, tunjangan, plus pensiun. Dapat juga asuransi. Hasil panen, uangnya untuk petani. Kalau petani panen gagal, pemerintah siap membeli harga normal,".
Apalagi dijanjikan pula pemerintah senantiasa membeli tanah untuk memperluas lahan pertanian, dan memastikan ketersediaan air irigasinya. Juga seluruh urusan pasca panen. Semua aturan yang menghantam pertanian dan petani, harus dihapus.
Andaikata, jikalau saja ada kandidat berani ngomong begitu, dengan senang hati akan sambalbawang coblos. "Kutusuk kau, kutusuk kau di dalam TPS," begitu nyanyian yang mengalun.
Sayangnya, belum ada kandidat yang begono. Belum ada yang nampak militan dalam menyuarakan pertanian terutama bagi para petani pada. Dari semua lapisan petani, petani padi yang paling sengsara. Pernah denger ada petani padi bias kaya?
Jarum jam terus berdetak. Waktu pencoblosan semakin dekat. Sambalbawang masih bingung. Milih siapa eng ing eng. Hm..
BACA JUGA :
THE AQUARIAN ?
MAMAM MIA ! HERE WE GO AGAIN, ABBA AGAIN
BASA WALIKAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar