Selasa, 03 September 2013

MENCARI TRIO BELANDA, BELUM KETEMU

      Hari ini sambalbawang agak gasik-lebih cepat-membaca berita untuk mendapat kepastian apakah Gareth Bale beneran pindah dari Totenham Hotspur ke Real Madrid. Dan juga apakah Ricardo Kaka bakalan balik ke San Siro. Selepas mantengin berita online, dituntaskan lagi dengan baca koran. Eh masih baca koran? Ya iya, lah. 
       Berita soal Bale, paling utama dibaca. Berita mas Kaka, menyusul kemudian. Tetapi tiba-tiba terlintas di benak, tentang tim bola AC Milan. Bukan soal nilai transfer para pemain di klub tersebut, atau hasil liga Italia--haduh kapan kamu jawara lagi--atau Kevin Prince Boateng yang milih pindahan ke Jerman. Tetapi... tentang buku. 
      Buku itu, sambalbawang miliki sewaktu masih duduk di sekolah dasar. Terimbas demam Piala Dunia Italia 1990. Saat itu masih tercatat di SD Xaverius, Ambon. Sejak Piala Dunia 1986 itulah, sambalbawang mulai terkena virus sepakbola dan gila bola.
    Jadi, lewat buku itu, sambalbawang mulai menuangkan (tepatnya, menempelkan) semua artikel soal sepakbola. Nyaris semuanya, tapi lebih banyak tentang skuat tim AC Milan di era 90-an. Ketika tim dari kota mode itu lagi jayaraya berkat sengatan "trio maut" asal negeri kincir angin Belanda: Van Basten, Ruud Gullit, dan Rijkaard.
    Buku tulis itu full dengan gambar (foto) para pemain, dalam bentuk potongan kertas dari koran, majalah, sampai tabloid. Ada skuat lengkap Milan era itu, yang antara lain: Paolo Maldini, Tasotti, Alberigo Evani, Costacurta, Demetrio Albertini, Franco Baresi, Carlo Ancelotti, Donadoni, dan sang kiper Giovani Galli.. Juga si trio Belanda itu, tentu saja. Ada juga foto satu per satu para pemain itu saat menggiring bola. Tjakep, lah, pokoknya.
     Dulu, sumber kliping buku hanya dari koran dan tabloid Bola. Belum ada internet, pastinya. Komputer pun juga kagak kenal. Untunglah, bapak cukup sering membelikan koran dan tabloid, sehingga sambalbawang rajin mantengin berita olahraga. Tapi saking ngebetnya ingin mendapat banyak gambar, maka koran baru pun tak cukup. Butuh tabloid .
      Berburu gambar, hari demi hari, seruu gila. Masih inget, pernah nemu gambar (lupa siapa) di koran-nya temen. Saya minta sehalaman itu aja dan horenya, dikabulkan. Dan sesampai di rumah, langsung gunting lalu tempel. Satu lagi koleksi bertambah.
     Waktu bergulir, aktivitas menempel itu, terhenti ketika beranjak SMP saat mulai mengenal gitar. Dan sang buku pun hanya mengisi lemari. Kalau tidak salah, terakhir melihat buku itu, sudah lebih 10 tahun silam. Habis itu, entah, kemana dia pergi. Hiks.
    Ketika Juli lalu sambalbawang mudik ke Jogja, tekad mencari buku itu membara tak terkira. Sayang sejuta sayang, meski sudah mengobrak-abrik isi lemari di rumah hingga kolong demi kolong dan tumpukan demi tumpukan, sang buku tetap tidak ketemu. Akhirnya, menyerah.
    Ada sejumput rasa kecewa. Ingin melihat lagi rekam jejak kerajinan tangan zaman purba saya dahulu itu. Namun apa mau dikata. Sambalbawang hanya berharap kalau toh, sang buku itu belum hancur, semoga ditemukan seseorang dan dirawat sepenuh hati.
    Mungkin, ditemukan seorang anak SD yang kebetulan juga ngebet sama sepakbola. Mungkin buku itu sekarang sudah kumal, kumuh, dan buram, andaikan masih ada. Tetapi saya menggaransi, jika anda penggemar rossoneri, buku itu adalah "harta".

BACA JUGA ARTIKEL LAINNYA :
MAMMA MIA ! HERE WE GO AGAIN, ABBA AGAIN
THE AQUARIAN ? 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar