Sabtu, 08 November 2014

HIMA

Berawal dari obrolan ngalor-ngidul soal sepeda, akhirnya mengerucut pada tawaran dari seorang bapak sepuh. Ada sepeda dijuwal, milik temannya. Sepeda itu adalah sepeda lawas a.k.a onthel, alias pit jowo. Kalau gini sih, pucuk dicinta ulam tiba.


Dengan “janji” si bapak yang katanya harga sepedah tidak  bakalan mahal, tawaran menggiurkan ini jelas langsung saia sambar. Katanya, sepeda lawas itu enak dikendarai dan tangguh. Lagipula, sebelum sepeda-sepeda lawas yang sip, diembat kolektor *lirik kanan-kiri-atas-bawah*.. boleh dong atu saia embat, please...
Akhirnyaaa, benda campuran baja-besi itu sampai juga ke rumah. Diantar langsung oleh sang bapak. Tongkrongan sang sepeda, gagah. Meski yaa dipeluk karat di sana-sana, tak mengapalah. Waktu itu, masih belom tahu merek sepedah ini. Maklum, wawasan soal onthel masih level beginner.
Ditambah tidak ada emblem pertanda apa merek sepedah di rangka depan, mana tahu ini sepeda merek apa. Tebak-tebak buah manggis, jadinya. Namun, jika ditilik dari aspek kenyamanan dikendarai, sepedah ini nyaman. Jangan-jangan ini...ehem..Gazelle. Cleguk…
Selang sekian bulan setelah tanya kesana-kemari ke banyak onthelist, akhirnya dipastikan sepeda ini bukan Gazelle.. Mamaaaa… Secara ngebet banget ama 'tuh sepeda. Siapa sih yang enggak kenal Gazelle. Tapi otak langsung mengritik : Ya iyalah secara harganya saja ndak sampe Rp 300.000.

Singkat cerita, merek sepedah ini Hima. Makhluk apa pula itu Hima. Nama “Hima” sejenak mengingatkan pada serial film kartun jadul zama saia masih teka. Wkwkwkw.. Usut punya usut, Hima ternyata sepedah bikinan Belande.

Konoooon, ya konon, sepedah jenis yang ini, buatan tahun 1925-1940. Himaa itu, katanyaaaa, ya memang tidak senyaman Gazelle, tidak segagah sepedah Simplex, tidak semasyur Humber atau Raleigh.

Juga tidak sekeren Batavus, atawa selegendaris Burgers dan Fongers. Bahkan Hima pun masih kalah tenar ketimbang Phillips, Cyrus Venlo, Hercules, BSA, Rudge, Norton, Goricke, Gruno, maupun Magneet.
Waduuh. Hem, tapi tunggu dulu. Kalau sepedanya nyaman, berarti tetep terkenal donk (ngotot). Akhirnyaa, selang dua tahun kemudian, saya mendapat sejumput “pencerahan” usai membaca buku Pit Onthel 2010 Indische Fietsen.

Ini buku terbitan Bentara Budaya Yogyakarta-dan wihiii, sepedah saya ikut nongol di buku itu. Penggema pit onthel, wajib baca ini buku. Wajib, wajib, wajib, wajib.
Jadi, dari buku ituw, saia jadi tahu bahwa Hima adalah sepeda yang pernah diidam-idamkan oleh polisi era tahun 1950-an. Yup, Hima adalah sepeda dinas para pak polisi. Jadi mereka dulu puter-puter patroli sambil genjot. Sehaaaat bener, yak.
Pak Samidjo, eks prajurit KNIL, dikisahkan dalam buku itu begitu bangga mendapat Hima. Pak Samidjo bilang, betapa gagahnya dia waktu berkeliling pakai Hima, dan diliatin orang sekampung.
Kembali ke Hima saia, ehem, nggak tahu sih siapa polisi yang dulu menyemplaknya. Tapi jelas sepedah ini terawat cukup, meski tingkat ori-nya tinggal 70 persen. Kan sudah lebih separuh abad usianya.
Hati semakin melonjak-lonjak ketika di suatu malam, di saat sibuk-sibuknya ngejar ketikan di kantor, saia ditelepon seseorang. “Mas, saya dengar sampeyan punya Hima. Ini saya punya stangnya. Tulisan ‘Hima’-nya masih jelas terbaca,”. Langsung saya jawab “Bungkus!”.
Setang lama diparkir, setang asli Hima terpasang. Tetap ada karatnya sih, tapi noproblemo. Perburuan setang berakhir dengan “buruan” nya yang datang sendiri. Hore.
Bagi para onthelist (sejati), memiliki sepedah lawas yang orisinil, adalah sebuah kepuasan tak terkira. Nongkrongin ke rumah si pemilik pun, berkali-kali, bahkan berbulan-bulan, bisa jadi dilakoni. Sudah seabrek kisah perburuan itu sampai ke telinga saya, sampai bikin saya geleng-geleng.
Sejatinyaaa, punya kegemaran itu sah-sah saja. Seperti seseorang yang berburu aksesoris untuk disematkan ke mobilnya yang baru. Atau seperti pehobi yang meretro kendaraan lawasnya. Atawa maniak buku yang sampai mati-matian mengalokasikan uang demi buku. Or orang yang cinta mati sama nonton film.
Sambalbawang termasuk menggemari sepeda lawaas, meski bukan termasuk pemburu orisinalitas. Cukup dapat onthel lawas yang lumayan ori, selesai. Bukanlah yang terpenting adalah sepeda itu waras saat digenjot?
Daan, Hima ini masih bersemayam di rumah Jogja saat ini. Karena dengan pertimbangan tertentu, yang sambalbawang angkut ke Balikpapan adalah sohibnya si Hima yang duulu diparkir dalam satu garasi.
Hm... jika bener tahun kelahiran kamu 1925, Hima, maka 10-11 tahun lagi kamu bakal mencapai umur seabad. Makasih sama pak pulisi atau siapa pun yang dulu menyemplak Hima ini, karena telah merawatnya…

>>salam onthelist…
BACA JUGA :
LEBIH BAIK NAIK VESPA
NGGUDEG DULU
7 MOTOR BEBEK TERBAIK SEPANJANG MASA
BASA WALIKAN
10 BREGADA KERATON YOGYAKARTA YANG KEREN
AGNETHA FALTSKOG vs ANNI-FRID FRIDA LYNGSTAD ABBA
LILAC, SEPENGGAL CERITA TENTANG PASSION BERMUSIK
MENGAPA HARUS NGEBLOG






Tidak ada komentar:

Posting Komentar