Selasa, 06 Oktober 2020

KETEMU ANGKRINGAN RADEN, KEMBALI AGENDAKAN "NGANGKRING"

Agaknya, penantian panjang sambalbawang mencari angkringan yang “benar” di Kota Balikpapan selesai.  Duh, senengnyaaa. Eh sebentar, apa maksudnya angkringan yang benar? Memangnya angkringan lain “salah”? Enggak gitu juga, kali. Makanya, baca dulu artikel ini.  

Ceritanya begini. Sambalbawang akhirnya nemu angkringan yang pas di selera: Angkringan Raden, Jalan Pattimura Balikpapan. Lha kok jadi bergembira-ria, ya karena banyak faktornya. Barangkali, yap, karena sambalbawang sepertinya sudah stop ngangkring sejak tahun 2016.  

Sebenarnya ya tetap (beberapa kali) ke angkringan. Tapi ya cuma sebatas duduk, makan-minum sekadarnya, disambi ngobrol. Lebih ke agenda ketemuan dan ngobrol sama teman, ketimbang memang sengaja ke angkringan untuk nyari makan malam enak atau hanya pingin menyeruput teh “serius”—teh nasgitelpet.

Sambalbawang sudah ke banyak angkringan. Dan sampai pada tahap berhenti berharap banyak pada rasa sajian makanan dan minuman di warung "ceret telu" itu. Baca artikel ini : Angkringan oh Angkringan . Oh iya, ini sekali lagi bukan tentang menu yang tidak enak, karena soal rasa adalah selera personal. Sambalbawang menggarisbawahi tentang rasa dan tampilan sajian angkringan yang bercita rasa Jogja—setidaknya mendekati. Maklum wong Jogja--sampai 9 tahun lalu, hehe. Menjumpai menu khas Jogja (dan sekitarnya) yang memorable cukup susah di Balikpapan sehingga alam bawah sadar selalu mencari mana nih warung Jogja.

Dan di situlah, problem terhampar. Sambalbawang, susah ketemu sajian menu-menu enak yang terangkum di satu lokasi angkringan. Ada yang tahu-tempe goreng tepungnya enak di angkringan satu, tapi menu lainnya, kok biasa. Ada angkringan yang punya menu bakwan (ote-ote) enak, tapi menu lainnya susah diterima lidah.

Ada angkringan yang nasi kucingnya lumayan sip, tapi "teman-temannya" tidak cukup yaksip. Ada angkringan yang tempe bacemnya lumayan, tapi tahu bacemnya tidak. Ada yang tempe goreng tepungnya enak, tapi lainnya terasa “flat”. Dulu, sekian tahun lalu sebetulnya sempat nemu 2-3 angkringan yang sejumlah menunya cocok, tapi bakul-nya wes tutup.

Intinya belum ada angkringan yang bisa memaksa sambalbawang untuk datang berkali-kali. Dalam arti seminggu sekali minimal ke angkringan. Kecuali angkringan Raden ini. Nah, sampai di sini sudah kerasa ajaib-nya kan. Secara tampilan, angkringan satu ini ya standar: gerobak di depan, sejumlah bangku di belakangnya. Lebih banyak angkringan lain yang “kinclong” penampakannya.

Menu di Angkringan Raden ya menu wajib di tiap angkringan. Antara lain sego (nasi) kucing, gorengan tempe-tahu (isi)-bakwan-gembus, sate telur puyuh (endhog gemak), sate hati-ampela, sate usus, tahu-tempe bacem, dan kepala ayam. Dan, tentu saja teh.

Ada beberapa menu pembeda Angkringan Raden dengan angkringan lain. Misalnya bakmi Jowo, ceker ayam, dan soto (saoto)--dinamakan soto seger. Juga sambalnya. Ceker dan bakmi Jowo ternyata favorit di sana. Beberapa kali ke angkringan itu, sambalbawang kebetulan menjumpai banyak orang yang kecewa karena kehabisan ceker bercita rasa pedas-gurih ini.

Nah yang juga bikin hepi sambalbawang adalah menu bakmi Jowo. Menu "langka" nih. Mencari bakmi Jowo adalah hal susah di Balikpapan. Maksudnya bakmi goreng/godog yang bertipikal “Jogja” dan "berani" bumbunya. Barangkali, di Balikpapan yang menggelar lapak bakmi Jowo ala Jogja, enggak lebih dari 5 lokasi.

Oke, sekali lagi soal rasa adalah selera. Kalau kita kembali ke definisi karakter awal angkringan, maka angkringan sekarang memang nyaris semuanya sudah menjauh dari itu. Zaman sudah berubah. Dulu ke angkringan identik dengan mengganjal perut--dan minum teh--sekarang lebih ke makan malam. Bisa jadi, karena itu, di angkringan sini, sambalbawang (pernah) menemukan menu semacam sayur lodeh, pecel, ayam goreng, ayam ala kentucky, cumi bakar, ikan goreng, aneka minuman sachet, aneka be-bakso-an, sampai gudeg.  

Menu-menu tadi bukan menu angkringan di era awal. Sambalbawang masih cukup inget bagainana menu angkringan saat kuliah di era akhir 1990-an. Angkringan ya simpel. Bangkunya aja cuma tiga, mengelilingi gerobak. Kalau kurang, si penjual akan menggelar tikar. Sambalbawang juga pernah ke pusatnya angkringan di Klaten tahun 2004 lalu sehingga masih teringat bagaimana style angkringan orisinil. Baca artikel ini : Angkringan, Lahir di Klaten, Ngetop di Jogja

Angkringan sekarang menyesuaikan dinamika masyarakat, dan daerah masing-masing. Dulu, menu semacam ayam goreng, bakmi Jowo, juga soto, tidak ada di angkringan. Minuman sacetan juga tidak bertengger di gerobak angkringan.

Tapi angkringan memang sudah berubah, menu dan tampilan. Angkringan kini lebih terlihat sebagai warung makan berbasis angkringan—dengan penanda gerobak. Tak bisa kita hindarkan pergeseran visual angkringan ini. Dulu, sebelum tahun 2006 (di Jogja), jam buka angkringan selepas maghrib, sekarang malah ada yang sejak pagi buka--di Jogja ada. Di Balikpapan, sambalbawang sih belum nemu yang gitu. Semua angkringan bukanya ya sore/petang sampai malam.

Balik ke angkringan Raden. Tempat makan ini sebenarnya buka sejak tahun 2011. Walaa ternyata wes suwe---kemana aja lu, bleh? Ahahahaha. Nah lucunya lagi, sambalbawang ternyata juga beberapa kali (mungkin 3-4 kali) pernah ke sana sama temen-temen. Hanya saja, di atas jam 21.00. Jam di mana menu-menu pokok di sana mulai habis.

Alhasil, sambalbawang “hanya” mengambil seputar gorengan—dan nasi kucing, serta teh. Terkesan sih, tapi isi kepala telanjur beranggapan bahwa semua angkringan sama rasa menunya. Jadi rasa penasaran mencoba menu lain atau datang awal di jam buka, tertepikan. Pertimbangan ke Angkringan Raden, awalnya ya lebih pada lokasinya deket rumah. Dan lokasinya ternyata “paling tengah” ketika sambalbawang dan beberapa teman ingin kumpul-hore malam hari.

Sampai kemudian, sambalbawang penasaran untuk ke angkringan itu lebih awal, saat buka, pukul 19.00. Mencoba order yang khusus (teh nasgitel), bakminya versi nyemek (berair dikit)—dibanyakin seledrinya--juga mencoba banyak menu. Eh, lha kok cocok. Dek Bojo (istri) juga cocok dengan menu di sana. Setelah capek urusan kerjaan jahit-menjahit baju, ke angkringan ini sepertinya cukup cihui untuk melepas penat dan bete. Penjahit butuh juga refreshing kuliner, kan. Hehe.

Dan begitulah akhirnya keterusan. Sejak empat bulan lalu, sambalbawang mulai lumayan sering ke sana. Juga sembari ngobrol ngalor-ngidul sama yang jualan. Raden Indarsjah, namanya, dibantu istrinya, memang sudah niat 100 persen jualan versi angkringan. Aha, jadi tahu mengapa nama angkringannya "Raden". Selain itu, nama Raden, katanya, juga terkesan simpel, mudah diingat.

Dulu si bapak ini bekerja di salah satu hotel di Balikpapan. Tugasnya meng-handle urusan dapur. Ah, pantes saja menunya jadi “serius” untuk ukuran angkringan. Sajian berpenampakan bersih. Menjadi menu kelas restoran, kayaknya sudah memenuhi syarat.

Pak Indar ini ternyata … asalnya dari Sleman. Woilaaaaa. Notabene tetanggaan dong sama sambalbawang—satu kecamatan. Wahahaha. Mungkin ini yang bikin menunya kok akur sama selera sambalbawang. Yang masak wong Jogja (Sleman-tepatnya) sih, meski dia sudah lama merantau ke Balikpapan.

Jadi, sambalbawang sekarang menghidupkan lagi saklar “on” untuk agenda ngangkring. Kehabisan menu di Angkringan Raden pun, sepanjang masih bisa ambil tahu isi atau tempe goreng tepung (tipis ala mendoan), dan menyeruput teh, sudah cukup. Gorengan di sini berkonsep "fresh from the oven" karena menganut prinsip : kalau habis, nggoreng lagi. Jika anda beruntung pas gorengannya anget, maka itu..sesuatu banget.

Hanya tersisa nasi kucing di sana, masih bisa dicocol sambal "Raden". Sambalnya dua versi, citarasa manis dan asam-manis. Btw, nasi kucingnya angkringan ini boleh jadi “juara”nya nasi kucing—menurut sambalbawang. Hakekat angkringan adalah sajian menu sederhana bukan ? --ya nasi, gorengan, baceman, dan teh.

Gimana, penasaran sama angkringan satu ini ? Kalau ada wong Jogja, atau penikmat (menu) angkringan sepertinya perlu ke sana. Tapi, kalau kembali ke soal rasa, itu selera yaaa.  Urusan selera, ini bukan seperti Indomie goreng yang disukai semua orang. Begitulah, jreng..


BACA ARTIKEL LAINNYA :

ANGKRINGAN LAHIR DI KLATEN, NGETOP DI JOGJA (TULISAN 2)

ANGKRINGAN OH ANGKRINGAN (TULISAN 1) 

JAHITKAN KAINMU KE MODISTE SAMANTHA BALIKPAPAN 

MAMA by PAULINA, PROYEK LAGU PERTAMA

TATAG LANANG FASHION SHOW TUNGGAL PERTAMA SAMANTHA PROJECT 

MERASAKAN "COKOTAN" BU TEJO DI FILM TILIK 

ABBA TALENTA TERBAIK MUSIK SWEDIA 

7 MOTOR BEBEK TERBAIK SEPANJANG MASA

TEH NASGITEL-PET 

HANACARAKA AKSARA JAWA YANG INDAH 

BASA WALIKAN 

GATOTKACA TAK HANYA OTOT KAWAT BALUNG WESI 

CHINMI JAGOAN KUNGFU DARI KUIL DAIRIN 

REPOTNYA "MEMELIHARA" DUA BLOG 

AMPAR-AMPAR PISANG - INI LHO ARTINYA 

MBANGUN DESA YANG NGANGENI 

AKU DI BELAKANGMU TIGER WONG 

 

 

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar