Saat akhir tahun, banyak orang mematok resolusi
untuk tahun depan. Begitu juga sambalbawang di akhir tahun 2014, merentang resolusi alias keinginan untuk tahun 2015.
Keinginan pertama adalah "memelihara" Harmankardon, audio yang konon ciamik. Yang
penampakannya di toko dibanderol minimal 3-4 juta. Alkisah, suara si doi,
melenting, jernih, merdu, dan gandem. Cocok buat nyetel lagu-lagu jadul agar semakin “hanyut”.
Yang kedua, travelling sama istri ke Bali dan ke Jepang. Sumpah saya belum
pernah berwisata ke pulau dewata. Cuma sempat sekali menapak, ketika pesawat transit ke Bandara Ngurah Rai sebelum lanjut ke
NTT. Itu pun sambalbawang mendekam di pesawat.
Kalau ke Jepang, hm ini motivasi terselubung. Kalkulasi dan
kalkulatornya mesti canggih dan presisi agar uang tidak tekor. Pengen salaman sama Ninja, dan anjangsana ke museumnya. Dan syukur-syukur jika bisa berpapasan sama pengarang
komik Doraemon, dan juga artis Maria Ozawa. Aha.. (sluurp)
Keinginan ketiga, ingin ada makluk baru terbuat dari besi di garasi yang bernama
Glpro. Doi motor idaman di era 90-an yang tak sempat terbeli, tepatnya, tidak kuat
terbeli. Sekarang harganya si GL ini berkisar Rp 5-6 juta. Kalau toh duit sudah ada, tetapi mau dapat di mana
coba tuh kendaraan?
Karenanya, jika bisa mengembat Glpro ya syukur, apalagi kalau kondisinya terawat. Tapi kalau tak dapat, ya tetap syukur.
Mungkin level obsesi diturunkan ke Yamaha V75. Untuk mengenang kisah-kasih
selama kuliahan, yang lebih banyak pahitnya sih, hahahaha.
Resolusi keempat, merestorasi Fordi. Gerobak satu ini udah uzur, sudah
hampir berusia seperempat abad. Sudah mulai agak rewelan dan walau tidak
mogok total. Sudah mulai harus ganti sejumlah onderdil. Awal tahun fordi rencananya, operasi perut dulu, karena oli
mesin-transmisi merembes.
Sesudahnya, mengaktifkan musik di kabin fordi. Spiker-nya sih masih komplet. Mungkin
tape player Clarion yang masih nempel, harus dievakuasi, untuk diganti CD player. Pernah tanya ke toko varasi, harganya Rp 1,5 juta termasuk ongkos pasang. Duh...
Resolusi kelima, membeli sepeda gunung untuk nemenin mas Polygon di
rumah. Agar bisa naik-naik ke puncak gunung sama bini. Dengan kenyataan 70 persen wilayah
Balikpapan berupa perbukitan, rasa-rasanya sepeda MTB paling cocik.
Meski memang, sepeda onthel ya bukan berarti tidak cocok. Campuran
besi-baja bikinan 60-80 th silam, memang nyaman dipancal, tetapi rada kurang safety jika jalanan naik turun tidak karuan.
Resolusi keenam adalah “membangun” Vespa Sprint 77. Doi sudah cukup sip, tapi masih kurang sip. Perbaikan di tangki dan kaki-kaki
nampaknya bisa lebih membuatnya nyaman dan mantap digeber. Ah, sayangnya harus pelan-pelan.
Resolusi ketujuh, mengumpulkan semua VCD orisinal dokumenter
tentang perang dunia kedua. Butuh kerja ekstra keras, karena masih jauh
dari selesai. Baru terkumpul 3-4 CD. Obsesi: menebus kumpulan VCD Word War II di Gramedia yang total jendral 12 CD dibanderol Rp 750.000. Melihat rekening tabungan, nyali jadi
ciut.
Resolusi kedelapan, mempunyai tanaman cabai yang tumbuh subur.
Sebenarnya udah pernah punya tiga tanaman cabai di rumah Balikpapan, dan sudah
panenan beberapa kali. Tapi entah mengapa ketiganya lalu layu, karena dicabut
si kucing garong. Kucignya jahat..
Resolusi kesembilan, memiliki gitar listrik, satu saja. Dulu pernah punya
gitar listrik tapi ada kawan yang menelikung dari belakang. Sebel, tapi mau bagaimana lagi. Cukup sudah jadi sinterklas bagi orang lain, bukan?
Pokoknya
akan beli, walau tidak tahun ini, pun tahun depan. Someday, lah, pasti teraih. Untuk membawa pulang gitar listrik ini dari toko, mesti menyiapkan tunai Rp 5 juta. Itu estimasi termurah untuk gitar listrik, ditambah amplifier, pencetan kaki, dan perkabelan.
Resolusi yang terakhir, cukup syerem, yaitu memelihara ular. Yang ini paling mustahil
terealisasi karena sejumlah alasan. Pertama, istri bisa pingsan, mengingat binatang melata ini termasuk urutan pertama satwa yang bagi dia "nggilani".
Padahal hanya pengen melihara ular kobra,
koq, satu ekor saja, cukup. Lengkap dengan kurungan yang 100 persen aman sehingga si kobra tidak bisa lolos keluar. Kalau kobra nggak boleh, mungkin yang tidak berbisa semacam sanca.
“Tidak!” kata
istri sambalbawang, dengan galaknya... (keluh)..
BACA JUGA ARTIKEL LAIN :
BLOGER BALIKPAPAN RAYAKAN HARI BLOGER NASIONAL 2019
BASA WALIKAN