Kamis, 25 Februari 2021

SEKILAS TENTANG PERANG DUNIA II

Trauma Perang Dunia I belum pulih, masyarakat Eropa kembali harus berperang. Bahkan dalam skala yang jauh lebih dasyat dan luas. Sekitar 50 juta orang diperkirakan tewas. Perang yang memilukan secara kemanusiaan, tapi menarik untuk terus dibicarakan.

Bagaimana awal mula perang dunia (PD) II, kita sederhanakan saja biar muat di satu artikel pendek ini, hehehe. Nanti, di artikel-artikel selanjutnya, kita akan bahas topik-topik lain yang terkait. Banyak loh yang bisa dikulik-kulik.

PD II diletupkan oleh Jerman. Negara ini kalah dalam Perang Dunia I (1914-1918). Pasca-PD I, Jerman dalam kondisi terpuruk. Mengapa? Jadi begini. Aturan perang, pihak yang kalah mesti membayar kerugian perang ke pihak pemenang. Itu seperti palu godam yang bikin perekonomian Jerman kacau dan nyaris ambruk. Pengangguran di mana-mana, kerusuhan muncul terus. 

Kepercayaan pada pemerintah—rezim Republik Wimar-- pun jeblok. Rakyat pun kecewa. Adolf Hitler (muda) gerah dan marah melihat nasib bangsanya. Harus melakukan sesuatu, karena masa depan Jerman suram. Veteran PD I dengan pangkat terakhir kopral itu, lalu menyusun pemberontakan. Kudeta. Hasilnya gagal dan dia masuk penjara. Dari tempat itu, Hitler menulis buku "Mein Kampf"--Perjuanganku.

Hitler sadar, dia harus mengubah cara pergerakannya. Keluar penjara, fokusnya beralih ke politik. Bakatnya ternyata di sana. Singkat kata, Hitler, dengan kepandaian dan kemampuan orasinya—yang diakui banyak orang mempunyai kekuatan magis—akhirnya bisa duduk di posisi puncak partai National Socialist atau Nazi. Publik Jerman semakin terpesona. 

Kekuasaan atas Jerman yang kemudian di tangan Hitler, berjalan selaras dengan rakyat yang mendamba pemimpin tegas dan membawa Jerman ke kejayaan. Hitler semakin melaju, ambisius, tampil di mana-mana, dan terus membakar semangat rakyat Jerman. Propaganda dijalankan.

Militer diperkuat dengan tujuan siap berperang, beriringan dengan dipacunya industri. Hitler ingin Jerman memperluas area darat Jerman di Eropa, sekaligus meyakini anggapannya bahwa bangsa Jerman (bangsa Arya) adalah ras terunggul dan berhak memimpin bangsa lain.

Api perang pun menyala, diawali invasi Jerman ke Polandia tahun 1939. Perancis, Belanda, Belgia, dan lainnya, menyusul ditaklukkan. Dunia kaget, tak mengira Jerman bakal berani perang lagi dan punya kekuatan besar. Dunia pun mulai mengenal strategi perang kilat (blitzkrieg) Jerman yang cepat, serentak, efektif, mematikan.

Jerman tidak sendirian. Ada dua temannya, Italia dan Jepang. Sayangnya Italia malah lebih banyak merepotkan ketimbang membantu dalam kampanye di Afrika. Ini memaksa Jerman mengirim banyak tentara dan peralatan tempurnya ke Afrika.

Dibukanya front timur melawan Rusia, di waktu yang salah--karena musim dingin--menjadi titik balik pasukan Jerman mulai mengalami kekalahan. Sementara perang melawan Inggris pun menuai kegagalan. Rusia dan Inggris tak selemah dugaan Hitler. Bahkan dua itulah yang terkuat.

Sementara itu, Jepang yang kebagian peran menginvasi negara-negara Asia, awalnya sukses. Negara-negara yang punya sumber daya alam melimpah, disasar, termasuk Indonesia. Kedatangan Jepang disertai “bumbu” janji bahwa negara itu akan mengenyahkan Belanda.

Jepang unjuk gigi kekuatan armada perangnya. Negeri sakura itu semakin pede dan semakin agresif. Pearl Harbor di Hawaii yang notabene pangkalan militer Amerika Serikat (AS), pun diserang secara besar-besaran. Dampaknya jelas : AS (mendapat momentum) masuk gelanggang perang di Asia Pasifik.  

Balik lagi yuk ke Jerman. Akibat kepedean melawan banyak negara, tapi tanpa melihat kekuatan sendiri, Jerman perlahan keteteran. Benar, secara teknologi, mesin-mesin Jerman jempolan. Prajuritnya juga oke. Tapi, mesin perang akan sia-sia jika minim prajurit, minim bahan bakar, dan diperparah dengan turunnya produksi peralatan.

Belum ditambah faktor Hitler yang semakin ke sini semakin salah strategi, tak memercayai jenderal-jenderalnya, dan makin “halu” sejak pertengahan perang : merasa bisa menang. Bagaimana dengan Jepang? Ya, sebelas-duabelas, sih, kondisinya. Sama. Taktik kamikaze dengan menubrukkan pesawat ke kapal, tak banyak mengubah arah perang. Jerman dan Jepang tak merencanakan dan tak punya cukup tenaga untuk berperang dalam jangka waktu lama.

PD II pun akhirnya rampung tahun 1945. Enam tahun yang sangat menguras biaya, air mata, darah, nyawa, dan menyisakan pelajaran berharga. Berbarengan desing peluru dan aroma mesiu, adu strategi, kecanggihan teknologi persenjataan, dan kisah-kisah heroik, banyak terselip cerita-cerita minor, penindasan dan pembantaian jutaan manusia.  

Pengepungan kota Berlin oleh tentara Merah (Rusia) dan bunuh dirinya Hitler, menyegel akhir PD I di Eropa. Sementara bom atom yang dijatuhkan di Kota Hiroshima dan Nagasaki, membuat Jepang yang sebelumnya mencanangkan perang total, menyerah tanpa syarat.

Seru toh membicarakan PD II. Artikel selanjutnya, masih di blog ini, pastinya, kita cerita lagi soal PD II dari sisi….. eng, ing, eng… Tungguin saja, masbro mbakbro.  

 

BACA ARTIKEL LAINNYA :

KOLEKSI BUKU DAN MAJALAH PERANG DUNIA II YANG TERUS BERTAMBAH 

LUAR BIAS, BEGITU BANYAK FILM DOKUMENTER PERANG DUNIA II 

AKHIRNYA MENCOBA (KEMBALI) BERPUISI 

7 MOTOR BEBEK TERBAIK SEPANJANG MASA

MENGAPA HARUS NGEBLOG ?

AKU DI BELAKANGMU TIGER WONG 

KETEMU ANGKRINGAN RADEN, KEMBALI AGENDAKAN "NGANGKRING"

ABBA TALENTA TERBAIK MUSIK SWEDIA 

NGOBROL BARENG MAS BENNI LISTIYO SEPUTAR MUSIK 80-90AN 

KAKEK-KAKEK AIR SUPPLY 

FORD LASER SONIC (BALADA FORDI -2) 

APA KABAR SUZUKI ? 

 


1 komentar:

  1. tULISAN bernas, perang yang menang jadi arang, yang kalah jadi abu. Pelajaran buat manusia, perang militer bukan jadi jalan solusi persoalan antar bangsa.

    BalasHapus