Kemunculan sang jagoan tertulis pada kitab kuno yang
diwariskan turun-temurun di Dairin. Pak Tua, utusan kuil, berangkat mencari
siapa gerangan orang itu. Sekaligus menguji dan memastikan apakah ada tahi
lalat di kening--sesuai ramalan tersebut. Lalu membawanya ke
Kuil Dairin untuk menimba ilmu.
Pak Tua lantas menemukan remaja laki-laki bernama Chinmi. Lugu, tingkahnya jenaka, ramah, baik hati, tapi juga sedikit usil. Chinmi selalu
ditemani Goku, karibnya yang adalah seekor monyet. Chinmi sehari-hari membantu kakaknya
membuka warung mi.
Tanda lahir Chinmi ditemukan secara tak sengaja ketika
alisnya tergores. Itu setelah Chinmi berduel melawan dua pendekar yang tidak
mau membayar makanan di warungnya. Pak Tua yakin Chinmi-lah yang dicari. Singkat
cerita, tawaran ke Dairin diiyakan, dan perjalanan panjang Chinmi dimulai.
Tak hanya di Kuil Dairin, Chimi juga--sendirian--berkelana menimba ilmu ke
beberapa guru dan mampir dari desa ke desa. Merampungkan ujian demi ujian yang tingkat kesulitannya melebihi
batas usianya sendiri. Melewati banyak laga “hidup-mati” melawan banyak
jagoan kungfu dari berbagai aliran dan jurus.
Begitulah “benang merah” Kungfu Boy (tekken Chinmi), komik yang sangat populer di kalangan para remaja Indonesia tahun 1990-an lalu. Kalau enggak percaya, coba deh tanya sama mereka yang kini berumur 40-an tahun—sebagian mungkin lebih familiar dengan “Chinmi” ketimbang “Kungfu Boy". Kalau enggak kenal, berarti dulu kurang jauh dolan-nya, hehe.
Ini serial manga paling terkenal karya Takeshi Maekawa,
komikus asal Jepang. Di negeri itu, tekken Chinmi sudah nongol sepuluh tahun
sebelumnya. Kungfu Boy—yang
di Indonesia terbitan Elex Media Komputindo, Grup Gramedia ini--awalnya terbukukan
dalam 37 edisi. Namun ada pembaharuan di cetakan selanjutnya. Tahun 2011, komiknya dimunculkan dalam “edisi premium”
dengan cover sampul berbeda—lebih kekinian. Komik dimampatkan jadi 18 edisi
(jilid) pada edisi premium. Satu buku jadi lebih tebal, hingga 400-an halaman.
Chinmi melawan total 60-an pendekar--semoga sambalbawang
tidak salah hitung—baik kubu jahat maupun kubu baik semisal lawan tanding.
Perkiraan jumlah lawan itu di luar para guru yang menguji Chinmi,
lho. Kalau untuk duel-duel yang tidak melibatkan Chinimi, juga enggak sambalbawang
hitung.
Oh iya (lagi), lawan Chinmi yang bukan orang, seperti
beruang, harimau, serigala, babi hutan, sampai kelelawar, juga enggak masuk
kalkulasi. Entar jadi kebanyakan, atuh. Hm, ngomong-ngomong, kok kayaknya kurang
kerjaan banget ya, sempat-sempatnya menghitung berapa jumlah lawan Chinmi.
Biarin... Ini kan termasuk komik favorit sambalbawang yang memorable banget. Harap maklum, hehe.
Banyak hal menarik di komik ini, seperti nama-nama pendekar
berikut jurus dan penggambarannya, serta plot cerita. Lawan duel pertama Chinmi
misalnya Kepala Batu Bersaudara yang punya jurus andalan “Kepala Peluru
Penghancur Batu”. Serem, tapi juga lucu. Chinmi mengalahkan secara santai dan jenaka. Dia menjepit kumis mereka secara berbarengan,
lalu menendang ke atas hingga dua lawannya nyemplung di gentong. Kepala duluan,
ciiin.
By the way, di samping adalah vlog sambalbawang tentang komik jadul legendaris ini. Silakan ditonton, hehe. Oke, lanjut obrolan tentang lawan-lawan Chinmi.
Lawan berikutnya, Ryuhi, pimpinan Gerombolan Kokuen--yang bersenjatakan tombak. Chinmi “menghilangkan” tanda-tanda keberadaannya (di ruangan gelap) sehingga tak terdeteksi dan bisa melancarkan serangan mendadak. Berikutnya ada Dick Stainer, pelaut Barat yang jago tinju. Chinmi di ambang kekalahan karena terus kena pukulan. Chinmi pun berstrategi. Ia memakai laju tendangan pertama—yang berhasil ditangkis Stainer—untuk memutar badan dan kembali menendang. Telak mengenai kepala Stainer.
By the way, di samping adalah vlog sambalbawang tentang komik jadul legendaris ini. Silakan ditonton, hehe. Oke, lanjut obrolan tentang lawan-lawan Chinmi.
Lawan berikutnya, Ryuhi, pimpinan Gerombolan Kokuen--yang bersenjatakan tombak. Chinmi “menghilangkan” tanda-tanda keberadaannya (di ruangan gelap) sehingga tak terdeteksi dan bisa melancarkan serangan mendadak. Berikutnya ada Dick Stainer, pelaut Barat yang jago tinju. Chinmi di ambang kekalahan karena terus kena pukulan. Chinmi pun berstrategi. Ia memakai laju tendangan pertama—yang berhasil ditangkis Stainer—untuk memutar badan dan kembali menendang. Telak mengenai kepala Stainer.
Selepas melawan Stainer, Chinmi menguasi Kungfu Peremuk
Tulang ajaran Guru Yosen. Jurus inilah andalan Chinmi untuk “mengkanvaskan” banyak
lawannya kelak. Peremuk Tulang mengonversi tenaga dari hentakan kaki (ke tanah)
yang kuat, dibantu kekuatan dorongan dari putaran badan untuk menyentakkan tenaga dalam
melalui telapak tangan, menuju badan lawan. Hanya “setipis kertas” jarak
telapak Chinmi dari permukaan gentong. Begitu penggambaran saat Chinmi memelajari jurus tadi.
Lawan-lawan Chinmi berikutnya antara lain Sion (Kungfu
Angin Puyuh), Lo Eng (Kungfu Sabetan Maut), Kai dan Sho Sin (Kungfu Telapak Baja), Hizo
bersaudara (Kungfu Swastika Sabit Iblis), dan Gozui (Kungfu Rantai Neraka).
Lalu melawan tiga bersaudara: Tenshu (Kungfu Bulan Sabit); Suishu (Kungfu
Pisau Berputar); Chishu (Kungfu Kuku Naga).
Berikutnya, Bikei (Kungfu Katak), Giou
(Kungfu Tongkat Melengkung), Gazel (Kungfu Kutukan Neraka), dan tiga
bersaudara—Genba, Genkei, Genyo—yang menguasai Kungfu Ombak. Lalu ada pula
Genma, pimpinan Gerombolan Berkuda yang kejam. Oudow, mantan murid Dairin juga ikut antrean sebagai lawan Chinmi.
Oudow menyerang Dairin ditemani dua harimaunya untuk balas
dendam. Dulu, dia murid Dairin, tapi diusir dari kuil itu—lantaran berkelakuan
buruk. Suasana Dairin langsung chaos. Tak ada pendekar Dairin sanggup menandingi Oudow—yang lalu menyandera
Biksu Ketua. Oudow yang bersenjatakan cambuk ini mampu membaca aliran tenaga
dalam, sehingga serangan lawan terprediksi. Chinmi yang masih berkelana segera
pulang ke Dairin.
Sasaran Oudow menguasai jurus pamungkas Kuil Dairin yakni “Dewa
Petir”. Jurus yang menggabungkan tenaga dalam dan totokan titik darah itu ada
di kitab yang disimpan rapat di kuil. Jurus ini dilarang diajarkan karena langsung membunuh lawan. Orang terakhir yang menguasai jurus itu ternyata… Guru
Yosen. Tapi dia hanya sekali memakainya
dan syok. Hingga ajal tiba, Yosen tak pernah mengajarkan Dewa Petir ke siapa pun.
Sebelum mengawali Dewa Petir, harus menotok dulu 4 titik di tubuh
sendiri. Reaksi selanjutnya adalah telapak tangan akan bersinar. Lalu menyentuh
tiga titik pada tubuh lawan: dahi, ulu hati, dan leher. Dewa Petir adalah jurus
yang mengirim tenaga dalam untuk merusak organ dalam lawan. Jauh lebih
mematikan dari Peremuk Tulang.
Sebelum ketahuan Oudow, Pak Tua sempat memberikan kitab itu ke Chinmi.
Terdesak kondisi, Chinmi cepat menguasi jurus pamungkas itu. Oudow pun
dikalahkan. Tapi karena tenaga dalamnya hebat, Oudow tak mati seketika. Namun
sekarat. Biksu Ketua berbaik hati menyalurkan tenaga dalamnya sehingga Oudow
selamat—yang lalu karena malu bergegas meninggalkan Dairin. Sang guru masih mengasihi mantan muridnya
yang durhaka. Pelajaran yang menarik, bukan?
Lawan Chinmi yang paling berat adalah Sie Fan (Kungfu
Tongkat Berpilin). Awalnya, Chinmi yang
diundang kaisar, menerima tawaran untuk ikut bertanding dalam kejuaraan bela
diri kerajaan. Chinmi mengenal Sie Fan sebelumnya sebagai anak baik dan pemalu.
Namun Sie Fan menjelma menjadi orang berbeda. Semua lawan dibabat Sie Fan tanpa
ampun.
Ternyata ada dokter Sinsai di balik perilaku aneh Sie Fan.
Sinsai ingin balas dendam membunuh kaisar—karena dulu diusir dari kerajaan. Sie
Fan diperalat—memakai jarum yang ditusukkan ke kepala. Konspirasi Sinsai terbongkar berkat bantuan teman
Chinmi—yang sebelumnya jadi lawan tandingnya, seperti Tan Tan (Kungfu Kaki Melingkar). Chinmi harus masuk final untuk menghadang Sie
Fan. Setelah mengalahkan beberapa pendekar, keduanya bersua di laga puncak.
Duel berlangsung sengit, dan Sie Fan akhirnya roboh terhantam Peremuk
Tulang—yang menembus tongkatnya.
Menarik bukan cerita Kungfu Boy? Penuh adegan
laga dan petualangan. Chinmi mengalahkan setiap lawan tanpa punya niat membunuh.
Sebagian bahkan kemudian berteman baik. Selain adegan baku hantam, Chinmi diceritakan selalu tekun berlatih dan pantang
menyerah menuntaskan ujian-ujian “unik” dari para gurunya misalnya saat dites “membelah”
bulan.
Selain Yosen, salah satu guru yang menarik adalah dokter
Loe. Ia punya jurus unik : Kungfu Satu Jari. Jurus ampuh tetapi hanya untuk
menjungkalkan lawan, bukan membunuh. Cukup pakai satu jari telunjuk yang disentuhkan
ke bagian pundak pada momentum tepat, bisa menjungkalkan lawan—yang sedang
menyerang. Chinmi mengalahkan beruang
besar memakai jurus itu.
Cerita Kungfu Boy beneran asyik. Chinmi banyak memakai
cara unik untuk mengalahkan lawannya. Dia memakai otaknya untuk menganalisis serangan
lawan, mencari kelengahan jurusnya, juga senjata mereka. Chinmi memanfaatkan
apa yang ada di sekitar lokasi laga—seperti pohon dan tembok, bahkan senjata
lawan--dan menentukan menyerang di titik mana pada saat yang tepat.
Misalnya saat melawan Hizo Bersaudara, yang menyerang dari depan dan belakang memakai sabit. Jurus itu mengerikan karena lawan akan dibabat empat sabit--dari atas ke bawah, sekaligus kanan ke kiri. Chinmi mengambil momen begitu sabit akan diayun, dia melompat ke atas. Lalu berbalik menendang punggung salah satu lawan, sehingga terdorong maju. Akibatnya dua Hizo itu "terbabat" sendiri oleh sabetan sabit saudaranya.
Saat melawan Cishu, Chinmi juga berpikir cerdik. Jurus Kuku Naga lawannya ternyata berasal dari cakar besi yang disembunyikan di lengan jubah Cishu. Ketika cakar itu melesat--memanjang--menuju ke arahnya, yang dilakukan Chinmi justru menghadang. Yakin pada tangannya yang sekeras baja, Chinmi memukul tepat di tengah cakar besi itu ketika posisi cakar masih membuka--belum mengenai sasaran.
Saat menghadapi Lo Eng, Chinmi tahu bahwa Sabetan Maut milik Lo Eng adalah "senjata" benang yang dilesatkan cepat. Terkena lilitan benang tajam, urat nadi pergelangan tangan dan kaki akan putus. Semakin mengerikan, karena benangnya bisa ditegangkan untuk menusuk lawan. Chinmi malah menjemput "benang" itu dengan telapaknya. Tapi tepat sebelum benang menembus telapaknya, tangan Chinmi mengepal. Benang pun masuk lengan baju Chinmi, berbarengan tinju Chinmi yang sukses menghantam tangan Lo Eng sehingga retak.
Kemudian, saat versus Tenshu, Chinmi justru memanfaatkan senjata lawan. Tenshu punya dua pisau berbentuk bulan sabit, yang bisa dilempar seperti bumerang. Menghadapi Tenshu sementara di belakang ada pisau menyerang, jelas sulit. Chinmi melompat untuk menendang pisau yang berputar pulang ke pemiliknya. Tenshu tidak bisa menangkap pisaunya sendiri karena melaju lebih cepat dari perhitungannya.
Misalnya saat melawan Hizo Bersaudara, yang menyerang dari depan dan belakang memakai sabit. Jurus itu mengerikan karena lawan akan dibabat empat sabit--dari atas ke bawah, sekaligus kanan ke kiri. Chinmi mengambil momen begitu sabit akan diayun, dia melompat ke atas. Lalu berbalik menendang punggung salah satu lawan, sehingga terdorong maju. Akibatnya dua Hizo itu "terbabat" sendiri oleh sabetan sabit saudaranya.
Saat melawan Cishu, Chinmi juga berpikir cerdik. Jurus Kuku Naga lawannya ternyata berasal dari cakar besi yang disembunyikan di lengan jubah Cishu. Ketika cakar itu melesat--memanjang--menuju ke arahnya, yang dilakukan Chinmi justru menghadang. Yakin pada tangannya yang sekeras baja, Chinmi memukul tepat di tengah cakar besi itu ketika posisi cakar masih membuka--belum mengenai sasaran.
Saat menghadapi Lo Eng, Chinmi tahu bahwa Sabetan Maut milik Lo Eng adalah "senjata" benang yang dilesatkan cepat. Terkena lilitan benang tajam, urat nadi pergelangan tangan dan kaki akan putus. Semakin mengerikan, karena benangnya bisa ditegangkan untuk menusuk lawan. Chinmi malah menjemput "benang" itu dengan telapaknya. Tapi tepat sebelum benang menembus telapaknya, tangan Chinmi mengepal. Benang pun masuk lengan baju Chinmi, berbarengan tinju Chinmi yang sukses menghantam tangan Lo Eng sehingga retak.
Kemudian, saat versus Tenshu, Chinmi justru memanfaatkan senjata lawan. Tenshu punya dua pisau berbentuk bulan sabit, yang bisa dilempar seperti bumerang. Menghadapi Tenshu sementara di belakang ada pisau menyerang, jelas sulit. Chinmi melompat untuk menendang pisau yang berputar pulang ke pemiliknya. Tenshu tidak bisa menangkap pisaunya sendiri karena melaju lebih cepat dari perhitungannya.
Chinmi lebih suka bertarung memakai tangan kosong. Dia hanya
bertarung bukan untuk membunuh, melainkan membela diri dan melawan kejahatan. Berpihak ke rakyat lemah, melindungi
desa, menumpas pejabat korup, hingga membela martabat Kuil Dairin. Tidak salah
memang ramalan kitab itu, dan akhirnya Chinmi memang diangkat sebagai salah
satu pengajar (termuda) di Kuil Dairin.
Kungfu Boy pastilah komik bermuatan positif. Gambarnya
estetik-bagus, walau masih hitam-putih. Memang ada beberapa adegan “berdarah” tapi tidak dieksplorasi.
Secukupnya, sedikit saja memakan ruang halaman. Penggambaran sosok Chinmi oleh
Takeshi, meski komikal, tapi lumayan realistis. Edisi awal Kungfu Boy menampakkan Chinmi
remaja yang polos dan kekanak-kanakan. Tapi, tampang Chinmi selepas edisi 10
sudah agak dewasa. Oh iya, komik ini
juga keluar versi film kartunnya.
Secara umum, komik ini bisa dinikmati usia remaja ke atas.
Adanya adegan “berdarah” meski tipis-tipis dan bagian tubuh terpotong—meski tidak
terekspos full—menjadikan Kungfu Boy masih kurang sesuai sebagai komik anak.
Setidaknya usia SMP-lah, baru membaca komik ini.. Eh ada remaja zaman now yang
masih kenal komik ini, kah?
Kembali ke komik. Apa di komik ini yang sekira “menganggu”,
sepertinya dikit. Ada beberapa kata yang kayaknya selip. Misal ketika ada
gerombolan perampok yang ketangkap, eh ada yang nyeletuk agar mereka diserahkan
ke polisi. Kalau adegan, meski mustahil, ya sambalbawang maafkan deh. Seperti
saat Chinmi pamer mengupas apel, atau waktu duet sama monyetnya, Goku--memeragakan
aksi yang diistilahkan jurus “Monyet Double Stick”. Ah komik, mah, bebas..
Kungfu Boy memang mengais romatika lama. Dulu,
sambalbawang---yang masih SMP--hanya bisa mendapat beberapa edisi. Cukup susah
jua mendapat komik ini, apalagi harus ke toko buku besar. Makanya sebagian besar edisi dituntaskan
dengan cara meminjam ke taman bacaan. Dan semprul-nya, sejumlah halaman disobek sama orang tak bertanggung-jawab. Tegaaaa.
Nasib beberapa edisi Kungfu Boy milik sambalbawang berakhir tragis. Beberapa buku enggak dikembalikan sama teman, dan ada yang terpaksa direlakan karena basah, lantaran kena air hujan akibat genteng bocor (hiks). Sampai akhirnya sambalbawang menemukan Kungfu Boy edisi premium edisi 01 di rak toko buku Gramedia Balikpapan, akhir 2011.
Komiknya enggak jreng muncul sekaligus semua edisi (jilid),
tapi hadir secara ngecer “urut kacang”. Bisa dibilang nyaris tiap minggu sambalbawang
menyambangi Gramedia. Kadang dapat 1 edisi, pernah juga 2 edisi, dan kadang
juga apes. Sabar…Gregetan pula. Haduh, penasaran gimana kelanjutan duel asyik
si Chinmi. Cerita komik ini beneran nagih.
Tapi ngomong-omong, ada enggak ya jurus di komik itu yang
beneran ada di dunia nyata? Nanti sambalbawang telusuri (kalau bisa), hehe. Tapi
yang pasti, Peremuk Tulang punya cerita tersendiri. Saat Chinmi menghancurkan
gentong besar—memecahkan rahasia jurus itu-- sepertinya dinobatkan sebagai
“adegan termenarik” oleh sebagian penggemar Kungfu Boy.
Adegan "mukul gentong" dulu pernah lumayan viral. Banyak yang iseng mencoba,
termasuk sambalbawang. Pengen juga lah, jadi jagoan kungfu meski hanya menguasai satu jurus tadi. Waktu itu, medianya pakai gentong kecil yang ditaruh di atas kursi.
Kuda-kuda sudah persis, kaki dihentakkan, telapak tangan pun disorongkan, dan huuup…. Jedaar... Hasil akhirnya : gagal. Kebablasen nih telapak tangannya. Kena gentong, dan akhirnya ya pecah, lha wong jatuh. Eh, jangan ketawa, coba sampeyan menengok youtube, ada yang memperagakan jurus itu lho. Untuk lucu-lucuan, lah, pastinya. Saking terinspirasi--terbawa kenangan--hebatnya jurus tersebut.
Dari sekian pendekar lawan Chinmi, siapa yang menurut sambalbawang paling asyik? Hm, cukup susah menjawab. Tapi agaknya sambalbawang bakalan pilih Tan Tan dan Bikei. Selain kocak, Tan Tan punya jurus asyik hanya dengan dua kakinya saja. Kaki Chinmi saat menendang pun bisa Tan Tan "tangkap" pakai telapak kakinya. Bagaimana dengan Bikei? Wuiiih, asyik deh liat gelombang "sapuan" kakinya. Dua telapak kaki Bikei, di sisi terluar, tajam bak pisau--karena diserut.
Kuda-kuda sudah persis, kaki dihentakkan, telapak tangan pun disorongkan, dan huuup…. Jedaar... Hasil akhirnya : gagal. Kebablasen nih telapak tangannya. Kena gentong, dan akhirnya ya pecah, lha wong jatuh. Eh, jangan ketawa, coba sampeyan menengok youtube, ada yang memperagakan jurus itu lho. Untuk lucu-lucuan, lah, pastinya. Saking terinspirasi--terbawa kenangan--hebatnya jurus tersebut.
Dari sekian pendekar lawan Chinmi, siapa yang menurut sambalbawang paling asyik? Hm, cukup susah menjawab. Tapi agaknya sambalbawang bakalan pilih Tan Tan dan Bikei. Selain kocak, Tan Tan punya jurus asyik hanya dengan dua kakinya saja. Kaki Chinmi saat menendang pun bisa Tan Tan "tangkap" pakai telapak kakinya. Bagaimana dengan Bikei? Wuiiih, asyik deh liat gelombang "sapuan" kakinya. Dua telapak kaki Bikei, di sisi terluar, tajam bak pisau--karena diserut.
Eh ngomong-omong, masih ada yang belum baca Kungfu Boy? Wajib baca dong, dan bacanya dari kanan ke kiri, lho, ya. Semoga masih bisa dapat komik edisi awal, tapi kalau dapatnya cetakan versi baru--seperti gambar satu ini (sambalbawang comot 6 jilid dari total 18 jilid), tetap oke. Sama kok gambarnya, juga cerita, dan serunya. Dan... terakhir untuk (eyang) Takeshi Maekawa---semoga dirimu membaca artikel ini--sambalbawang mau bilang : terima kasih, matur tengkyu. Ini komik kereeeeeeeeeeeeen bangeeeeeet....
BACA JUGA ARTIKEL LAIN :
AKU DI BELAKANGMU, TIGER WONG
TATAG LANANG, FASHION SHOW TUNGGAL PERTAMA SAMANTHA PROJECT
THE BEATLES FOREVER
JURASSIC WORLD VS JURASSIC PARK
KAKEK-KAKEK AIR SUPPLY
ABBA TALENTA TERBAIK MUSIK SWEDIA
GATOTKACA TAK HANYA OTOT KAWAT BALUNG WESI
MENGAPA HARUS NGEBLOG
HANACARAKA, AKSARA JAWA YANG INDAH
BASA WALIKAN
7 MOTOR BEBEK TERBAIK SEPANJANG MASA