Ada beberapa kawan yang pernah bertanya, motor apa yang paling nyaman? Ini
susah-susah-susah-mudah, menjawabnya. Bukan karena tidak ada, tapi karena ada beberapa jawaban
karena tergantung sejumlah alasan. Mulai dari selera, performa, juga situasi.
Begini. Seperti halnya soal makanan, kesukaan tiap-tiap orang jelas berbeda.
Begitu juga soal kendaraan. Ada yang cinta mati sama bebek, eh motor bebek. Tapi ada
yang ngefans berat sama skutik (skuter matik). Ada yang suka motor laki, ada yang demen motor sport, dan ada juga yang pengin memelihara motor gede (moge). Ada juga
yang pokoknya Vespa, meski mengesampingkan frekuensi mogok dan ndorong.
Semua jawaban itu sah-sah saja. Namun menurut sambalbawang, kriteria
nyamannya kendaraan, sebenarnya relatif. Dan relatif itu pun, ditentukan oleh perawatan, pemeliharaan, dan kebiasaan
berkendara. Kalau direntang lebih lebar, itu jadi beberapa item kesimpulan. Oya, pembahasan enggak sebatas menyoal ke motor baru ya.
Kita bicara juga dengan memasukkan motor bekas, alias second. Sebenarnya, tidak terlalu sulit
mendeteksi kenyamanan sebuah motor. Tinggal dikendarai. Motor yang servis
rutinnya ditaati, ya lebih enak dinaiki ketimbang motor yang baru masuk bengkel
kalau mogok. Motor yang dikendarai dengan perasaaan, ya lebih nyam-nyam
ketimbang yang dipakai ngetril.
Motor yang diperlakukan asyik dan semestinya, seperti rajin dicuci, rajin
diperiksa kekencangan baut-bautnya, dan tidak pernah kempes bannya (karena
rutin dicek dan ditambah angin), ya pastilah lebih nyaman daripada motor yang “asal
jalan”.
Motor yang minum pertamax ya pasti lebih halus dan bertenaga
ketimbang yang menenggak premiun. Oktan, kan, yang berbicara. Hehe. Motor yang
kelistrikannya beres pun lebih menyenangkan dari motor yang salah satu
lampunya yang “absen” menyala gegara bolam putus (sejak lama) tapi belum (selalu lupa) diganti.
Kenyamanan motor tergantung juga kondisi bahan-bahan penyusunnya.
Ada shock absorber, rem cakram, foot step, spion, dan kualitas jok. Juga tinggi
badan si pengendara, meski ini ya bisa dikatakan relatif. Kenyamanan motor juga
bisa dari kapasitas mesin, handling, dan “kebandelan” secara keseluruhan. Sudut
pandang para boncenger juga bisa dimasukkan.
Beberapa motor bebek dan skutik (second) yang harganya mahal pun, belum
tentu enak dikendarai. Motor yang dioprek mesinnya, belum tentu lebih sip dan kencang daripada motor yang hanya rajin servis rutin. Motor yang knalpotnya bersuara
menggelegar, belum tentu menggelora powernya.
Motor yang knalpotnya sering mengeluarkan bunyi “tembakan”, malah mudah
disalip oleh motor standar pabrik yang rutin servis. Motor yang "penuh aksesoris" ala motor balap, juga belum tentu bisa ngacir. Apalagi motor yang saringan karburator (saringan udaranya) dicopot, itu mah, cuman menang "tampilan easy going-nya" saja, karena malah enggak bisa lari dan mesinnya cepet panas.
Sedikit kesimpulan ini berdasarkan pengalaman sambalbawang sendiri, yang sudah menyemplak mungkin ratusan motor (meminjam sebentar motor milik teman--bukan dibawa pulang), jika dihitung sejak duduk di bangku SMA.
Jadi, dalam beberapa aspek, you are is how you drive. Hehe.
Jadi, dalam beberapa aspek, you are is how you drive. Hehe.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar