Cukup sekali sambalbawang nonton serial lepas di saluran TV kabel, gegara penasaran melihat bojo yang selalu bilang kalau film bikinan luar
negeri itu ceritanya cukup asyik. Enggak gembeng dan enggak menye-menye kayak
sinetron sini.
Jadi, akhirnya nonton. Judulnya.... lupa, tapi serial itu
tentang kisah seorang cewek berumur 20-an. Lugu, berkulit putih, dan lumayan cakep tampangnya.
Tapi, tunggu dulu, ternyata dia yang beberapa kali membunuh pria. Akhirnya
ketahuan, sih, dan berhasil ditangkap. Sambalbawang enggak jadi mendaftar sebagai fans-nya.
Kalau tiba-tiba dikapak, dan dibelah, gimana coba?
Si cewek itu, kita panggil saja dengan nama “Y”. Nah, Y punya kisah hidup bak Cinderella. Sejak kecil sudah pisah sama ortu, dan dia milih ngikut bapaknya yang ternyata pengidap pedofil. Selepas bapaknya meninggal, Y sendirian.
Hari-harinya terbungkus fantasi. Dia merasa bak Cinderella yang
menanti seorang pangeran tampan menghampirinya suatu hari nanti, sembari membawa sebelah sepatu kacanya yang ketinggalan
di pesta. Pangeran yang juga baik hati, kaya, memesona, dan tak hanya ingin mencicip tubuhnya.
Sayangnya, pangeran yang kayak gitu, susah didapat di dunia nyata. Karena itu Cinderella, eh Y jual tampang untuk narik gebetan. Namun sekian kencan dan obrolan selanjutnya bareng beberapa cowok, enggak berakhir manis.
Jalan cerita bergulir dengan Y yang terus mencari gebetan, eh korban. Dan korban terakhir Y adalah pria ganteng, masih remaja, tajir melintir. Digebet waktu ajeb-ajeb di diskotek.
Habis dansa-dansa dan minum-minum, mereka berdua kabur menuju tempat sepi. Eng... ing... eng. Ceritanya sih mudah ditebak. Si cowok mau lebih jauh dari sebatas sun pipi kanan dan kiri. Karena Y menolak, marahlah si cowok, dan melempar Y ke luar mobil.
Habis dansa-dansa dan minum-minum, mereka berdua kabur menuju tempat sepi. Eng... ing... eng. Ceritanya sih mudah ditebak. Si cowok mau lebih jauh dari sebatas sun pipi kanan dan kiri. Karena Y menolak, marahlah si cowok, dan melempar Y ke luar mobil.
Tapi sebelum si cowok sempat memutar mobil untuk kabur,
Y mendadak bangkit dan muncul dengan sebuah batu di tangan. Lalu, “bruuuk...” Batu dihantamkan keras ke kepala cowok remaja itu, yang
segera ambruk. Hidup si pemuda lalu dituntaskan dengan hentakan sepatu hak tinggi yang
melubangi leher. Busyet.
Pak polisi yang awalnya bingung mencari sang pembunuh, akhirnya mulai melacak bukti demi bukti. Sementara Y, mulai mencari korban. Oh iya, Y ini karyawan usaha laundri. Tapi kerjaannya enggak beres. Beberapa baju pelanggan raib karena ditilep, sehingga dia dipecat.
Bosnya Y yang punya laundri punya anak cowok cakep, dan naksir Y. Maka, dia mencoba menarik perhatian Y dan tentu saja disambut. Semua seperti berjalan lancar sampai ketika Y minta diantar ke areal pemakaman. Si cowok dibohongi kalau itu makam bapaknya Y.
Si cowok nurut saja. Dia pun enggak minta "gituan" sama Y. Namun si cowok heran ketika makam yang mereka datangi, tidak mencantumkan nama bapaknya Y. Makam siapa itu coba? Di sinilah drama menjelang film berakhir.
Si cowok nurut saja. Dia pun enggak minta "gituan" sama Y. Namun si cowok heran ketika makam yang mereka datangi, tidak mencantumkan nama bapaknya Y. Makam siapa itu coba? Di sinilah drama menjelang film berakhir.
Merasa tersudut, Y malah ngotot, marah, lalu akhirnya menimpuk kepala si cowok yang
sudah berbaik hati itu. Nah tepat sebelum nyawa si cowok melayang, pak polisi
muncul. Tapi bukan tembakan yang menghentikan Y.
Salah satu polisi cowok mencoba cara negosiasi yang unik karena sudah memetakan strategi Cinderella si Y ke para korban sebelumnya. Maka, dia pun coba menyakinkan Y bahwa dia pria yang tepat sebagai pendamping Y.
Polisi cowok--yang kebetulan juga cakep itu--mengulurkan sepatu yang hanya sebelah. Strateginya berhasil, dan Y lantas digelandang masuk mobil polisi.
Serial pun selesai, meninggalkan sambalbawang yang terbengong sendirian di depan TV. Ah, kisah Cinderella ternyata bisa dibelokkan alurnya. Menjadi kisah yang lumayan fresh, unik, cukup menghibur, dan yang terpenting, tidak seperti sinetron-sinetron murahan sini.
Tentu saja kisah Cinderella di film ini agak susah dicari sisi edukasinya. Meski kalau dicari-cari ya nemu juga. Misalnya, film ini menyerukan pesan bahwa pendidikan anak itu penting sejak di keluarga. Menjadi apa anak saat dia gede nanti, tak lepas dari pola pengasuhan keluarga.
Polisi cowok--yang kebetulan juga cakep itu--mengulurkan sepatu yang hanya sebelah. Strateginya berhasil, dan Y lantas digelandang masuk mobil polisi.
Serial pun selesai, meninggalkan sambalbawang yang terbengong sendirian di depan TV. Ah, kisah Cinderella ternyata bisa dibelokkan alurnya. Menjadi kisah yang lumayan fresh, unik, cukup menghibur, dan yang terpenting, tidak seperti sinetron-sinetron murahan sini.
Tentu saja kisah Cinderella di film ini agak susah dicari sisi edukasinya. Meski kalau dicari-cari ya nemu juga. Misalnya, film ini menyerukan pesan bahwa pendidikan anak itu penting sejak di keluarga. Menjadi apa anak saat dia gede nanti, tak lepas dari pola pengasuhan keluarga.
Sambalbawang enggak melihat serial lepas di TV kabel itu sebagai tayangan yang berkualitas selevel konten Natgeo. Itu hanya serial biasa, film pendek, yang dibikin
dengan biaya--yang sambalbawang yakin--enggak banyak.
Kembali ke negeri ini, ada banyak sinetron berbiaya produksi yang
(nampaknya) murah. Tapi hanya menampilkan orang-orang emosi, mendelik, atau komat-kamit merapal (membatin) mantra, umpatan, dan harapan jahat. Belum lagi adegan mencak-mencak.
Sinetron sini memang ada alurnya, meski ya kadang bikin ketawa terbahak saking ajaibnya. Tapi, jelas tak memiliki
cukup kekuatan sebagai cerita utuh. Dangkal, tepatnya.
Ceritanya pun lambat, diisi adegan-adegan tidak logis, dan .... yap, menye-menye akut. Untunglah sinetron terakhir yang sambalbawang tonton adalah Si Doel Anak Sekolahan.
Ceritanya pun lambat, diisi adegan-adegan tidak logis, dan .... yap, menye-menye akut. Untunglah sinetron terakhir yang sambalbawang tonton adalah Si Doel Anak Sekolahan.
Sambalbawang enggak paham jalan cerita sinetron sekarang, karena memang malas nonton. Sudah menghabiskan waktu, juga enggak bikin tambah pinter. Tambah emosi, sih, iya.
Kita mestinya belajar sedikit dari film-film pendek luar negeri. Harusnya bisa, sinetron sini dibikin cukup apik ditonton dan
logis jalan ceritanya.
Lupakan dulu bening wajah dan mulus kulit artis pemerannya, karena itu enggak berkorelasi dengan "kemulusan" dan "beningnya" kualitas. Di atas semua itu, mari selamatkan penduduk negeri ini dari tayangan tak berkualitas.
Lupakan dulu bening wajah dan mulus kulit artis pemerannya, karena itu enggak berkorelasi dengan "kemulusan" dan "beningnya" kualitas. Di atas semua itu, mari selamatkan penduduk negeri ini dari tayangan tak berkualitas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar