Senin, 06 Juni 2016

JANGGAL - cerpen (4)

Senyummu mengembang, malu-malu. "Jangan peluk aku di sini," bisikmu saat kedua tanganku merentang terbuka. "Aku takut ketahuan," jelasmu. "Ketahuan siapa?" tanyaku heran. "Ya ketahuan orang-orang rumah, lah. Rumahku kan deket," tukasmu.

Baiklah, jika itu pintamu. Tapi aku jadi ikut latah celingukan ke kanan-kiri. Jangan-jangan ada yang melihat. "Lha, kamu ngapain? Memangnya ada yang kenal kamu di sini?" ucapmu sembari ketawa ngakak, lalu menarikku menuju parkiran.

"Aduh,ngapain juga kamu bawa mobil?" tanyaku. "Lha mau naik apa lagi? Bapakku juga lagi nggak memakai mobil, jadi kubawa dulu sebentar menjemputmu," jawabmu santai. Tapi kamu mendadak bilang, "Cepetan, jangan kelamaan,".. Lha...

Duduk di sebelahnya, aku langsung memerosotkan posisi duduk. Seakan ada sniper mengintai dari kejauhan. Kaca hitam mobil lawas ini, tiba-tiba seperti kurang gelap.  Dia menyetir pelan-pelan, maklum masih belum terlalu lancar. Jika ini adalah film kartun, bisa kugambarkan mobil ini berjinjit saat meninggalkan stasiun.

Lima menit, sepuluh menit berlalu. Tawamu tiba-tiba meledak, seperti turis kelupaan paspor tapi lolos dari pintu imigrasi. "Aku seperti melihat ketoprak dagelan," katamu. Maksudnya? "Kita yang yang sedang bermain di ketoprak dagelan," terangmu.

Aku paham maksudmu menyebutkan "ketoprak", Tapi kalau soal "dagelan", itu yang belum kumengerti. Barangkali maksudmu adalah tingkah kita. Sepertinya begitu, mengingat sekian agenda aneh yang tidak jelas, dan akan kita lakukan.

Baiklah kuingat sejenak. Agenda utama kita, setelah merencanakan pertemuan, adalah berpelukan dan bergandengan tangan sepanjang hari. Sembari menyusuri kota. Tapi setelah ketemu ternyata hanya makan gorengan di warung pinggir jalan, dan ngobrol sembari menonton ikan di akuarium. Memang sih, ikannya banyak dan lucu... Tapi....

"Ah biarin, deh. Aku kan memang aneh," katamu sembari menggandeng tanganku dan merebahkan rambut ponimu ke pundakku. Aku sih sepakat bahwa kamu orang aneh, cewek aneh, karena beberapa saat kemudian kamu malah mengajakku menikmati hujan, Maksudnya, berhujan-hujan beneran. Hujan deres plus angin kencang, malah.

"Aku suka hujan, dan aku suka memelukmu," ucapmu. Aaah, so sweet, meski kamu mengucapkan itu sembari menyeruput minuman kemasan dan memandangi motor-motor yang terjebak hujan. "Kapan lagi aku bisa memelukmu?" lanjutmu.

"Cinta tidak harus memiliki, bukan?" jawabku mencoba bijaksana. Kamu langsung tertawa, lalu berkata, "Aku sebentar lagi dimiliki. Mungkin kamu yang harus segera memiliki siapa gitu," Waduh, skak mat, kalau begini....Entah harus menjawab apa, mendadak aku malah tertawa.

"Nah, sadar juga, kamu akhirnya," katamu dengan nada sewot. Mata lentikmu yang bulat melotot indah. Tapi, tunggu, tak akan kubiarkan dia menang. Aku membalas. "Di antara kita, paling-paling kamu duluan yang akan menelepon,".

"Aku tahu nomor telepon rumahmu, dan kamu menyimpan nomor telepon rumahku," jawabmu, mengakhiri pertemuan selama 12 jam tersebut, Aku yakin, benar-benar yakin menang "taruhan" sampai ketika beberapa waktu setelah pertemuan ini, ternyata aku yang empat kali meneleponmu. Sementara, kamu baru sekali.

BACA JUGA ARTIKEL LAIN :
MENGAPA HARUS NGEBLOG
BLOGER BALIKPAPAN RAYAKAN HARI BLOGER NASIONAL 2019




Tidak ada komentar:

Posting Komentar