Baiklah, keputusan diambil yakni nonton. Kembali ke dua film
sebelumnya itu, saya sih pernah menontonnya, namun sungguh lupa detil bagaimana
penceritaan di situ. Maklum bukan anak mapala, sih, jadi tidak ngeh dengan film
soal pendakian.
Dengan embel-embel based on true story, Everest ingin
menghadirkan bagaimana alam lebih berkuasa ketimbang manusia. Everest mengangkat
sekelumit kisah seorang pemandu pendakian bernama Robert Edwin Hall-diperankan
Jason Clarke.
Singkatnya, seorang cowok bernama Robert alias Rob, membuka jasa pemandu pendakian bertajuk Adventure
Consultan. Kliennya adalah para pendaki
amatir. Meski sebenarnya bukan amatir sih karena mereka yang nekat ke Everest
tentu pernah naik gunung. Jadi, singkatnya, mereka membayar Rob untuk memandu
ke Everest.
Namun pada pendakian di awal 1996 itu, musibah terjadi. Sekelompok pendaki mencoba menggapai puncak gunung itu. Satu
yang saya ingat adalah Yasuko-diperankan Naoko Mori-cewek Jepang berumur 47
tahun yang sudah mendaki enam gunung tertinggi dunia. Kurang satu yang belum,
yakni Everest, gunung tertinggi, 8.848 meter di atas permukaan air laut ini.
Ada
juga seorang jurnalis cowok bernama Krakauer, yang difilm ini diperankan oleh Michael
Kelly.
Lalu Beck (diperankan Josh Brolin), pria paruh baya yang
katanya lupa mengabari istrinya ketika hendak berangkat mendaki. Kemudian, ada
tukang pos bernama Doug-diperankan John Hawkes. Kombinasi para pendaki yang menarik.
Dari sinilah kisah bergulir. Sang sutradara berupaya
membangun Everest agar tidak hanya bisa dinikmati para pendaki gunung. Saya
merasa salah satunya. Mendaki gunung satu pun belum pernah, dalam arti serius
beneran mendaki. Jadi, sebelum film dimulai, saya sudah ancang-ancang menebak
gimana film ini.
Untuk mendaki Everest yang suhunya ekstrem dingin ini, tekad
membara enggak cukup. Di sini, Rob harus mengalah menghadapi sisi keras kepala
pendaki gunung, ciee. Sayangnya, Rob “terpancing” dengan ulah para kliennya
ini. Misalnya ketika membantu anggota timnya untuk menapak puncak, padahal
rombongan sudah turun.
Rob akhirnya terjebak dalam badai yang buruk. Yang
dibantunya pun mulai berhalusinasi, seiring oksigen yang menipis. Saya jadi
tahu bahwa pendaki bisa merasa kepanasan-bahkan sampai melepas jaket-jika
terhantam badai nan dingin menusuk tulang. Saya juga jadi tahu bahwa tabung
oksigen wajib tersedia di titik-titik tertentu.
Di penghujung film, Rob akhirnya meninggal. Badai yang tak
berkesudahan menghalangi tim penyelamat untuk menemukan dirinya. Ending kisah
Rob, sudah saya ketahui. Namun yang
menarik bagi saya adalah kisah Beck. Merasa tenaganya habis, Beck menuruti
saran Rob untuk berhenti. Beck pun sempat dianggap sudah mati. Namun Beck yang
sudah membiru-menghitam ini, “hidup” kembali dan sanggup berjalan menuju tenda.
Sebenarnya bukan film yang menurut saya luar biasa. Tapi
lumayan bagus untuk menggambarkan tentang pendakian gunung kepada orang awam. Penonton
diajak untuk memotret sisi emosional-psikologis para pendaki.
Dari sisi dramatisasi, Everest bisa menjadi film yang
simpel. Sanggup mengerem agar tak menjelma sebagai film melankolis yang meratapi
insiden tersebut. Everest bisa menanamkan kenyataan bahwa alam tidak bisa
dilawan, meski oleh pendaki hebat sekalipun. Karena itu, tak semua pendaki
sukses mendaki Everest.
Beck memang tidak sampai puncak, namun kembali ke rumah
adalah kemenangan besar baginya. Ah, inilah intisari yang saya sukai. Tekad
Beck untuk bertahan hidup dengan turun gunung, lebih besar ketimbang tekadnya
menaklukkan puncak. Asik.
Kalau pun toh ada yang menganggu terkait film ini, hanya
soal penontonnya. Sial, karena saya melihat seorang penonton memanggul tas
ransel ala pendaki gunung. Melihat cepatnya dia berjalan ke kursi, mudah
ditebak tasnya kosong...dan sepertinya baru dibeli. Ah, sampai sebegitunya.
BACA JUGA
"MAMA" by PAULINA, PROYEK LAGU PERTAMA
ABBA TALENTA TERBAIK MUSIK SWEDIA
MAMMA MIA ! HERE WE GO AGAIN, ABBA AGAIN
HOMPIMPA ALAIUM GAMBRENG UNYIL KUCING
BACA JUGA
"MAMA" by PAULINA, PROYEK LAGU PERTAMA
ABBA TALENTA TERBAIK MUSIK SWEDIA
MAMMA MIA ! HERE WE GO AGAIN, ABBA AGAIN
HOMPIMPA ALAIUM GAMBRENG UNYIL KUCING