Masih
mengulik soal ABBA, band legendaris asal Swedia yang berjaya di tahun 1974-1982. Perdebatan
seputar band yang beranggotakan empat orang itu, dari banyak bahasan, memang tak pernah usai. Bahkan meskipun band itu sudah bubar 35 tahun yang lalu.
Dalam beberapa tulisan sambalbawang sebelumnya--di blog ini--bercerita tentang (sejarah) ABBA secara umum, menyoal militannya dua kubu pendukung Agnetha dan Frida, tentang film-nya (Mammamia), serta lirik dan klip-klip lagunya.
Dalam beberapa tulisan sambalbawang sebelumnya--di blog ini--bercerita tentang (sejarah) ABBA secara umum, menyoal militannya dua kubu pendukung Agnetha dan Frida, tentang film-nya (Mammamia), serta lirik dan klip-klip lagunya.
Kali ini
sambalbawang coba menggambarkan ABBA dari sudut pandang penikmat musik, yang hanya sempat mendengar musik mereka melalui kaset, cakram keras (CD), dan melihat mereka dalam klip-klip video. Dari sudut pandang awam. Sambalbawang ingin iseng mengulik dari lagu-lagu indah mereka yang lintas genre.
ABBA tak hanya soal mendunianya lagu Dancing Queen, Mammamia, Ring-ring, I Have A Dream, Waterloo, Honey Honey, dan Fernando. Karena ada banyak lagu lainnya yang barangkali kita (awam) tidak serta merta yakin bahwa itu beneran lagu ABBA. Sebab tidak pure bergenre pop (euro pop).
Mencipta
100-an lagu, yang separuhnya bisa dikatakan hits, jelas bukan prestasi
sembarangan. Kita mesti mengingat bahwa ABBA menelurkan hits-hits mereka ini
dalam Bahasa Inggris, bukan Bahasa ibu mereka, yakni Swedia. Ini bukan hal
mudah, untuk menggambarkan definisi lain: ABBA memang jenius.
Album mereka
(sebanyak 8 album) sudah terjual lebih 400 juta kopi di seluruh dunia, dan
jumlah ini akan terus bertambah. Klip-klip lagu mereka, termasuk pentas live di
sejumlah negara, telah terdokumentasi cukup komplet di kanal youtube. Dengan
laju jumlah pengunjung yang terus bertambah.
Mudah
ditemui remaja-remaja belia berumur 14-17 tahun yang terkaget-kaget menyimak
lagu-lagu ABBA, dan menyukainya. Mereka, sebagian malah bertanya, normalkah
remaja kekinian menyukai lagu-lagu ABBA yang notabene terentang jauh di
belakang mereka, sekitar 40 tahun silam.
Tentu dengan
mudah dikatakan, ini tak ubahnya seperti band jadul lain yang tetap mendapat
atensi dari kalangan muda, jauh setelah era keemasannya berakhir. Okelah jika
demikian. Namun ada beberapa hal yang menjadi pembeda, ketika kita berbicara
tentang ABBA dan dampaknya.
Agnetha dan Anni-frid
(Frida) banyak disebut sebagai duet penyanyi dalam satu band, yang terbaik
sepanjang masa. Kombinasi sopran dan mezzosopran mereka berdua, luar biasa. Ini
tak bisa tergambar dengan kata-kata, namun cobalah mendengarkan padunya suara
mereka secara harmonis.
Di balik
mereka, ada Bjorn dan Benny, sebagai penulis dan komposer lagu. Merekalah
sebenarnya nyawa lagu-lagu ABBA. Hebatnya lagi, mereka memiliki nyaris semua
genre lagu, termasuk reggae, seperti lagu “Tropical Loveland”. ABBA ternyata juga
bisa nge-rock yang cukup bising untuk ukuran ABBA, yakni di lagu “Watch Out”.
Namun juga nge-rock secara santai dalam “Rock Me” yang menempatkan Bjorn di
posisi lead vocal.
Sentuhan
jazz juga bisa mereka racik dalam “My Mama Said”, dan uniknya ini termasuk lagu-lagu
awal ABBA. Lagu lainnya “I’m marionette” yang bernuansa “dark” bahkan sanggup menginspirasi
Ghost (band rock) menyanyikan ulang sehingga lebih “serem”.
ABBA juga
memiliki lagu bernuansa klasik, dalam “I Let The Music Speak”, yang satu
penggal refrennya barangkali sedikit mengingatkan pada lagu Bohemian
Rhapsody-nya Queen. Bagaimana dengan instrumental? ABBA punya juga, dua malah,
yakni berjudul “Intermezzo No. 1” dan “Arrival”.
Jika “Dancing
Queen” dinobatkan banyak pihak sebagai lagu pop-dansa terbaik sepanjang masa,
ABBA juga punya lagu lain yang layak putar di semua “tempat dugem” era 70-an
lalu, seperti “Lay All Your Love On Me”.
ABBA
melekatkan lagi keliarannya berekspresi dalam lagu, melalui “The Piper” yang-menurut
Wikipedia-harmonisasi drum, seruling, dan paduan suaranya agak bercorak “abad
pertengahan”. The Piper juga satu-satunya lagu yang refrennya mencomot Bahasa latin
“sublunar saltamus” yang berarti berdansa di bawah (cahaya) bulan.
Era itu,
ABBA memang lagi nakal-nakalnya sehingga membuat beberapa lagu seperti “When I
Kissed The Teacher” dengan lirik yang jenaka. Grup band Swedia yang jadul ini
tak lupa tampil kekinian dan gaul dalam klip lagu “Tiger”, meski terkesan
banget dipaksakan. Juga nanggung. Enggak percaya, tonton saja klip lagu Tiger
itu.
Eksperimen
ABBA juga di ranah alat musik. Mereka apik memakai harpsicords dalam lagu “Dum
Dum Diddle” yang melodinya riang. Ada pula beberapa netizen yang menyebut “The
Name of The Game” adalah lagu ABBA yang komposisinya paling rumit. Tapi
sambalbawang belum nemu rumitnya di mana. Tapi sepakat jika lagu itu memang indah.
Dan
bagaimana dengan lagu “Another Town Another Train” yang enjoyable di telinga,
dengan lirik yang menyentuh? Just
another town another train, waiting in the morning rain. Lord give my restless
soul a little patiente. Just another town, another train. Nothing lost and
nothing gained. Guess I will spend my life in railway station…
BACA JUGA ARTIKEL LAINNYA :
ABBA TALENTA TERBAIK MUSIK SWEDIA
AGNETHA FALSKOG VS ANNI FRID LYNGSTAD
MAMMA MIA ! HERE WE GO AGAIN, ABBA AGAIN
GATOTKACA TAK HANYA OTOT KAWAT BALUNG BESI
HANACARAKA AKSARA JAWA YANG INDAH
AKU DI BELAKANGMU, TIGER
TENTANG HONDA (1) DARI PISPOT SAMPAI PITUNG
7 MOTOR BEBEK TERBAIK SEPANJANG MASA
semua foto diambil dari sumber internet