Sejak kecil, piknik adalah sebuah rutinitas yang wajib dilakukan saat musim liburan, hari "kejepit", merayakan sesuatu yang bersamaan dengan akhir pekan, hingga merupakan realisasi agenda yang sudah disusun jauh hari sebelumnya.
Selalu membawa termos berisi minuman panas, rantang berisi aneka sayuran dan gorengan, hingga ceting nasi. Tak ketinggalan serbet, meja kecil, sendok-garpu, piring, gelas, bahkan aneka wadah untuk jaga-jaga. Tikar berukuran gede, jelas dibawa.
Selimut pun dibawa, juga mainan-mainan, buku cerita kesayangan, hingga radio. Begitulah yang terjadi, sejak eyang buyut mengajak piknik pertama yang saya ingat, ke Kaliurang. Masih terbayang termosnya yang penyumpalnya dari gabus.
Juga rantang-rantang yang isinya selalu membuat sambalbawang kalap. Dulu. Santap siang di tengah embusan angin nan sejuk, dibawah pepohonan, sambil ketap-ketip memandang sekitar. Ah, menyenangkan. Meski, itu adalah piknik repot.
Dan sekarang sambalbawang meneruskan rutinitas piknik repot itu. Bersama sodara bojo, sibuk bersiap malam hari. Satu jam sebelum berangkat, teh sudah dibikin dan dituang ke termos. Piring, gelas, sendok, tisu, masukkan keranjang.
Tak ketinggalan buku satu-dua biji, diangkut. Meja lipat, kursi santai, tikar, koran bekas, hingga botol berisi air bersih, adalah piranti wajib. Satu lokasi favorit sambalawang dalam kurun 4 tahun terakhir ini adalah Pantai Tanah Merah, di Kabupaten Kutai Kartanegara.
Lokasinya sekitar 60 km dari rumah. Jauh? Jelas. Lalu, apakah itu menghalangi piknik? Jelas tidak. Memakai mobil lawas yang sebentar lagi ultah ke-25, nggak takut macet? Enggak, lah, karena kendaraan selalu dalam kondisi ciip.
Sesampai di lokasi, segera dimulai "perang" darat. Tikar dibentangkan, dan segera menyusun perbekalan. Lalu, prosesi santap siang pun digelar.... Menyeruput teh yang nasgitel-pet, lalu biasanya mulai membaca buku. Duduk selonjor, santai, sembari menikmati pantai dan teduhnya pepohonan. Kadang dapat "bonus" dikerubung semut yang ikut berpesta mencicipi remahan kue yang berhamburan, atau tetesan air teh di tikar.
Mungkin sudah 15 kali sambalbawang piknik ke Pantai Tanah Merah. Tak pernah bosan. Capek, tentu saja. Namun semua terbayar saat sudah leyeh-leyeh di sini. Membaca buku, dan seminimal mungkin menengok hape. Nyetatus, biar urusan bojo.
Piknik ke tempat terbuka itu, ya sebenarnya repot. Dari menyiapkan pernak-pernik di rumah, hingga menggelarnya ke alam, itu ya ribet. Kalau mau piknik tapi yang enggak repot, atau ribet, ya ada baiknya piknik saja ke mal yang adem dan sekalian bisa belanja.
BACA JUGA ARTIKEL LAIN :
MENGAPA HARUS NGEBLOG
BLOGER BALIKPAPAN RAYAKAN HARI BLOGER NASIONAL 2019
THE AQUARIAN ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar