Selasa, 21 Juli 2015

PERHAPS... ( cerpen - 2)

        "Mungkinkah kita bisa bersua?". Lirih, nyaris tak terdengar suaramu sehingga aku harus memintamu mengulangi kalimat itu agar tak salah dengar. "Mungkinkah kita ketemu?" katamu lagi. "Sejam saja, atau beberapa menit. Atau semenit saja, jika hanya itu yang bisa,.."
       Aku menggeleng, dan baru kusadari engkau tak bisa melihatku. Kita terbentang ruang, terpenjara waktu, dan tersekat oleh kabel. "Sepertinya tidak," sahutku, yang ternyata juga seperti suara tercekat. Suasana pun kembali hening.
       Telepon selulerku mulai terasa panas. Kulihat durasi kami berbicara: 50 menit. Belum ada tanda-tanda selesai.. Ini tahap ketiga kami berbicara setelah sebelumnya saya menelponnya 15 menit, lalu dia balik menelpon 20 menit,
       "Aku sudah tahu kalau akhirnya begini, tapi bodohnya aku melakukan itu lagi," sambungmu. "Tak ada yang bodoh, baik aku atau kamu," jawabku mencoba menghibur. "Ah, engkau pasti hanya akan bilang kalau waktu tak berpihak padamu, kan?" begitu suara di seberang. Ada nada putus asa, atau entah apa.
        Beberapa menit berlalu, sebelum akhirnya kujawab pelan, "Iya, Memang waktu tak pernah berpihak padaku. Sekali berpihak pun, tetap saja aku tidak merasa berada di pihak yang diuntungkan, meski juga tak dirugikan. Mungkin,".
      "Ah....," katamu dengan nada penuh kecewa. Suara gemerisik terdengar. Kamu menangis, aku tahu itu. Beberapa menit terisi suara-suara itu, kadang pelan, kadang terhenti, kadang sesunggukan, sampai kemudian kamu membuka suara lagi. "Sudah,lah. Tapi tolong kembalikan senyumku, besok..."
      "Ah..."

BACA JUGA ARTIKEL LAIN :
MAMAMMIA HERE WE GO AGAIN, ABBA AGAIN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar