Beginilah tambang Tiger itu. Si Macan langsung jadi primadona berkat tampilan keren, performa mantap, dan waktu yang tepat. Lebih dari cukup untuk mendongkrak tampilan pemiliknya. Dipakai pria disukai wanita, kira-kira begitu efek "si Macan".
Beberapa kawan, tetangga, kenalan, hingga temennya tetangga, mulai nampak berkeliaran naik Macan. Sambalbawang cuma bisa menyimpan brosur-nya, memandangi berkali-kali, yang lalu dibuang. Harga Macan yang dua kali lipat harga motor bebek, adalah alasan utama doi tak terbeli.
Sekian waktu memendam hasrat, pucuk dicinta ulam tiba. Seorang teman pemilik Macan memberi saya kesempatan. Sebentar saja, sih, durasinya, namun setidaknya Ringroad Gamping, Sleman menjadi saksinya.
Sejenak, tongkrongan sendiri, bebek dua langkah keluaran 1976, terlupakan. Hahaha. Perbedaan kapasitas mesin, antara si wekwek dan macan, memang ibarat langit dan bumi. Macan dibekali mesin berkubikasi 200 cc, sementara si bebek Yamaha pitung sambalbawang cuman 75 CC.
Kembali ke geber-menggeber "harimau" tadi, speedometer sempat menunjukkan angka 120. Rekor top speed berkendara menggunakan motor, tercipta sudah. Untung saja, badan sambalbawang yang masih tipis kala itu tidak terempas angin dan terbang.
Ngomongin si Tiger ini memang tiada habis. Doi sempat dilahirkan berulang-ulang hingga 20 tahun sesudah edisi perdana. Dengan tampang yang berganti-ganti, dan teknologi yang berbeda. Tiger versi karburator pun dibuang, ganti injeksi. Ah, jadi teringat dulu sempat marak pencurian karbu Tiger. Maklum saat itu pun harganya sejutaan.
Dari semua tiger yang beredar setidaknya 15 tahun, yup, tiger edisi perdana yang sepertinya paling keren. Memang ini sih selera. Masih menjadi impian sambalbawang untuk menebusnya, kelak. Hehehehe. Meski tentu saja, setelah GL-pro duluan parkir di garasi.
baca juga:
7 MOTOR BEBEK TERBAIK SEPANJANG MASA
TENTANG HONDA (1) DARI PISPOT SAMPAI PITUNG
LILAC, SEPENGGAL CERITA TENTANG PASSION BERMUSIK