Tahun ini, si kembar Avanza dan Xenia memulai pertarungan sesungguhnya
seiring masuknya Wuling Confero dan Mitsubishi Xpander. Sejak tahun 2003 atau 14
tahun bertahta di nomor satu kategori MPV 7 kursi, wajar saja kalau si kembar tentu bikin gerah pabrikan-pabrikan sebelah.
Pertanyaannya, adalah, mampukah Avanza dan Xenia tergusur? atau setidaknya terganggu? Jawabannya adalah bisa, meski itu butuh waktu nan panjang. Masih inget sama Nokia yang jadi raja ponsel sejak era 90
sampai menjelang 2008? Akhirnya tumbang jua. Nokia dengan Symbiannya, terempas dengan cepat gegara android. Siapa yang dulu menyangka hal ini.
Avanza dan saudara kembarnya, Xenia, ini, hadir pertama kali
tahun 2003 dan langsung mengguncang. Saat itu dunia permobilan Tanah Air memang tidak punya jenis kendaraan MPV
7 seat yang bentuknya rada ramping. AvXen muncul di saat tepat.
Barangkali, hanya ada Isuzu Panther dan Kijang Kapsul,
yang dapat dimunculkan sebagai opsi mobil keluarga dengan mesin di depan. Suzuki
dengan seabrek keluarga Carry-nya dan Mitsubishi dengan T-120 SS nya, juga opsi. Tapi jelas beda segmen.
Avanza dan Xenia adalah gebrakan yang dirancang matang. Mengawali tren mobil keluarga jenis MPV yang "fleksibel". Juga solusi atas kondisi ekonomi. Saat muncul AvXen ini termasuk murah lho untuk ukuran mobil baru. Terbuki dua
sejoli ini kelamaan bertahta sebagai mobil terlaris yang dimiliki sejuta umat.
Di sini senang di sana senang, di mana-mana hatiku senang. Eh, di mana-mana ada
Avansa Xenia.
Ertiga yang coba menggoyang 8 tahun kemudian, termasuk rada telat. Ertiga ternyata sampai tahun ini, belum
kunjung menyundul. Chevrolet Spin, giliran muncul kemudian. Tapi pabrik yang bikin
Spin, di Bekasi, pun ternyata tutup, setelah dua tahun buka. Sebagian orang kecewa.
Keinginan sambalbawang melihat Spin merangsek klasemen atas, pupus sudah. Spin pun harus rela menemani Ertiga, sama-sama (rutin) di belakang AvXen dalam penjualan. Pasca-Spin dan Ertiga, Mobilio yang lalu nongol. Mobilio bikinan Honda ini, ternyata juga masih belum bisa nyundul maksimal.
Keinginan sambalbawang melihat Spin merangsek klasemen atas, pupus sudah. Spin pun harus rela menemani Ertiga, sama-sama (rutin) di belakang AvXen dalam penjualan. Pasca-Spin dan Ertiga, Mobilio yang lalu nongol. Mobilio bikinan Honda ini, ternyata juga masih belum bisa nyundul maksimal.
Pertengahan tahun ini, muncul Xpander dan Confero. Mereka yang sudah bosen AvXen bersorak. Hore ada pilihan lain. Tapi, bisa apa ya, keduanya menghadang AvXen? Antara ragu, penasaran, pesimis, optimis.
Xpander dan Confero nampaknya mesti mengenal pasar Indonesia yang unik. Coba kita tengok ke belakang, mengapa Ertiga dan Spin belum bisa menggusur AvXen. Alasannya simpel. Karena Ertiga dan Spin tidak (dianggap) banyak memberi apa yang diinginkan pasar (dibaca : orang Indonesia yang ingin membeli mobil 7 kursi penumpang).
Gampangnya gini. Asal mau persis, AvXen bisa ditandingi para kompetitor. AvXen menang karena "mengenal" jalanan dan aspal. Maka dari itu, masukkan juga faktor kondisi jalan. Dan gimana cerewetnya orang kita untuk urusan
mobil. Pasar ingin mobil MPV 7 seat yang ground clearance (jarak terendah ke tanah) cukup tinggi, kuat di
tanjakan, ukuran cukup mungil, bentuk oke, easy driving, dan ruang kabin lega.
Kompetitor mesti ngalahkan AvXen di situ. Iya, di situ. Bikin ground clearance
lebih tinggi, jadi satu syarat utama. Kabin wajib lega, dan ruang belakang mesti bisa untuk muat 4 galon air. Jangan sepelekan ini. Sayangnya, ini yang tidak dilakukan oleh Ertiga,
Mobilio, dan bahkan Spin sekalipun. Keempatnya malah lebih panjang dan lebih lebar dari duo kembar
Toyota-Daihatsu.
Kedua, tanjakan butuh mobil penggerak roda belakang. Ini seperti kuat mana, narik (penggerak roda depan) dengan mendorong (penggerak depan). Ertiga, Spin, Mobilio malah berpenggerak roda depan.Tidak salah sih. Penggerak
depan toh punya sisi plus, seperti lincah bermanuver, irit BBM, hingga kenyamanan.
Sambalbawang mengamini itu.
Tapi, orang Indonesia pingin mobil yang seperti AvXen, sebab kadung jatuh cinta. Penggerak roda belakang, lebih tahan banting. Maklum, sebab, kondisi jalan kita masih gini. Banyak masih ancur kayak kulit jerawatan. Coba deh menjelajah jalanan Kalimantan. Penggerak roda
depan, bisa terancam remuk.
Hal lain, orang kita ingin mobil yang servisnya nyaman.
Kesampingkan suku cadang ya dan purnajual, karena kalau hanya itu parameter,
AvXen menang telak. Servis, penting. Penampilan dan pelayanan, Toyota-Daihatu, sejauh
ini, unggul.
Okelah pabrikan lain juga bisa menyamai. Tapi butuh
waktu. Ertiga sudah 6 tahun. Tambah Mobilio, dan Spin. Belum juga menggeser
AvXen, terutama si-Av. Terbukti kan, teori sambalbawang. Penggerak roda depan
dan ground clearance adalah kuntji.
Pasar Indonesia, yang bisa mulai bergerak jenuh (bosan dengan AvXen)
agak meleset ditangkap pabrikan lain. Bertahun-tahun begini. Sekarang, Wuling dan Mitsubishi masuk. Wuling
punya pengalaman di negeri sana. Termasuk mobil laris. Tapi Mitsubishi? Xpander adalah coba-coba yang
“ngeri”. Xpander paling susah diraba pasarnya.
Xpander mengusung penggerak roda depan. Wuling, memilih penggerak roda belakang. Okelah, sekali lagi, kenyamanan dikedepankan. Tapi yang memakai MPV
tidak hanya keluarga yang butuh kenyamanan berkendara, tapi juga rental mobil yang butuh mobil dengan biaya operasional dan perawatan terjangkau. Jumlahnya mobil yang dijalankan rental, cukup banyak lho.
Dengan asumsi itu saja, Xpander bakal sulit menembus menyeruak
ke atas menggeser AvXen. Wuling mungkin yang malah pelan-pelan merangsek, tapi
belum keliatan sekarang. Pasar masih menunggu. Satu-dua tahun ke depan, Wuling
akan “berbicara” banyak.
Xpander memang laris di bulan-bulan awal, tapi kondisi
ini agak mirip dengan kemunculan Ertiga, Spin, dan Mobilio. Respon pasar baru
akan terbaca tahun depan, setelah sekian pengguna bertestimoni. Iya, nggak.
Wuling sambalbawang rasa yang akan memenangkan
pertempuran dalam 2-3 tahun mendatang, setidaknya mengungguli Xpander. Faktor
harga yang murah menjadi pertimbangan menarik.
Avanza tetap di nomor satu nampaknya, meski semakin tipis market
share yang didapat. Avanza, khususnya, tetap akan di nomor satu, karena makhluk satu ini
paling ngerti kebutuhan masyarakat. “Sudah sejak 2003 dipercaya....” begitu paling
slogan Avanza yang juga disetujui pihak Xenia. Hehe.
Dua-tiga tahun lagi, mungkin kondisi berubah di mana Mobilio, Ertiga, mungkin
akan gantian bertengger di posisi 2-4. Ertiga paling mungkin sering duduk di
posisi dua dan Xenia di posisi tiga. Wuling sepertinya bakal masuk peringkat lima atau enam.
Prediksi sih, merek itu (wuling) banyak di lima.
Spin, dan Xpander, pertarungan akan sedikit dimenangkan
Xpander, untuk merebut posisi enam. Tapi selisihnya bakal dikit. Brand Mitsubishi akan sangat menolong Xpander
sehingga bisa saja sesekali nyundul minggirkan Wuling. Lalu, kok bisa selisih dikit? Karena Wuling mengusung jargon murah. Versi tertinggi Wuling pun, harganya masih di bawah versi termurah Avanza. Ngeri-ngeri sedap, bukan.
Memang, itu hanya prediksi. Tapi mestinya beberapa bulan
lagi prediksi itu idealnya saya ganti lagi. Penasaran lihat ekspansi Wuling.
Swear. Pasar masih “trauma” dengan motor Cina, dan itu PR terbesar Wuling. Masih inget motor Cina di era tahun 2000 yang ternyata gagal total. Chery QQ, city car bikinan Cina, juga bisa jadi gambaran. Cuma jualan doang, mana laku di Indoesia. Kualitas saja belum cukup. Klise ya.
Oya, menengok dikit di lini penjual, sebagai ujung tombak diler, ada cerita menarik terhimpun.
Ternyata ada temen bilang kalau sales-sales Avanza paling gigih, setidaknya lumayan rutin, memberi
informasi produk dan harga. Iseng-seng akan sambalbawang buktikan. Dan, eh, bener juga.
Padahal cukup berharap ditelpon sales Wuling atau
Xpander, juga Mobilio dan Ertiga untuk sekedar test drive. Hahaha. Maklum,
beberapa kali sengaja duduk di mobil-mobil itu pas pameran. Sembari koleksi brosur. Siapa tahun besok pagi langsung ke dealer, beli mobil guna kulakan kain dan benang.
Tentu prediksi bisa meleset. Sambalbawang kan bukan cenayang. Namanya juga coret-coret sesuai isi
hati. Untuk mobil idaman, tetep, sedan. Selalu di hati. Kemarin pas ada pameran di mal, sempat melirik Suzuki Baleno.
Hanya saja, ketika menengok isi dompet dan saldo tabungan, sambalbawang mesti menghela nafas panjang (banget). Masih lumayan jauh cita-cita itu terwujud, hehe. Brosurnya dulu yang bisa diboyong pulang ke rumah. Mobilnya sih, ya, entar-entar doeloe.. pakai banget, pula.
Hanya saja, ketika menengok isi dompet dan saldo tabungan, sambalbawang mesti menghela nafas panjang (banget). Masih lumayan jauh cita-cita itu terwujud, hehe. Brosurnya dulu yang bisa diboyong pulang ke rumah. Mobilnya sih, ya, entar-entar doeloe.. pakai banget, pula.
Begitulah.
BACA JUGA : TENTANG HONDA (2) DARI ASTREA 700 SAMPAI ASTREA 800
BACA JUGA : ABBA TALENTA TERBAIK MUSIK SWEDIA